22. Makanan Kesukaan Aretha

65 19 0
                                    

Minggu pagi di Minggu kedua sah-nya Aretha dan Agam menjadi sepasang suami istri. Sekarang, mereka sedang mengangkut barang-barang akan pindah rumah dan tidak lagi tinggal dirumah orang tua Agam, pindahnya tidak jauh melainkan di samping rumah Aya dan Andra. Ya, tetanggaan.

Beberapa kali Agam menegur Aretha supaya tidak usah ikut mengangkut barang barang, tapi Aretha ngenyel cewek itu kekeh ingin membantu. Barang yang mereka pindahkan tidak banyak, hanya baju-baju, keperluan pribadi dan buku-buku. Tidak memindahkan lemari atau bahkan kasur, dirumah baru mereka sudah disiapkan keperluan seperti itu, perabotan pun sudah lengkap. Rumah yang akan Aretha dan Agam tempati itu rumah milik Agam sendiri bukan milik orang tuanya, hasil dari kado ulangtahun yang di berikan kakeknya--Misbah. masih ingat?

Dasar orang kaya, ya, ngasih hadiah pun tidak main-main, sertifikasi rumah.

Aretha merebahkan dirinya yang dipenuhi peluh keringat diatas kasur yang sudah di tepuk tepuk terlebih dahulu agar tidak ada debu yang menempel. Menselonjorkan kakinya menjuntai melewati pembatas kasur. Agam melihat itu menggelengkan kepalanya dan membawakan minuman dingin untuk Aretha.

"Duduk dulu, minum." Agam menarik tangan Aretha membuat Aretha mau tidak mau duduk. Agam memberikan gelas berisikan minuman dingin itu pada Aretha, "asem," ringis Aretha saat satu tegukan masuk kedalam mulutnya, meringis dengan mata menekuk hingga tertutup.

Agam terkekeh, "tapi segerkan?"

Tidak mengelak, memang segar. Dingin, asem ada manisnya sedikit, segar sampai ke tenggorokan. Aretha mengangguk, "gak mau bilang terimakasih?" Tanya Agam, menaikan satu alisnya.

Aretha menggeleng, "males!"

Hingga membuat Agam terkekeh.

...

Siangnya keduanya makan hasil memesan dari luar, belum bisa memasak karena bahan-bahannya tidak ada. Agam dan Aretha berhadapan bersila hanya terhalang meja sofa, mereka makan di meja sofa bulan di meja makan. Aretha memesan ingin makan dengan lalapan, Agam menyetujui dan jadilah sekarang mereka makan dengan lalapan. Ayam goreng, tempe tahu, sambel juga lalapannya. Meski sederhana tapi nikmat.

Ini termasuk makanan kesukaan Aretha. Dibandingkan dengan makanan mewah yang ada di restoran restoran terkenal Aretha lebih memilih makanan sederhana seperti lalapan ini, rasanya jauh banding berbeda, menurut Aretha.

"Pelan-pelan aja, gak bakal ada yang minta." Agam menegur, membulat matanya melihat pemandangan Aretha yang makan dengan lahap. Makanan di telan disusul menyuap lagi, tidak ada henti.

Melihat Aretha makan selahap itu membuat Agam kenyang tiba-tiba.

"Lalapan lo gak dimakan?" Tanya Aretha dengan mulut penuh.

"Telan dulu," tegur Agam. Takut sekali Aretha keselek secara tiba-tiba.

Agam mengerti Aretha mau lalapan miliknya, dengan segera Agam memberikan lalapan itu pada aretha menyimpannya pada piring milik Aretha. Aretha tersenyum dan Agam membeku ditempat, perdana Agam melihat senyum itu secara langsung. Agam ikut tersenyum.

"Lain kali gue beli lalapan yang banyak biar Aretha senyum terus," batin Agam berkata, mengangguk-anggukkan kepalanya, ide yang bagus.

Makanan keduanya telah habis, jadwalnya Aretha minum susu, Agam buatkan. Perutnya sangat kenyang hingga menimbulkan gejala mata memberat dan mulut terus terbuka, menguap. Aretha tepar tidur di sofa dengan keadaan kaki yang mengangkang dan tubuh yang menyandar pada sandaran sofa, Aretha tertidur.

Agam yang baru saja dari rumah orang tuanya berdecak melihat itu, namun tak pelak Agam tertawa melihat posisi Aretha. Sangat lucu apalagi dengan wajah polosnya juga bibir kecil yang terbuka sedikit. Tidak anggun memang tapi menggemaskan, sangat menggemaskan. Tak tega membangunkannya Agam membopong tubuh Aretha membawanya kekamar dengan menaiki anak tangga atau persatu.

kesalahan | Agam [On Going]Where stories live. Discover now