12. Menginap

212 11 0
                                    

"Kalo belum sehat nggak usah dipaksa masuk juga kali" Cibir Raffi pada Gafi yang meletakkan kepalanya dimeja.

"Hei! Gue belajar buat ulangan loh!" Protesnya.

"Yakin? Kalo masih nggak enak, bilang aja"

"Hmmm"

"Yaudah gue mau kekantin, mau titip apa?"

"Air minum"

"Oke"

Setelah Raffi pergi, keadaan kelas menjadi sepi hanya ada Gafi disana.

"Sial! Ini tangan dari kemarin bandel banget sumpah!"

Sedari tadi ia sibuk berusaha memegang pulpen, seakan mempunyai pikiran sendiri jemarinya itu tidak mau menuruti perintahnya dan malas-malasan berebah diatas buku.

Setiap berhasil, pasti kemudian kembali terlepas karena tremor. Jika terus begini, perlahan pasti teman sebangkunya menyadari perubahan fisiknya.

Hanya karena terlalu memaksa memegang pulpen, tenaganya terkuras habis, ia seperti orang yang kelelahan setelah lari marathon, nafasnya tak beraturan dan kepalanya berkunang-kunang.

"Oit! Beneran nggak kenapa-napa lo!?"

Ia langsung mendongakkan kepalanya terkejut menatap Raffi.

"Hm? Kenapa? Kok kayak kaget gitu?"

"Nggak, bukan apa-apa"

Raffi ber"O"ria kemudian kembali duduk dibangkunya sembari sibuk mengunyah sandwich dengan isian sayur-mayur itu.

"Gaf? Entah firasat gue doang atau beneran, gue ngerasa ada hal penting yang lo sembunyiin dari gue, kan?"

"Hm? Entahlah gue nggak tau apa itu penting buat lo?"

"Apa? Apa yang lo sembunyiin?"

"Kan gue bilang, bukan hal penting bagi lo" Ucapnya lirih.

"Oke, gue ganti pertanyaannya! Tahun-tahun ini lo keliatan lemes banget, itu kenapa?"

"Gue juga nggak tau"

"Gaf! Serius sedikit bisa nggak--"

Brak!

"DIEM BENTAR BISA NGGAK!?" Ia menaikkan nada bicaranya dan menatap tajam netra Raffi. Membuatnya bergidik ngeri dan mengalihkan pandangannya kearah lain.

Kemudian keadaan menjadi hening sesaat. Gafi menghela nafas, "Maaf, pikiran gue lagi kacau"

"Hm, gue ngerti kok"

Waktu terasa berjalan sangat lama, Raffi yang ingin segera mengakhiri keheningan ini berharap bel masuk cepat berbunyi, tapi waku masih menunjukkan kurang 20 menit lagi.

Dengan sedikit keberanian, ia melirik kearah Gafi yang sedang memandang dengan tatapan kosong kedepan.

Walau samar-samar ia menyadari, bahwa ada benda bening yang bergumul, berebut mencari jalan keluar dari kelopak mata temannya itu.

"Jangan ditahan, Gaf" Ucapnya mengembangkan senyum.

Gafi terkekeh singkat, salah satu tangannya sibuk mengusap kasar air mata yang mulai berjatuhan. "Sial-an, lo Raff!"

"Lo boleh sok kuat didepan semua orang, Gaf! Asalkan jangan didepan gue"

...

"Oit! Ayo sekalian bareng gue!" Gafi menoleh, dibalik pintu mobil Raffi terlihat melambaikan tangannya.

"Ngga--"

"Tenang, gue nggak pake pengharum"

Dug!

Pintu mobil ditutup, dan mobil pun mulai melaju meninggalkan area sekolah.

Fight(alone)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang