21. Sedikit Kebenaran

98 20 1
                                    

BRAK!

Terjengkit, terkejut sampai memejamkan mata. Aretha mundur hingga mentok pada lemari. Air muka Agam menandakan bahwa lelaki itu marah. Sepuluh malam dengan orang-orang rumah sudah tidur, Agam memandang kecewa pada Aretha. Cowok itupun berjalan mengikis jarak dengan Aretha hingga kini Aretha terkurung olehnya.

Nyali Aretha menciut, tidak pernah dia melihat Agam seperti itu. Aretha menahan napas hingga tidak berniat membuka mata yang sedari tadi terpejam. Aretha baru pulang kerumah, dari atas balkon Agam memerhatikan Aretha diantar oleh Raja. Agam setia menunggu tanpa memejamkan matanya, menahan amarah yang tertanam.

"Buka mata, lo!" Suara Agam berat, menyeramkan dan penuh dengan penekanan. Aretha tidak membukanya, Agam tersulut hingga mencengkram rahang kecil Aretha, menunduk Agam berbisik. "Lakukan apa yang gue perintah!" Bisiknya.

Aretha membuka matanya, mata merah itu terlihat sekarang oleh Agam. "Gini kelakuan lo yang sebenarnya, huh? Gak absen keluar malem. Apa aja yang Lo lakuin sama pacar busuk lo itu?"

"Jaga ucapan, lo! Raja gak busuk yang busuk itu, lo!" Aretha melotot memberanikan diri. Memberontak.

Agam terkekeh, merunduk semakin mencengkram rahang Aretha. Pembelaan yang Aretha keluarkan itu memperlihatkan kalau Aretha tidak terima pacarnya di sebut busuk. Agam terkekeh, sakit ya ternyata. Cengkraman Agam melemah. Cowok itu berbalik membelakangi Aretha dan mengatur deru napasnya, ia tidak boleh mencelakai isterinya yang sedang mengandung anaknya. Daripada meluapkan amarahnya dan kekecewaannya lebih baik Agam pendam, ia tidak ingin Aretha dan anaknya kenapa-napa karena ulahnya sendiri.

Agam memjamkan matanya sekali lagi, menarik napas dan mengusap wajahnya kasar. Sungguh, tenggorokannya seperti tercekik sangat sakit, dadanya berat hingga rasanya sulit bernapas. Matanya memerah. Sakit hati yang amat dalam, entah bagaimana mengatasinya. Agam lelah, batu besar seolah menimpa dirinya hingga menjadikan ia remuk redam sulit bernapas.

"Bersih-bersih, tidur." Hanya itu yang Agam katakan, setelehnya cowok yang memendam kemarahannya itu pergi meninggalkan Aretha.

Aretha menghembuskan napasnya, memegang dadanya yang berdetak sangat cepat. Tidak bisa di hindari, Aretha takut pada Agam. Buru-buru cewek itu membersihkan diri, dan merebahkan tubuhnya untuk tidur. Memejamkan matanya dengan terpaksa, membungkus diri dengan selimut tebal hanya memperlihatkan puncuk kepalanya saja.

.
.

Rokok adalah pelarian dari kemarahan Agam, cowok itu menyesap rokoknya dengan nikmat dibawah langit malam yang gelap ditempat taman belakang rumahnya. Frustasi tidak bisa melakukan apa-apa, benar, Agam lemah akan Aretha. Agam takut dan seperti tidak punya daya untuk marah ataupun mengungkapkan kekesalannya. Agam bilang akan memberikan hukuman? Nyatanya? Tidak, Agam malah pergi dan memenangkan diri tidak berani berhadapan dengan Aretha.

Satu batang rokok itu cepat habisnya, terus Agam isap dengan kuat. Agam membuang puntung rokoknya, menunduk mengusap wajahnya kasar. "Kenapa gue jadi lemah gini?!"

Agam frustasi, kakinya menendang-nendang angin. Mendesah besar dengan bibir terbuka, jakunnya naik turun.

Kembali Agam mengambil sebatang rokok yang baru, menyalahkan dengan pemantik. Agam isap kembali rokok itu, asap mengepul keatas terbawa oleh angin malam yang sejuk namun menusuk permukaan kulit hingga menimbulkan hawa dingin. Lamanya, Agam menghabiskan lima batang rokok. Cowok itu menghembuskan napasnya, meminum minuman kaleng yang dibawanya dan berdiri. Malam semakin larut, Agam lupa belum membuatkan Aretha susu.

....

"Jadi... Sebenarnya Aretha lupa ingatan?" Jodi mengangguk atas pertanyaan Andra.

"Kecelakaan yang merenggut nyawa istri saya, membuat Aretha lupa ingatan sampai koma dua bulan." Pak Jodi menipiskan bibirnya, tatapannya menjadi kosong. Jika ia menceritakan kejadian menakutkan itu selalu saja terbayang wajah istrinya, kejadian itu adalah kejadian terkelam dalam sejarah hidupnya. Sampai sekarang, pak Jodi berdoa kalau kejadian itu hanya mimpi. Dan sekarang dirinya masih bermimpi, hingga nanti cahaya datang ia terbangun dari mimpi terkelam itu. Endingnya, kembali hidup bahagia dengan keluarganya yang masih lengkap, utuh tidak ada satupun yang pergi.

kesalahan | Agam [On Going]Where stories live. Discover now