Prolog

7K 425 17
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka, penulis hanya meminjam nama dan visual para tokoh.
Maaf bila ada kesamaan alur atau cerita, semua semata-mata hanya karena unsur ketidak sengajaan.
.

.

.

'Hidup itu adil'. Bagi sebagian orang kata-kata itu benar adanya dan bagi yang lain itu hanya omong kosong belaka.

Kehidupan terasa adil bagi orang yang bahagia, sedangkan yang tidak bahagia? Mereka bahkan tidak bisa merasakan kehidupan itu sendiri.

Hal itu juga yang dialami oleh wanita cantik yang sedang menatap dirinya dicermin. Orang-orang banyak yang ingin menjadi dirinya. Fakta bahwa ayahnya adalah seorang pimpinan perusahaan yang sukses membuat orang-orang iri padanya.

Bae Joohyun akan tertawa jika ada orang yang ingin berada diposisinya. Mereka hanya melihat sampul yang dengan sempurna dibuat oleh ayahnya, tanpa tahu rahasia dibalik itu.

Wanita Bae itu tersenyum mengejek dirinya sendiri lalu menghapus riasan yang membuat wajahnya pegal. Sebentar lagi dia akan berhadapan dengan pria itu lagi, pria yang seharusnya memberikan kasih sayang, pria yang seharusnya mendidiknya dengan benar, nyatanya hanya pecundang yang pandai berakting.

"Aktingmu kurang bagus hari ini, Irene-ssi." ucap seorang pria disaat ia baru saja sampai di backstage dan menghampiri wanita itu.

Joohyun atau yang kerap disapa Irene itu menghela napasnya.
"Maaf, aku sedang tidak enak badan."

Pria yang merupakan pimpinan produksi hanya pergi begitu saja meninggalkan Irene.

Sudah biasa, sekeras apapun Irene berusaha, pasti ada saja yang salah.

"Kau ingin pulang bersamaku?" tanya seorang pria yang tiba-tiba saja datang menghampiri Irene.

"Gwaencanayo, aku akan pulang naik taksi." kata Irene menolak.

"Aku tidak keberatan jika kau ikut." ucap pria itu lagi.

"Rumah kita beda arah, aku tidak mau merepotkanmu, Bogum-ssi." kata Irene tetap menolak. Alasan lainnya adalah, Bogum merupakan anak dari pimpian produksi, jadi Irene enggan untuk lebih dekat dengannya.

Bogum mengangguk, "Kalau begitu hati-hati, aku pamit pulang."

Irene berdehem singkat dan pria itu pergi dari sana.

Mereka baru saja selesai menggelar sebuah acara drama teater dimana Irene menjadi peran utama wanita dan Bogum adalah lawan mainnya. Mereka hanya sebatas teman kerja, tidak lebih dari itu.

Setelah semuanya selesai, Irene pamit kepada para kru lalu pergi menggunakan taksi.

Butuh waktu beberapa menit untuk sampai dirumah itu. Bukan rumah, Irene lebih menganggapnya sebagai neraka, neraka yang selalu menyiksanya setiap hari.

Bahkan Irene takut untuk masuk kedalam sana, ia takut pria itu datang menghampirinya dan melucuti pakaiannya.

Begitu memasuki rumah itu, Irene langsung disuguhkan pemandangan tidak senonoh.

Seorang wanita terlihat berpasrah saat ayahnya menggagahi tubuhnya. Irene masih bersyukur karena kedua manusia itu masih berpakaian lengkap meskipun keadaannya sangat berantakan.

Semicolon || SEULRENE ✔ COMPLETE ✔✔Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ