32. Ucapan dan Kenyataan

147 10 0
                                    

Diantara derasnya hujan, dua sosok siluet hitam terlihat samar sedang berdiri tepat di hadapan sebuah makam.

Salah satu dari mereka terlihat memainkan jemarinya diatas ponsel, seperti sedang mencatat sesuatu. Sedangkan satu orang lainnya terlihat mengawasi sekitar.

"Cepatlah, hawa dingin ini bisa membuatmu sakit"

Seorang yang sedang mencatat itu menoleh ke arah rekannya yang sedang sibuk mengawasi.

"Jangan mengkhawatirkan orang yang bisa menusukmu kapan dan dimana saja, ingat itu!"

Ia tersenyum penuh makna, sebelum akhirnya berbalik dan melangkah meninggalkan area pemakaman.

"Hei, apa kau sudah selesai?"

Rekannya berlari kecil mengejar langkah yang sudah jauh tertinggal.

"Aku sudah menyelesaikannya sedari tadi, bodoh!"

...

Sebuah mobil melaju dengan kecepatan sedang membelah derasnya hujan yang mengguyur kota sore ini.

Seorang wanita duduk di kursi pengemudi dengan senyum yang terlukis indah bagai pelangi di wajahnya.

Ia begitu bahagia.

Dua kotak susu dan irisan sandwich tersimpan rapi di dalam bekal makan siangnya, ia hanya ingin melakukan perayaan kecil-kecilan dengan orang tersayangnya.

Duduk di balkon, menikmati suasana hujan dan saling bertukar cerita adalah hal yang sangat ingin ia lakukan saat ini.

Sudah lama ia tak melakukannya.

Pekerjaan dengan tugas yang cukup berat selalu menghalangi impian kecilnya, namun sekarang ia yakin hal itu tak akan menghalanginya lagi.

Tanpa ia sadari, mobilnya sudah berhenti di halaman sebuah bangunan bercat putih. Ah, ia benar-benar merindukan seseorang itu.

Tapi, ia segera tersadar akan satu hal. Bangunan itu terlihat gelap seperti tak berpenghuni, namun pintu terbuka dengan lebarnya. Tidak mungkin angin yang melakukannya.

"Assalamualaikum, sayang?"

Tidak ada jawaban.

Hanya suara angin dan lebatnya hujan yang terdengar jelas saat ini.

Ia tak akan menunggu.

Ia melangkahkan kaki masuk kedalam rumah, menyalakan seluruh penerangan yang ada untuk membantunya melihat keadaan sekitar dengan jelas.

Tidak ada yang aneh, tidak ada tanda-tanda maling yang masuk ke rumah ini. Ia semakin yakin bahwa sang pemilik rumah telah kembali.

"Sayang?" Sekali lagi ia mencoba memanggil.

Ia kembali melangkahkan kakinya, untuk menelusuri semakin dalam.

Mengecek seluruh ruangan tanpa ragu, tapi nihil. Tak ada seorangpun disana.

"Astaga, kamu dimana sih?"

Ia duduk di kursi makan, mencari ponsel di dalam tasnya, dan mencoba menghubungi seseorang yang ia cari.

Dzzrrttt!

Ia terpenjat kaget, saat mendengar suara ponsel berdering di dekat sana. Tentu itu bukan ponsel miliknya.

Suara itu berasal tepat di sampingnya.

"Handphone siapa? Tunggu, jangan-jangan--"

Ia mempertajam pendengarannya. Samar-samar ia mendengar suara helaan nafas berat, sepertinya dari kamar mandi.

Fight(alone)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ