TRUTH UNTOLD I

293 38 0
                                    

CLARUS JAY

Yo, everybody! Aku adalah pelayan pribadi Raja Reich. Aku mengurus segala keperluannya dan memonitoring segala pekerjaannya. Aku masih muda, tapi mereka memandangku sangat berbakat sehingga aku mendapatkan kepercayaan lebih dari istana. Raja Reich sangat polos dan baik hati, ia bahkan menganggapku seperti adiknya sendiri. Kurasa dia punya banyak adik dalam kehidupannya. Bahkan adik tirinya yang telah hilang masih amat dirindukannya.

Aku mendengar salah satu veteran prajurit kami tewas diserang. Istana tidak sempat menemukan jasadnya dan menguburnya dengan upacara keprajuritan. Aku tidak memberitahu berita ini kepada Raja Reich, sebab ia tidak suka dengan kisah yang melibatkan Viore. Ia merasa bersalah sebagai penerus kerajaan yang kejam terhadap rakyatnya. 

Aku mendapat kabar tentang veteran itu dari Kementerian Pertahanan. Yah, aku masih punya hubungan saudara dengan sang Menteri sehingga aku dapat dengan mudah berhubungan dengannya.

Jadi, disinilah aku, di sebuah rumah kecil merupakan tempat tinggal veteran yang terbunuh itu. Rumah ini sekarang hanya ditinggali oleh seorang nenek dan cucunya yang menyaksikan pembunuhan tersebut.

Nenek tua itu menyuguhkan teh bunga dan cemilan manis. Rakyat jelata seperti mereka punya selera yang bagus, pikirku.

"Tolong jangan menuntut apapun ke istana. Sesungguhnya raja tidak mengetahui tentang hal ini. Ngomong-ngomong jika cucumu bisa memberikan keterangan tentang penyerangnya, kami akan sangat terbantu," ujarku memulai pembicaraan serius.

"Kami tidak berniat menyembunyikan apapun, tapi cucuku sepertinya juga tidak ingat. Dia turut diserang, dia juga terluka parah."

"Kenapa kami tidak boleh menuntut apapun ke istana?" sahut seseorang yang tiba-tiba muncul, mungkin dia adalah cucu si nenek.

Wajahnya terlihat kesal, tapi tubuhnya yang diperban memang menunjukkan bahwa ia juga diserang. Aku menyapanya, mengangkat tanganku sambil tersenyum. Kelihatannya anak itu hampir seumuran denganku.

"Tolong jawab! Aku samar-samar mendengar percakapan mereka tentang Istana. Sebenarnya, apa yang telah istana lakukan?" ujar anak itu meninggikan suaranya.

Aku bingung, bahkan kami yang berada di istana juga kebingungan dengan apa yang terjadi. Kami ingin membantu keluarga yang ditinggalkan veteran itu, namun apakah yang sudah didengar oleh anak itu.

"Istana memang bertanggungjawab atas semua yang terjadi di Armeeya, tapi percayalah kami sedang berusaha memberikan yang terbaik untuk rakyat," kataku.

Anak itu menatapku penuh tanda tanya. Aku tidak bisa menjelaskan lebih banyak lagi kepada orang-orang seperti mereka. Istana punya masalahnya sendiri dan kami mengatasinya sebelum didengar oleh rakyat. Kepercayaan rakyat mungkin hancur karena banyaknya huru-hara yang terjadi belakangan ini, jadi kami tidak ingin ada banyak penduduk desa yang terlibat.

"Prajurit Veloz telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Ia hanya melaksanakan perintah, dan penyerangan terhadapnya sedang kami selidiki. Kematiannya menjadi tanggungjawab Istana," kataku lalu menyeruput teh bunga itu sampai tak bersisa.

Aku pamit setelahnya, tak mampu mengobrol lebih banyak dengan anak itu. Dia bisa melontarkan pertanyaan yang membuatku tak bisa mengerem informasi. Aku harus berhati-hati demi Raja dan rakyat. 

Aku menuntun kudaku, terlalu berisik jika aku berkuda di keheningan malam. Namun baru beberapa langkah aku meninggalkan rumah itu, anak laki-laki itu memanggilku. Oh tidak, aku tidak mau berurusan lebih lama lagi dengannya. Dia berlari ke arahku meskipun belum kutengok.

"Kamu tinggal di istana, kan?" tanyanya padaku.

Aku hanya mengangguk.

"Aku ingin ikut serta menyelidiki tentang kematian pamanku. Apakah kita bisa bekerjasama? Siapa namamu?"

Behind The Story of King's Diary (Brothership)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant