(10)

77 51 83
                                    

Maafkan keterlambatan update-nya, ya!

Doain skripsiku lancar, biar bisa sering-sering update.

Vote dan follow aku, ya!

*****

Kurang lebih tiga minggu waktu yang diberikan Fakultas kepada kandidat ketua angkatan, untuk memikirkan apa saja visi misi yang akan mereka canangkan pada saat pemilihan. Setelah mengikuti pelatihan leadership selama kurang lebih satu minggu, dari sepuluh kandidat, dikerucutkan lagi menjadi dua kandidat, yang akan menyampaikan visi misinya hari ini.

Hiruk pikuk kini menyelimuti lapangan fakultas. Bukan karena menyemangati pilihan masing-masing, melainkan mengeluh akan teriknya mentari siang ini. Sejujurnya, mayoritas maba FE 2021 ini tak terlalu peduli perihal siapa dan apa yang akan terjadi setelah ini. Mereka hanya ingin segera memperoleh nasi kotak, kemudian pergi dari tempat ini.

Kathir, selaku panitia utama tak henti-hentinya menyerukan kata sabar kepada para junior. Menurutnya, sikap seperti ini sama sekali tak menunjukkan jati diri mereka sebagai mahasiswa. Mestinya mereka paham bahwa segala sesuatu butuh proses, termasuk pemilihan ketua angkatan ini.

"TERTIB! YANG TERTIB!" Kathir berdehem, menetralisir suaranya yang menyerak karena terlalu banyak berteriak. Menghadapi mereka sungguh membuatnya kewalahan.

Tak jauh dari sana, ada Ahyar—salah seorang kandidat—bersama Izmi. Mereka kini dituntut untuk fokus ditengah kebisingan. Peluh dari keduanya tak henti bercucuran. Beberapa tetes lolos membasahi kertas berisi visi misi yang akan mereka canangkan sebentar lagi. Apa pun itu, segalanya tak penting lagi. Di mata mereka berdua hanya ada hasrat, bersanding tekad.

Terkhusus Izmi, beberapa hari lalu ia sempat dicibir kedua kawannya—Faya dan Imah—diduga, terpilihnya ia sebagai kandidat utama dikarenakan pemanfaatan Kathir sebagai orang dalam. Tentu dirinya tak  mengvalidasi tuduhan tersebut.

"Enak aja kalian! Gue 'tuh kepilih murni tau!" Izmi menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Ya, meskipun ini karena bantuan Kak Kathir ... tapi, 'kan dia cuma ngasih gue saran, enggak nyampe bertindak sebagai orang dalem."

Mendengar itu, Faya hanya manggut-manggut, membawa telunjukknya menoyor pelan pipi Izmi. "Jangan lupa, lo tumbalin gue juga."

Jika tak bisa menahan emosi, Faya mungkin sudah meninju kawannya itu sedari tadi. Cengiran tak bersalah Izmi nyaris membuatnya naik pitam. "Kan udah gue beliin nasi padang, Fay. Khusus hari ini, nasi padangnya gue beliin dua, deh."

Semarah apa pun Faya, akhirnya tetap sama. Ia meluluh setelah mendengar kata 'nasi padang'. Begitu murah harga amarahnya diredam oleh makanan beraroma kuat itu.

Meski telah ditumbalkan, tak bisa dipungkiri, Faya turut bangga atas pencapaian Izmi. Ia tahu tak mudah untuk sampai ke titik ini. Terlebih, pelatihan kemarin cukup menguras tenaganya, namun ia memilih bertahan. Semua itu menunjukkan kualitas Izmi sebagai orang berprinsip.

"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh." Suara MC mengguncang para hadirin di lapangan. Tak ayal, para mahasiswa merapikan barisan secara serentak. "Pada kesempatan kali ini, saya Ayana Salsabila akan memandu jalannya presentasi pencanangan visi misi dari kedua kandidat, pada pemilihan ketua angkatan Fakultas Ekonomi, Jurusan Ekonomi Pembangunan tahun 2021."

Setelah itu, beberapa sambutan dituturkan oleh Dekan, Ketua Jurusan, serta Ketua himpunan. Salah satu list rundown paling makan waktu dan membosankan. Mayoritas mahasiswa hanya menatap sinis, sembari mengipasi raga mereka. Cukup lelah akan semburan panas mentari yang membabi buta. Beberapa mengeluhkan diskriminasi kampus atas nyamannya tempat duduk para pihak atas, sementara mereka hanya ditempatkan di kursi seadanya, berbekal air mineral gelas yang dibagikan secara cuma-cuma.

Di sisi lain, Faya memposisikan diri di barisan paling belakang. Selain menghindari Kathir, baterai sosialnya pun sudah mulai terkuras oleh bising di sekitarnya. Terlebih, ganasnya mentari menembus sampai ke isi kepala, hingga membuatnya migrain. Faya memijat-mijat dahi kirinya perlahan, sembari menatap sekitar kalau-kalau giliran Izmi tiba.

Waktu demi waktu berlalu. Setelah sambutan, kemudian dibukalah presentasi dari kandidat pertama. Jauh di dalam tatapannya, ia menyiratkan kegelisahan, kegugupan yang tertangkap oleh mahasiswa. Ahyar membawakan materi selama kurang lebih lima belas menit, sebelum akhirnya pamit undur diri. Bak lima purnama, setelah bergulat pelik, Faya pun menyaksikan Izmi mencanangkan visi misinya. Sebuah tampilan memukau, hingga memikat banyak pihak berkat diksinya yang dinilai mahal.

"Tentu saya takkan pernah bisa merealisasikan visi dan misi saya, tanpa bantuan dari pihak Fakultas, Jurusan, serta kawan-kawan mahasiswa sekalian. Untuk itu, besar harapan saya atas kesediaan para hadirin agar bersedia saling merangkul, saling mengayomi, serta saling gotong royong, demi perwujudan Fakultas Ekonomi, jurusan Ekonomi Pembangunan yang kukuh."

Riuh tepuk tangan kembali bergema. Menyanjung Izmi sebagai kandidat kedua yang visi misinya berhasil memikat mayoritas pihak. Setelah sesi presentasi berakhir, maka dimulailah proses pemungutan suara dari masing-masing mahasiswa. Semua mahasiswa yang hadir pun bangkit dari duduknya. Membentuk barisan rapi, guna memudahkan proses pemungutan suara.

Sementara itu, Faya hanya mendongak pasrah. Terlalu berat rasanya mengangkat tubuh yang melemah dimakan sinar UV. Pijatan kepalanya pun makin kencang. Ia sudah tak tahan berada ditempat ini.

"Faya!" Setengah tertutup, mata Faya berusaha menangkap suara itu. Samar-samar ia melihat seorang lelaki berjongkok persis di hadapannya.

"Kak Kathir?" tanyanya meracau pelan.

"Lo enggak apa-apa?" tanya Kathir kembali, lalu mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. "Ini roll on buat lo. Gue perhatiin, dari tadi lo mijit kepala mulu."

Faya hanya menggeleng, pertanda dirinya baik-baik saja. Tetapi, Kathir tak semudah itu dibodohi. Ia tahu Faya sedang berbohong.

"Mau gue anterin ke UKS, enggak?"

Pandangan Faya memudar, namun tubuhnya masih sepenuhnya sadar. Sudah cukup momen-momen bersama Kathir, ia tak tahu harus menaruh muka di mana lagi. Faya pun pergi meninggalkan segala macam penyebab migrainnya dari lapangan itu. Meski dihadiahi teriakan oleh senior lain, ia tak peduli lagi. Itu lebih baik daripada harga dirinya—untuk keberkian kalinya—jatuh di hadapan Kathir.

*****

Selasa, 24 Januari 2023

Pukul 18.04 WITA










Anak Perempuan Pertama [ON GOING]Where stories live. Discover now