31

1.4K 250 7
                                    

Keesokan harinya..

Ibu Seulgi sudah dipindahkan ke ruang rawat setelah ia sadar dini hari tadi, wanita paruh baya itu tersenyum bahagia saat membuka matanya, Seulgi sedang tidur dengan kepala disamping tubuhnya.

Ibu Seulgi pikir tadi malam ia bermimpi saat melihat Seulgi, ternyata ini adalah kenyataan, dia sungguh merasa sangat bahagia bisa melihat buah hatinya kembali.

Perlahan tangan lemah itu terangkat untuk mengelus kepala Seulgi. Hanya beberapa usapan namun mampu membuat Seulgi terbangun.

"Eomma." panggil Seulgi sembari mengusap wajahnya untuk menghilangkan kantuk.

"Ternyata ini bukan mimpi. Kenapa kau tidur seperti itu? Punggungmu bisa sakit." ucap ibu Seulgi dengan suara parau dan mata berkaca-kacanya, dia masih tidak menyangka bisa bertemu dengan Seulgi.

Seulgi tersenyum lalu melirik ke arah Irene yang sedang tidur disofa.

"Sofanya kecil, aku yang sudah besar ini tidak akan muat tidur disana." ucap Seulgi setelah menatap kembali ibunya.

Wanita itu tersenyum.
"Kau sudah besar ddeulgi-ah.. Kau lebih tinggi dari appa mu." ucapnya masih dengan suara yang lemah.

Hati Seulgi terketuk. Sudah sangat lama ia tidak mendengar panggilan sayang dari ibu kandungnya itu.

"Mianhae, eomma tidak menemani mu sampai tumbuh sebesar ini." lanjut ibu Seulgi.

Seulgi menggeleng lalu menangkup salah satu tangan ibunya.
"Jangan meminta maaf lagi, aku sudah melupakannya." ucapnya.

Ibu Seulgi hanya mengangguk lalu satu bulir air matanya turun, ia dengan cepat menyekanya.

"Gomawo, ddeulgi-ah.." ucap ibu Seulgi dengan penuh rasa syukur.

Tiba-tiba saja pintu terbuka dan ayah Seulgi datang dengan pakaian rapi nya. Ia tidak sendiri melainkan bersama perawat yang mengantarkan makanan.

Setelah perawat itu memberikan nampannya pada ayah Seulgi, ia pergi sedangkan ayah Seulgi mendekat pada nakas dan meletakan makanan tersebut.

"Jja, kau harus sarapan dulu." ucap ayah Seulgi sembari mempersiapkan alat makannya.

"Appa akan berangkat bekerja? Biar aku saja yang menyuapi eomma." kata Seulgi membuat ayah dan ibunya tersenyum.

Ayah Seulgi memberikan mangkuk dan juga sendoknya pada Seulgi.

"Gomawo uri adeul.." kata ayah Seulgi dibalas kekehan kecil oleh Seulgi.

"Yeobo mianhae, ada pertemuan penting hari ini, tapi aku akan pulang lebih cepat." ucap ayah Seulgi dengan tangan mengusap lengan istrinya.

Ibu Seulgi mengangguk.
"Gwaencana pergilah. Aku sudah baik-baik saja."

Ayah Seulgi tersenyum lalu mencium kening istrinya yang masih terhalang dengan perban.

Setelah pria paruh baya itu pergi, Seulgi dengan telaten menyuapi ibunya.

"Apa teman mu tidak tidur tadi malam? Kasihan dia tidur di sofa." ucap ibu Seulgi dengan tatapan menuju Irene yang masih pulas tertidur.

Seulgi terkekeh.
"Mungkin saja lelah, dia sangat khawatir pada eomma."

"Jinjja? Dia sangat baik dan juga cantik."

Seulgi mengangguk lalu memberikan sesuap lagi.
"Geundae eomma.. Dia bukan temanku, kami sudah menikah lebih dari dua tahun."

Manik ibu Seulgi sedikit membulat.
"Menikah?"

Semicolon || SEULRENE ✔ COMPLETE ✔✔Where stories live. Discover now