1

3.4K 437 12
                                    

     Seulgi terus memeriksa jam dinding yang ada diujung ruangan. Ia menunggu pelanggan terakhir untuk keluar dari coffee shop-nya. Padahal pria itu sudah membayar, tapi dia masih setia duduk dan mengesap kopi yang tinggal hanya setengah.

Ingin mengusirnya tapi itu tidak baik, reputasi cafe yang baru berdiri setengah tahun itu bisa saja hancur.

Para rekan Seulgi juga sudah pulang beberapa menit yang lalu. Membuat Seulgi menghela napasnya berat. Dia harus menunggu sebentar lagi untuk bisa menutup cafe lalu pergi untuk sebuah janji yang dibuat satu jam yang lalu. Dia sudah terlambat.

'Kenapa belum datang?'

'Makanannya akan dingin sebentar lagi.'

Seulgi menatap layar ponselnya yang tiba-tiba saja berdenting. Ia jadi merasa bersalah sudah membuat mereka menunggu lama.

Akhirnya Seulgi membalas dan mengatakan bahwa dia akan datang sebentar lagi, walaupun ia sendiri tidak tahu waktu pastinya.

Menit-menit berlalu, pria si pelanggan terakhir itu mengangkat tubuhnya dan terlihat beranjak pergi.

'akhirnya..' batin Seulgi lega.

"Permisi, apa aku boleh memesan kopi lagi?"

Raut wajah Seulgi berubah.

"Ne? Ah jeosonghamnida, cafenya sudah akan tutup." kata Seulgi dengan perasaan tidak enak.

Pria itu tersenyum kikuk.
"Ah geuraeyo, kalau begitu aku pergi saja, terimakasih kopinya, ini sangat lezat."

Seulgi membungkuk sesaat.
"Terimakasih, silahkan datang kembali."

Pria itu mengangguk singkat dengan senyuman yang menyertai, setelah itu dia pergi keluar meninggalkan cafe.

Setelah pria itu benar-benar pergi, Seulgi melepaskan apron nya lalu menyambar jaketnya. Ia berberes sebentar lalu setelah itu mematikan lampu, mengunci pintu, dan pergi menuju parkiran dimana motornya berada.

Jaraknya sedikit jauh, jadi ia butuh waktu beberapa menit untuk sampai disebuah rumah yang terbilang mewah dengan model modern yang diterapkan.

Seorang pelayan membungkuk ramah pada Seulgi saat ia melangkah menuju pintu besar.

"Selamat datang Tuan Kang." sapa pelayan itu.

Seulgi tersenyum.
"Bibi, sudah ku bilang Seulgi saja. Jangan terlalu formal padaku." kata Seulgi lalu ia melangkah masuk dengan pelayan itu mengikuti dibelakangnya.

"Nyonya bisa marah jika saya memanggil Tuan seperti itu." kata pelayan itu dengan kepala menunduk serta kedua tangan menyatu didepan perutnya.

"Aigoo.. Aku cantik seperti ini tapi bibi memanggilku seperti itu." kekeh Seulgi.

Pelayan itu hanya tertawa kecil sampai mereka tiba disebuah meja besar dengan hamparan makanan yang siap untuk disantap.

"Annyeonghaseyo!~." sapa Seulgi dengan senandung dan membungkuk sesaat.

"Lama sekali, halmoni bahkan sudah mengantuk." kata seorang wanita yang merupakan ibu Seulgi.

Semicolon || SEULRENE ✔ COMPLETE ✔✔Where stories live. Discover now