22. "Apa Aretha Akan Baik Baik Aja Mengandung Anak Agam?"

89 18 1
                                    

Jam pulang sekolah telah tiba, Agam menunggu Aretha diparkiran bersandar pada motornya. Matanya bergerak mencari orang yang ia tunggu. Jangan sampai kecolongan lagi, hari ini dan seterusnya Aretha harus pulang dan pergi bersamanya. Agam menyipitkan matanya saat siluit orang yang dicarinya turun dari tangga dengan sahabatnya. Sampai pada permukaan seseorang datang dari belakang menepuk bahu Aretha, tersenyum dan merangkul bahu Aretha. Agam meradang dan mengepalkan tangannya. Hingga teman-teman yang ikut menunggu saling melirik.

"Kamu pulang sama aku, kan?" Tanya Raja.

Aretha melirik Frida yang ada disebelahnya. Aretha menggeleng dan merangkul tangan Frida. "Maaf, ya, hari ini aku pulang sama Frida. Gapapa kan?"

Raja mengerucutkan bibirnya, entah kenapa sikap sifat cowok itu berbeda jika didekat Aretha. Tidak malu bersikap manja atau merengek tidak seperti kalau jauh dari Aretha, cool, good, irit bicara dan bergerak sebutuhnya. "Sama aku aja, ya? Jalan-jalan dulu, beli es krim?"

Aretha menggeleng, "aku sama Frida."

Raja menghela napasnya dan melirik Frida. Frida mengerti dari lirikan itu Raja meminta bantuan, "Ta, gapapa gue pulang sendiri aja. Lo sama Raja, aja."

Aretha menggeleng. Bukan maksud Aretha menolak Raja, dia hanya takut saja Agam mengetahuinya dan berujung seperti malam tadi. Suasananya masih terasa, menakutkan dan Aretha tidak mau itu terjadi lagi.

Ketiganya berjalan beriringan, melewati parkiran untuk sampai pada gerbang. Mata Aretha tidak sengaja melihat Agam yang bersandar pada motornya, dengan bersidekap dada juga mata memicing. Aretha gelagapan, yang asalnya berjalan didekat Raja berpindah tempat melepas secara paksa tangan Raja yang merangkulnya membuat Raja bingung. Frida ikut bingung, tapi seperkian detik kemudian kebingungan itu lenyap, Frida menipiskan bibirnya.

"Lebih baik lo pulang aja sama Agam. Liat tatapan matanya, serem!" Frida berbisik-bisik kecil pada Aretha. Remang-remang bulu halus Aretha berdiri, gemetar takut.

"Tapi...."

"Soal Raja biar gue yang urus!" Ujar Frida.

Aretha melirik Raja, Raja tersenyum dan menaikan satu alisnya. "Gimana? Pulang sama aku?"

Aretha tidak memberikan jawaban, dia melirik Frida. Frida mengangguk. "Raja..."

"Ya?"

"Maaf ya, untuk hari ini aku gak bisa pulang sama kamu. Aku buru-buru ada urusan, udah ada yang jemput juga. Emmm, Frid, duluan ya? Raja aku duluan, dadahh..." Dengan gerakan gugup Aretha berlari.

"Hey, tapi, Ta!" Saat Raja akan berlari mengejar Aretha Frida langsung mencekal pergelangan tangan cowok itu.

"Cewek lo ada urusan, gak usah diganggu dulu!"

Raja menghempaskan tangan Frida yang mencekalnya, "siapa juga yang ganggu! Gue pacarnya!"

"Terserah deh!"

.
.

Aretha ngos-ngosan berlari jauh dari parkiran menuju halte, cewek itu melirik kanan kiri sudah jauh dari gerbang sekolah.
Entah kenapa Aretha jadi sangat takut pada Agam setelah kejadian malam itu, Aretha tidak mau gegabah. Duduk di tepi jalan Aretha stabilkan napasnya, tiba-tiba perutnya terasa sakit. Aretha mengigit bibir bawahnya sembari mengusap perutnya yang sakit.

"Jika masih ingin hidup, bertahan." Gumam Aretha pada perutnya.

Aretha belum bisa menerima bayi yang ada diperutnya yang selalu ia bawa bawa kemana-mana. Pikir Aretha bayi itu yang merusak masa depannya, bisa saja kalau bayi itu tidak hadir Aretha tidak akan terikat oleh pernikahan dengan Agam. Kehormatannya sudah diambil? Tidak masalah, itu masalah didalam dan bisa ditutupi.

kesalahan | Agam [On Going]Where stories live. Discover now