Happier 23

17 2 0
                                    

Selamat membaca semuanya
.
.

Ketika sampai di bawah Syarla dan Devin sudah ditunggu oleh Luna dan mereka langsung menuju parkiran menuju mobil Devin. Setelah sampai Syarla langsung membuka pintu belakang dan masuk ke dalam mobil. Dia cukup sadar diri rasanya melihat tingkah Luna sealma ini. Begitu juga Luna yang langsung duduk di kursi depan di samping Devin.

Kalau ditanya sifat Devin bagaimana, yaa bagaimana lagi laki-laki yang sangat tidak peka itu membiarkan nya saja. Setelah meletakkan koper di bagasi mobil Devin langsuk masuk ke dalam mobilnya dan melihat Syarla yang sudah memeramkan matanya dengan kepala yang disandarkan ke kaca.

"Oiya Dev, nanti kamu mau makan apa? Biar aku masakin, pasti masakan di rumah sakit nggak ada yang sesuai sama selera kamu."

"Hmm udah nggak usah repot-repot, nanti pas di jalan kita singgah bentar aja beli makanan yaa kamu pasti capek juga pulang kerja." Jawab Devin namun matanya tetap melihat Syarla dari spion tengah mobil.

"Udah nggak usah beli deh, nggak enak juga makanan luar biar aku aja yang masak yaa, yaudah ayook cepet jalan nanti keburu macet jalannya." Ucap Luna mengelus lembut lengan Devin.

"Yaudah kalau gitu," jawab Devin seadanya.

❤❤

Sekitar tiga puluh menit di jalan, akhirnya Devin sampai di rumahnya. Luna langsung masuk ke dalam rumah dan bersiap untuk masak tanpa memikirkan kehadiran Syarla.

"Syarla, ayo bangun kita udah sampai."

Ketika membuka matanya Syarla hanya menatap ke rumah di depan nya, bukan yang dia mau tapi bagaimana lagi. Bagaima dia bisa meawan sama Devin, mungkin Devin khawatir juga kalau Syarla pulang ke rumahnya. Karena kejadian itu tepat di depan rumahnya.

"Bisa jalannya? Mau aku gendong ke kamar?"

"Aku bisa kok," jawab Syarla meninggalkan Devin.

"Ya Allah gua salah apa coba, gini amat nasibnya ditinggal terus. Gua harus tanya Eki deh kayanya, soalnya dia pasti lebih kenal Syarla dari gua."

Sesampai di kamar, Syarla langsung membaringkan badanya di kasur. Meskipun sudah mulai pulih tapi tetap saja badan Syarla masih terasa lemas. Tak lama Devin pun juga masuk membawa koper yang berisi baju mereka dari rumah sakit tadi dan meletakkanya langsung ke walk in closet.

Devin langsung masuk ke kamar mandi membersihkan badannya dan mengganti pakaiannya. Badannya juga sudah mulai capek mengingat beberapa malam ini dia tidak sepenuhnya bisa tidur. Karena Devin takut nanti Syarla bermimpi buruk lagi. Mumpung masih jam tiga sore Devin memutuskan untuk istirahat sejenak.

Devin berbaring dengan hati-hati di samping Syarla agar Syarla tidak terbangun akibat gerakanya nanti. Tak langsung tidur Devin memilih menatap Syarla yang tidur menghadap ke arahnya. "Kapan ya kita bisa kaya pasangan lainnya. Aku juga pengen cuma nggak bisa maksain kamu, terlebih aku juga nggak tau caranya. Kok aku begok banget ya kalau berhadapan sama kamu La?" Devin mengelus surai istrinya dengan lembut.

"Hmm kamu tau gak aku khawatiir.. kali pas dengar kejadian kemarin tu. Rasa kehilangan mama langsung kembali diingatan aku, buat aku sesak mikirin kamu di ruang IGD, aku kebayang semuanya dan aku takut. Dari situ aku yakin sama perasaan aku ke kamu. Cuma aku juga gak tau caranya, aku bingung La."

Devin mengecup kening Syarla dengan penuh sayang kemudian kembali untuk beristirahat memunggungi Syarla. Tubuhnya butuh istirahat itu lah yang Devin inginkan saat ini. Mata Syarla terbuka menatap punggung Devin di depannya, ya Syarla dari tadi tidak tidur dia hanya memejamkan matanya dan mendengarkan semua ucapan Devin dari awal sampai akhir. Sebuah senyum terukir di wajah pucat Syarla mengingat apa yang diucapkan Devin barusan. "Terimakasih atas kejujuran kamu Devin."

HAPPIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang