BAB 20

332 15 1
                                    

Kayra mengetuk-ngetuk pulpennya pada keningnya pelan, kedua netranya berusaha melihat buku-buku di meja belajar, tapi nyatanya kedua netra itu beberapa menit melirik sekilas ke arah ponselnya yang ada di atas nakasnya. Hembusan napas dari bibir Kayra terdengar samar. Sepertinya Kayra benar-benar tidak waras sekarang, bisa-bisanya dia berharap ada notif dari Reza seperti biasanya, namun dia lupa bahwa nomor cowok itu sudah ia blokir.

"Oke Kayra, lo harus terbiasa tanpa adanya Reza. Cepat atau lambat hubungan lo sama dia bakal berakhir secepatnya!"  Kayra memejamkan matanya sebentar.

"Kak Rara!" panggil Olive di luar sana seraya mengetuk pintu kamar sang Kakak.

Kayra menaruh pulpennya, lalu dia beranjak dari kursi, kedua langkah kakinya mendekati pintu kamarnya. "Iya sebentar, Liv." ucap Kayra seraya membuka pintu kamarnya yang ia kunci.

"Ada bang Reza di depan," beritahunya pada sang Kakak. "Tadi Olive ajak ke dalam bang Reza gak mau, jadinya bang Reza ada di depan lagi duduk." jelasnya.

Kayra mengangguk paham. "Olive ke kamar sana, bobok." ucap Kayra. "Udah gosok gigi?" tanyanya.

Anak kecil dengan baju tidur bermotif beruang itu mengangguk. "Udah, udah cuci muka, cuci kaki juga!" jawab Olive antusias.

"Selamat malam."

"Malam Kak!" balas Olive tersenyum, setelahnya dia pergi dari sana menuju ke kamarnya sendiri.

Kayra menggigit bibir dalamnya, dia berjalan keluar. Sebelum benar-benar menemui Reza, cewek itu mengatur napasnya.

"Kenapa?" tanya Kayra to the point setelah duduk di kursi sebelah Reza.

Reza yang tadinya menatap lurus ke depan kini menoleh pada cewek yang sudah duduk di sebelahnya, tapi Kayra tidak ikut menatapnya, pandangan cewek itu lurus ke depan.

"Gue mau je–"

"Kalau gak penting, lo pulang aja, gua mau belajar. Besok masih ujian." ucap Kayra memotong penuturan Reza.

Reza menatap lamat cewek yang berstatus pacarnya saat ini. "Gue mau jelasin tentang pertunangan gue."

Kayra menoleh. "Bukannya udah jelas ya, Rez? Apa lagi yang harus lo jelasin?" tanyanya.

Reza membisu, tidak tau harus berbicara apa. Dia tidak tau harus mulai dari mana. "Gue–"

"Lo mau bilang, kalau lo mau hubungan kita berakhir? Gitu?"

"Maksud lo apa sih?" sentak Reza marah. Bisa-bisanya Kayra berbicara dirinya ingin mengakhiri hubungan? Gila saja.

"Bukannya emang gitu ya?" kata Kayra pelan.

"Lo gila tau gak, Kay? Bisa-bisanya lo berpikir begitu?"

Kayra menatap Reza tajam. "Emangnya apa lagi yang gue pikirin selain lo minta hubungan ini berakhir?"

"Lo–"

"Lo pulang, Rez. Gue capek, mau tidur." Kayra memotong penuturan Reza. Dia bangkit dari duduknya, tanpa menunggu Reza pergi, Kayra lebih dulu masuk dan menutup pintu rumahnya.

                                          ****

Reza mengacak-ngacak rambutnya frustasi, di pinggir jalan yang ramai, Reza menyugarkan rambutnya. Otaknya terus memikirkan Kayra. Suara klakson bersahutan, seakan tidak terganggu dengan suara-suara itu. Di langit malam tidak ada bulan, para bintang pun ikut bersembunyi di awan yang tebal.

Deringan ponsel di saku jaketnya membuat Reza cepat-cepat mengambil benda pipih itu, tanpa membuang waktu lagi Reza langsung mengangkat panggilan dari Kendra.

"Apaan?"

"Lo dimana?" tanya Kendra di sebrang sana, cowok itu mendengar suara bising dari tempat Reza sekarang.

"Jalanan," jawabnya

"Gue otw rumah lo. Nginep."  kata Kendra di sana.

Kerutan halus di dahi Reza tercetak di sana. "Tumben?"

"Biasa gue berantem sama bokap, dah gue mau k rumah lo. Lo juga cepet-cepet pulang, gue pengen ngelonin lo!"

"Najis!"

"Iya sayang, akuh juga sayang sama kamuh kokh! Muah, Dadah sayang!"

"Najis bangsat!" umpat Reza kesal, tanpa mau mendengarkan jawaban dari Kendra lagi, dia langsung memutuskan sambungannya. Demi apapun, Kendra bukan sahabatnya. Dia tidak pernah memungut banci seperti itu, yang dia punya sahabat-sahabatnya adalah lakik!

Reza buru-buru memasuki ponselnya ke dalam saku jaketnya, kemudian memakai helmnya kembali. Tanpa ba-bi-bu lagi, Reza menancap gasnya, yang dia inginkan hanya cepat-cepat pulang, dia khawatir isi kulkasnya akan habis jika Kendra ada di sana, maka dari itu, Reza berharap Kendra belum sampai ruangnya. Dengan begitu, dia akan menyembunyikan isi kulkas.

Tidak membutuhkan tiga puluh menit dari jalanan itu ke rumahnya. Reza langsung masuk ke dalam setelah pintu gerbang di buka oleh satpam rumahnya. Kedua netranya belum menemukan motor Kendra di rumahnya, sepertinya cowok itu belum datang, tanpa menyia-nyiakan waktu lagi, Reza bergegas masuk ke dalam rumah.

Para art di rumah terlihat bingung dengan Tuan mudanya yang terlihat begitu terburu-buru memasuki semua isi kulkas ke dalam kardus.

"BEBEP!"

"Bangsat!" umpat Reza setelah mendengar suara Kendra yang berteriak. Reza menoleh ke sumber suara, di sana, beberapa meter darinya, Kendra tengah memasang senyum Pepsodent sambil berjalan mendekatinya.

"Ih, lo romantis banget sampai nyiapin semua snack buat gue. Jadi makin sayang gue!" ucap Kendra merebut kardus yang berisi setengah snack dan minuman dari dalam kulkas.

Reza ikut merebut kardus itu dari dekapan Kendra. "Engga anjing! Itu punya gue!" omel Reza.

"Gue laper monyet!"

"Perut gentong lo!"

Pertikain itu membuat para art di sana menonton, memang sudah biasa tapi rasanya tetap saja beda. Reza yang pelit, dan Kendra yang gak sadar diri. Pertemanan yang sangat indah.

                                         ****

23 Januari 2023

REZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang