ZERO O'CLOCK

186 25 13
                                    

AURUM

Sebelumnya kulihat meja kerjanya berantakan, ada sebuah buku tentang Viore, dan beberapa kertas yang sudah disobek kecil-kecil di tempat sampah. Dua hari yang lalu, Kak Genio dan Tuan Levi bercakap-cakap di halaman belakang tanpaku seolah ada sesuatu yang mereka sembunyikan dariku. Itulah yang membuatku mengikuti Kak Genio hari ini.

Kak Genio datang ke sebuah pondok kecil, disambut oleh seorang wanita tua. Mereka berada di dalam rumah selama hampir satu jam. Aku duduk di bawah pohon yang berjarak sekitar 500 meter dari rumah itu.

Wanita tua itu memetik beberapa tanaman dari pekarangan rumahnya dan memasukkannya ke dalam kantong lalu memberikannya kepada Kak Genio sebelum ia pergi meninggalkan rumah itu. Kantong itu mengingatkanku pada kantong tanaman obat yang tempo hari di bawa oleh keponakan Veloz.

Aku beranjak mengikuti langkah Kak Genio yang menjauhi rumah itu. Kak Genio berjalan cukup jauh hingga ke desa sebelah. Ia membeli seikat bunga lalu melanjutkan langkahnya lagi sampai ke perkebunan peninggalan bangsa Viore.

"Kau mengikutiku?" ucap Kak Genio menyadari keberadaanku yang bersembunyi dibalik semak.

"Maaf," kataku lalu muncul dari balik semak.

"Apa yang ingin kau tahu?"

"Kenapa kau pergi ke rumah Veloz? Kenapa kau kemari? Kenapa kau membeli bunga itu?"

"Aku ingin berdoa untuk mereka," ucap Kak Genio.

Sepuluh tahun yang lalu pembantaian terjadi di sini, entah bagaimana semua hal buruk mulai terjadi di negeri ini sejak saat itu. Kerajaan bahkan mengalami perpecahan. Bagaimana tidak? Salah satu ratu dan pangeran mereka menjadi korban, lalu Raja Fortis meninggal beberapa tahun setelahnya karena sakit. 

Kak Genio meletakkan bunga di bawah salah satu pohon yang mengering. Sepertinya dulunya pohon itu terbakar, tapi berusaha mempertahankan diri hingga sekarang. Aku mengikuti apa yang dilakukan Kak Genio, mengatupkan kedua tanganku lalu menunduk sambil memejamkan mata. Seharusnya aku mengucapkan doa, tapi aku malah melamun cukup lama.

Aku tak tahu harus mengucapkan kalimat apa untuk orang-orang Viore yang telah meninggal.

Kami berjalan bersama, aku melirik Kak Genio yang sejak tadi masih terdiam memandangi kantong tanaman obat. Aku berusaha tidak peduli meski sebenarnya aku ingin tahu informasi yang mereka cari dari ibu Veloz, dan tentang tanaman obat itu, aku ingin tahu apa yang terjadi pada keponakan Veloz. Mengapa Veloz menyerangnya saat itu.

Kami sampai di gedung rongsok yang merupakan rumah kami. Tuan Levi sedang di dapur memasak untuk makan malam kami. Aku menghampirinya usai mandi, membantunya menyiapkan beberapa hal.

"Aku akan pergi setelah makan malam," katanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku akan pergi setelah makan malam," katanya.

"Apa aku boleh ikut denganmu?"

"Tentu."

Behind The Story of King's Diary (Brothership)Where stories live. Discover now