29. Berpisah dari rasa lelah

45 6 1
                                    

Agam dan Aretha dilarikan kerumah sakit. Keduanya mendapatkan penanganan dari dokter dan perawat. Suhu tubuh keduanya semakin tinggi. Sudah dua jam keduanya dirumah sakit namun masih belum menunjukan tanda tanda membuka mata.

Aya menangis diperlukan Andra tidak tega melihat anak dan menantunya terkapar lemah di ranjang rumah sakit. Biasanya Agam tidak pernah separah ini ketika sakit.

"Mas.. Agam pasti bangun lagi kan? Aretha juga?" Aya mencengkram kemeja suaminya. Andra mengangguk mencium kening aya memberi kekuatan.

"Pasti sayang. Pasti anak dan menantu kita bangun lagi. Kamu jangan takut ya.. Agam saat Aretha belum siuman karena pengaruh obat. Ingat kata dokter, mereka baik baik saja." Mau mencoba percaya dengan kata dokter pun Aya tidak bisa. Naluri seorang ibu.
Aya sangat takut, amat sangat takut. Gelegar rasa kehilangan terus menghantui dirinya. Aya tidak mau kehilangan anak pertamanya itu. Sungguh, Aya tidak mau.

"Berdoa selalu sayang sama Allah, anak kita akan baik baik saja."

Aya rasanya ingin merah pada menantunya. Ingin mengekuarkan semua kekecewaannya dan ingin membeberkan sebuah fakta, alasan Agam berbuat nekat. Ingin, Aya sangat ingin. Aya sudah tidak tahan anaknya diperlakukan semena mena oleh Aretha. Bahkan, Aretha memiliki kekasih. Bisa sepenuhnya ini memang kesalahan Agam, tapi, apa tidak ada secuil pun rasa kasihan Aretha untuk Agam? Tak apa rasa kasihan pun, anaknya itu pasti sudah bahagia.

Tapi tidak bisa, Aya tidak bisa marah pada menantunya dan hanya bisa memendam kekecewaan. Pantas Aretha melakukan itu pada Agam. Mungkin, apa yang dilakukan Aretha adalah bentuk balas dendam.

Hingga waktu berlalu, Agam juga Aretha dirawat dirumah sakit selama 4 hari. Aretha yang memulihkan kandungannya yang lemah, dan Agam yang dirawat karena terkena tipes. Dihari keempat pada sore hari, Agam dan Aretha keluar dari rumah sakit saat keduanya benar benar pulih.

....

"Pak Andra, Aretha meminta pada saya ingin pulang dan kembali bersama saya. Tapi, saya tidak bisa membawanya begitu saja karena sekarang Aretha bukan milik saya sepenuhnya melainkan milik nak Agam juga jekurga kalian. Disini, saya ingin meminta izin untuk membawa Aretha. Aretha ingin memulihkan dirinya bersama keluarganya. Saya tidak bisa memaksa kalian, tapi semoga kalian memikirkan keinginan anak saya." Pak Jordi mengutarakan keinginan anaknya. Keinginan putrinya yang ingin kembali pulang, tidak ingin disini.

Andra melirik pada anaknya yang menunduk, Agam disampingnya. Andra menepuk paha Agam pelan membuat Agam melihat kearahnya. "Bagaimana, nak?"

Wajah pucat Agam semakin pucat, lelaki itu merekas tangannya. Melihat ayah juga ayah mertunya. Sekarang, Agam harus bagaimana?

"Pulang..." bola mata Agam bergerak. Berpikir jauh tentang jata pulang yang diinginkan Aretha. Bukan pulang perpisahankan?

"Kamu tenang saja, bukan pulang kearah itu. Saya sudah membujuk Aretha, bukan pulang untuk berpisah. Hanya, Aretha ingin memulihkan dirinya bersama saya dan abangnya. Aretha katanya rindu, hanya pindah rumah bebrpa saat kok. Aretha tidak berpikir sampai perpisahan."

"Aretha ingin menyakitkan dirinya. Meyakinakan diri tentang hubungannya dengan kamu. Berpikir mau bagaimana kedepannya. Aretha ingin mendapatkan jawaban pasti. Itu kata Aretha. Dan Aretha berharap besar semoga nak Agam mengizinkannya. Biarkan Aretha pulih bersama kami, bukan ayah tidak percaya pada kamu. Tapi ini keinginan Aretha, nak." Jordi melihat dalam dalam permintaan Aretha tersirat akan rasa lelah. Entah lelah karena apa. Aretha hanya bilang ingin memulihkan diri, rindu padanya dan pada abangnya. Dan, ingin belajar menerima anaknya, itu yang paling penting.

Agam meminta persetujuan pada Andra lewat  tatapannya. Andra mengangguk, mengusap bahu anaknya. "Jawaban ada dikamu, Agam. Terserah kamu ingin mengizinkannya atau tisak. Kamu yang kebih berhak."

kesalahan | Agam [On Going]Kde žijí příběhy. Začni objevovat