35

1.3K 267 36
                                    

Irene memejamkan matanya erat-erat. Hembusan angin masih sama meski sudah sangat lama ia tidak datang ketempat itu.

Wanita itu membuka mata dengan perlahan lalu melihat kebawah dimana ia bisa melihat dengan jelas riak-riak air yang seakan menggodanya untuk terjun kebawah.

Irene menggeleng, dia masih memiliki banyak jutaan koma.

"Joohyun-ah!!"

Irene menoleh dan menemukan orang yang menjadi alasannya hidup sedang berlari kearahnya.

"Apa yang sedang kau lakukan?!"

Belum sempat Irene menjawab, Seulgi sudah lebih dulu memeluk tubuhnya dengan erat.

Irene dibuat terkisap saat mendengar isakan kecil dari Seulgi. Ia melepaskan pelukan dan menatap Seulgi yang sedang menangis.

"Kenapa kau menangis?" khawatir Irene.

"Kau. Kenapa tidak memberitahuku kemana kau pergi? Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi? Kenapa kau pergi diam-diam?" tanya Seulgi dengan frustasi disetiap kalimatnya.

Gawat, Irene sudah membuat Seulgi sangat khawatir sampai menangis seperti ini.

"Hei.. Uljima. Aku hanya ingin mencari udara segar." ujar Irene lalu menghapus sisa-sisa air yang ada dipipi Seulgi.

Seulgi mengerucutkan bibirnya lalu kembali memeluk Irene. Erat, dalam dan hangat. Seulgi tidak ingin melepaskan wanita ini.

"Jangan pergi tanpa memberitahukan keberadaanmu padaku. Aku bisa gila karena terus memikirkanmu setiap detik." tegas Seulgi.

Irene terkekeh.
"Arrasseo mianhae. Ponselku tadi habis baterai, dan juga aku ingin sedikit lebih tenang."

Seulgi melepaskan pelukannya.
"Kau sedang memikirkan sesuatu yang membuatmu terbebani?"

Irene menggeleng meskipun yang diucapkan Seulgi merupakan fakta. Irene memilih untuk menyembunyikan pikirannya yang bisa saja akan menganggu Seulgi nantinya.

"Aniya, aku baik-baik saja seperti yang kau lihat." ujar Irene lalu tersenyum.

"Yang terlihat belum tentu yang sebenarnya." dengus Seulgi.

Irene terkekeh.

"Lagipula kenapa memilih jembatan untuk mencari udara segar? Kau membuatku jantungan saat melihatmu ternyata ada disini." sambung Seulgi.

Tangan Irene mengusap pipi Seulgi dengan lembut. Ia tahu pasangannya ini sedang khawatir dan sedikit menaruh rasa kesal padanya.

"Aku hanya mengingat saat pertama kali kita bertemu." kata Irene.

Dalam hitungan detik kekesalan Seulgi meluruh bersama angin yang berhembus. Ia tersenyum dengan sangat manis pada Irene.

"Kau merindukan masa-masa itu hm?" ucap Seulgi tanpa menghapus senyumnya.

Irene mengangguk.
"Semicolon ku..." ucapnya kembali mengelus pipi Seulgi dengan ibu jarinya.

"..Kau benar-benar membuatku melanjutkan hidup sampai sekarang. Orang yang membuatku selalu berharap sebelum tidur dan membuatku tersenyum dipagi hari. Ada kata lain yang bisa menggambarkan betapa bersyukurnya aku memilikimu?" lanjut Irene.

Seulgi tersenyum lalu mencium telapak tangan Irene yang sedang menyentuh pipinya.

"Ada. Saranghae.." jawab Seulgi.

Irene terkekeh kecil.
"Kalau begitu...saranghae."

Seulgi mengangguk puas.
"Lebih keras." titahnya.

Semicolon || SEULRENE ✔ COMPLETE ✔✔Where stories live. Discover now