31

3K 308 1
                                    

"OI BOCIL!."

"WOY!."

"ZIARE CANTIK!."

"Lu pada bertiga denger ga suara orang yang manggil nama gue?." tanya Zia kepada ketiga pacarnya yang saat ini tengah makan di katin bersama.

"Hm, dia Marshen, cowok yang kemarin bonceng kamu." dengus Zayne  menatap kearah belakang Zia dengan raut wajah cemburu.

El juga sama, diam-diam cowok itu mengepalkan tangannya di bawah meja. Ia masih ingat ketika cowok itu dan gadisnya saling tatap-tatapan apalagi ditambah Zia yang memeluk cowok itu dari belakang.

Bisa-bisanya ia kehilangan garis startnya dengan cowok asing itu.

Leon hanya menatap Zia dalam diam, ia bingung beberapa hari ini ia tak bersama gadisnya karna ada urusan karena mengurus sekolah. Karena ia adalah salah satu anggota OSIS.

Padahal, ia sangat merindukan gadisnya tapi pekerjaan itu tak bisa ditingalkan begitu saja. Ia punya tanggung jawab.

"Marshendal maksud lo?." tanya Zia sembari memasukkan sosis bakar kedalam mulutnya setelah dilumuri saus dan kecap.

"Dihh, mau ngapain tuh cowok." Zayne mengedihkan bahunya tanda tak tau.

"Cil!."

"Anjrit!." kejut Ziare saat tahu bahwa Marshen sudah ada di sampingnya dengan senyum tipis yang kali ini di mata Zia sangat menjengkelkan.

"Mulutnya." peringat Leon.

"Hehe keceplosan." cengir Zia.

"Napa lo nyariin gue? Kangen?." pd Zia.

"Ck, enggak! Gue mau ngomong sesuatu sama lo." ucap Marshen membuat ketiga cowok itu yang berstatus sebagai pacar Zia mendelik tak terima dan tak suka.

"Tapi bukan disini." lanjut Marshen.

"Yau--."

"GAK!." tolak cepat ketiganya. Enak aja, bisa-bisa mereka bertiga kecolongan lagi seperti dulu yang kecolongan sama bocil, si Varen yang sudah keluar negeri demi menempuh pendidikan disana.

"Lo ngomong disini atau gak sama sekali." mereka bertiga langsung mendekat kearah Zia dengan gesture possessive.

Marshen menatap ketiganya sebentar, sejenak ia tertegun kala mendapati bahwa cewek yang sudah membuatnya uring-uringan itu ternyata memiliki pacar lebih dari satu alias 3 pacar.

Namun, itu tak membuatnya mundur. Kata tukang parkir mah ada dua pilihan, pilihan yang pertama mundur, mundur, mundur dan pilihan kedua maju, maju, maju dan ia lebih suka menggunakan pilihan kedua.

Tak apa jika dia berbagi yang penting ia bisa bersama gadis yang dicintainya ini.

"Gue mau lo ketemu sama orang tua gue." ucap Marshen membuat semua orang membelalak terkejut.

"Cingire!." Zia mengebrak meja kantin membuat semua siswa/i menatapnya heran kemudian melanjutkan apa yang tertunda tadi.

"BUKANNYA LO MAU BAWA CRUSH LO?!."

"Sesat! Lo sesat!."

"Apa maksud lo hah?!." Leon menarik kerah seragam Marshen dengan kasar. Marshen menarik senyum miring hingga membuat ketiga pacar Zia menatapnya kesal dan tajam.

"Gak! Gue enggak mau. Masa iya gue mau jadi pelakor dalam hubungan crush lo yang belum confess itu." tolak Zia cepat membuat Marshen menatapnya sedih.

Ia lupa belum memberitahu bahwa crushnya itu adalah cewek itu sendiri!.

Marshen menggerutuki kebodohannya sendiri.

"Gue suka sama lo Zi."

Deg

"Pa maksud?!."

Bugh

Bugh

Dugh

________

"Sukurin lo!."

"Awhh sakit tau... Ayang mah gitu." rengek Marshen sembari meringis saat lebam di pipinya ditekan oleh Zia dengan sengaja.

'Geli anjrot dengernya.' batin Zia mendengus geli ketika Marshen memanggilnya dengan sebutan 'ayang'.

"Stop! Panggil gadis gue ayang!." El yang muak dan cemburu ketika cowok lain memanggil gadisnya dengan sebutan itu.

"Apa sih luh, sirik amat jadi bocah." sinis Marshen tak suka.

"Wahh makin lama makin ngelunjak juga ya lo!." geram Zayne yang rasa-rasanya ingin menampol wajah tengil bin menyebalkan itu.

"Untuk kali ini aja! Awas lo!."

"Gue izinin cewek gue ke kediaman lo!."

Padahal mah dalam hatinya ingin sekali membogem dan membunuh Marshen detik ini juga.

"Gue ga janji kalo cewek lo bertiga bakal jadi cewek gue juga." ucap Marshen menarik tangan Zia pergi dari UKS.

"BANGSAT LO!."

"MARSHENTOL GUE GOROK LU!."

"SYALAN! DIA CEWEK GUE!."

"CEWEK KITA!."

"Oke cewek kita."

_______

"Selamat datang tuan muda Marshen." saat tiba di pintu utama mata Zia langsung terkejut tak percaya kala beberapa main dan bodyguard berjejer rapi disamping kiri dan kanan.

"SAYANG!."

"PUTRAKU!."

Sekejap, tubuh Marshen sudah di peluk oleh wanita paruh baya dengan erat membuat Marshen hanya bisa diam dan pasrah.

"Kau benar-benar pulang, heh?!." suara bariton itu mampu membuat Zia mengerjap kagum kala melihat sugar daddy di depan matanya.

'Aseekk, bisa cuci mata nih.' batin Zia bersorak kegirangan.

"Hm." jawab Marshen.

Wanita paruh baya tadi melepaskan pelukannya dan menatap putranya yang dirindukannya.

"Anak nakal huh! Kabur ga bilang-bilang, bikin mami khawatir aja!." dengus Mami Marshen.

"Lagian, mah, Marshen ga suka nikah sama cewek itu!." tunjuk Marshen kearah cewek yang berpenampilan ketat tengah menampilkan senyum manis.

"Marshen!." tegur Maminya.

"Apa sih, mah?! Mending Marshen kabur aja dari pada nikah sama cewek itu!." kesal Marshen membuat Rachel mengepalkan tangannya.

"Lagian mah, Marshen udah punya cewek yang bisa bikin Marshen bahagia!." Marshen merengkuh pundak Zia yang masih anteng--mengagumi ciptaan tuhan yang ada di depannya ini, si sugar daddy.

Ketiganya menatap terkejut kearah Zia yang hanya memandang mereka semua dengan kaku dan tatapan Zia jatuh pada seorang cewek yang menatapnya tajam dan benci.

"Dan stop mojokin Marshen buat nikah sama dia! Marshen ga suka di paksa mah, pah! Stop Marshen capek!."

"Tapi Marshen..."

"Stop mah! Stop please!."

________




By:NVL.EL

ZIARE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang