BAB 03

616 31 0
                                    


Kayra memberhentikan motornya di pinggir jalan, dia membenarkan letak helmnya. Kayra mempertajam penglihatannya, ingin melihat jelas siapa yang tengah asik adu jotos. Kedua matanya membelak, "REZA?" pekiknya.

Tadinya dia ingin menonton pertunjukan ini sampai selesai sambil memakan camilan yang ia bawa, tapi ia urungkan karena siapa yang sedang adu jotos.

Dengan terburu-buru Kayra berlari menghampiri kedua orang yang tengah saling memukul. Dengan keberaniannya, dia berteriak. "GUE TELPON POLISI KALAU KALIAN GAK BERHENTI!" ancam Kayra.

Pekikan itu berhasil membuat dua orang itu berhenti, dua orang itu langsung menoleh ke sumber suara. Kayra meringis melihat wajah dua orang yang ada di hadapannya, keduanya babak belur.

"Siapa lo?" cowok dengan seragam sekolah SMA itu menatap Kayra tidak suka. Dia buka berasal dari SMA Angkasa, terlihat jelas almamaternya. Itu almamater sekolah sebelah.

Cowok itu ingin maju melangkah, namun dengan sigap Reza mendorong cowok itu agar dia tidak macam-macam dengan Kayra.

"Kalau lo gak pergi, gue beneran telpon polisi! Gue udah mutualan sama polisi deket sini!" ucap Kayra berkecak pinggang, menatap cowok itu nyalang.

Reza berdecak mendengar ucapan Kayra. "Pergi lo!" usirnya. Dia tidak mau Kayra akan menjadi sasaran.

"Urusan kita belum selesai!" seusai mengatakan itu, cowok tersebut meninggalkan mereka berdua.

Plak

Reza meringis karena tangan Kayra menampar pipi kanannya yang lembam. "Udah jelek tambah jelek! Sok-sokan berantem!" cibir Kayra. Reza menatap Kayra kesal, bukannya di obatin tapi malah di tampar? Pacar macam apa ini?

"Bacot lo!"

Kayra melirik sinis ke arah Reza. Tangannya mengeluarkan ponselnya dari saku roknya. "Ken tolong ambilin motor Reza di perempatan jalan deket sekolah." setelah berterima kasih pada cowok itu, Kayra langsung mematikan sambungannya dan menarik tangan Reza menuju motornya.

"Apa-apaan sih lo?" tanya Reza tak suka.

"Bareng gue, ntar lo malah lanjut baku hantam sama cowok itu," ucap Kayra. Cewek itu duduk di atas motornya, kemudian menyalakan mesin motor. "Naik!" perintah Kayra.

"Gue di boncengin lo? Gak-gak! Gue yang bawa." Reza memegang stang motor Kayra, tapi dengan cepat Kayra menepis tangan besar milik Reza.

"Berisik lo! Tinggal naik apa susahnya sih?" Kayra menghembuskan napasnya kesal, dia tersenyum manis. "Naik sayang," ucap Kayra dengan manis yang sebenarnya dia sendiri ingin muntah dengan penuturannya.

"Iya sayang." jawab Reza tersenyum jahil, hal itu membuat Kayra mendengus.

Dengan berat hati Reza naik ke atas motor Kayra, kalau bukan Kayra yang mau dia juga tidak akan mau. Cowok itu memeluk perut Kayra membuat sang empu memukul tangannya dan mengoceh minta di lepaskan.

****

Kayra kembali menyeret Reza, setelah sampai UKS, Kayra menyuruh Reza duduk di atas brangkar, sedangkan dirinya mengambil kotak P3K. Seusai mengambil kotak P3K, Kayra duduk di kursi samping brangkar, tangannya memulai mengobati luka-luka Reza.

"Shh.."

"Pelan-pelan!" pinta Reza dengan tatapan tajam pada Kayra yang sedang mengobatinya. "AKHRG! SAKIT KAY!" jerit Reza.

Kayra memutar bola matanya malas, tangannya menekan luka Reza dengan kesal, dari tadi cowok yang bersamanya terus berisik.

"Ya ampun Kay ini sakit, kalau lo ngobatin gue gak pake hati!" omel Reza. "Harusnya lo obati gue dengan lemah lembut gitu loh, bukannya malah kayak ngajak baku hantam!" cerocos Reza.

"Gemes deh, pengen gue tonjok mulut lo!" ujar Kayra menepis kasar tangan Reza setelah mengobati luka Reza, lalu merapikan kembali kota P3K yang ia pakai.

"Ih gemes deh, pengen buang lo ke jurang!" sahut Reza julid, dia membaringkan tubuhnya di brangkar.

"Dah lah, males gue!" Kayra melangkah pergi dari UKS, yang menyisahkan Reza seorang.

"Dia cewek siapa sih? Ngeselin amat, mana ngegas mulu kalo diajak ngobrol! Ngomel-ngomel kerjaannya!" gerutunya kesal.

"HEH, GUE DENGER YA REZ!"

Reza membelak matanya setelah mendengar sahutan dari luar ruangan, berati Kayra mendengar gerutuanya?

****

"LO KOK MENANG TERUS SIH, NYET?" tanya Kendra kesal, cowok itu melempar stik PlayStation kasar.

"Oh jelas dong, gue!" jawab Reza dengan bangga.

"Sombong amat!" cibir Kendra melirik Reza sinis, Kendra selalu saja kalah dengan Reza, ia menang melawan Reza hanya sekali saja.

"Nih, gue kasih tau ya, lo itu harus berguru sama gue, Ken." ucap Reza duduk di sofa seraya menyenderkan tubuhnya di punggung sofa.

"Alah, berguru-berguru! Lo bakal minta bayaran yang gede!" cerocos Kendra.

"Iyalah, gue udah berjasa karena udah ngajarin lo dengan baik!" sahut Reza menaik-turunkan alisnya dengan menciptakan wajah tengilnya.

"Dah lah males gue." ujar Kendra beranjak dari duduknya dan merebahkan tubuhnya di King size Reza.

"Buset dah, Jahe lo betah amat megang hp dari tadi, ada apan dah?" tanya Reza menatap Jehan yang berada di meja belajarnya yang sedari tadi memegang ponsel.

"Udah tua gak boleh kepo." kata Jehan tanpa mengalihkan perhatiannya dari ponsel.

"Anjir lo, jangan mentang-mentang yang lahir gue duluan disangka gue udah tua! Harusnya lo hormat sama gue! Karena gue lebih tua dari lo!" seru Reza menyomot kripik singkong yang ada didekatnya.

Jehan mengacungkan jari tengahnya, lalu kembali fokus pada ponselnya.

Reza tidak mengindahkan jari tengah Jehan, dia asik dengan kripik singkongnya sekarang.

"Lo tau Caca?" tanya Jehan yang sekarang beralih menatap Reza.

Reza mengerutkan keningnya, "Caca yang mana?" tanya Reza balik. "Caca, permen?"

"Ck, Caca yang 12 IPA 4," balas Jehan beranjak menghampiri Reza-ralat, menghampiri kripik singkong.

"Oh dia, anak olimpiade matematika? Iya 'kan?" tanya Reza memastikan bahwa yang orang yang Jehan tanya itu benar orang yang itu. "Kenapa emangnya? Mau PDKT sama dia lo? Suka sama tuh cewek lo?"

Jehan merampas toples yang berisi kripik singkong, yang tinggal setengah dari tangan Reza. "Engga, cuma mau bilang, dia tetangga lo," sahut Jehan.

"Dih masa? Kok gue gak tau?"

"Lo asik ngebucin sama Kayra!" kelakar Jehan mengambil dua stik PlayStation, lalu memberikan satu benda itu kepada Reza, pertanda Jehan ingin bermain dengan Reza.

"Ye, biarin, sirik aja lo. Bilang aja lo iri." jawab Reza turun dari sofa, kakinya menyilang dan tatapannya fokus pada layar di depannya.

"Engga, sorry gue udah ada." ucap Jehan santai.

Reza menoleh sebentar ke arah Jehan, kemudian kembali fokus, "anjer, lo udah ada? Siapa tuh. Boleh lah di ajak" canda Reza tertawa. "Oh atau jangan-jangan si Caca? Oh makanya lo tadi bahas Caca? Wedeh, pasangan bar-"

"Bukan, gue cuma basa-basi aja sih tadi bahas Caca." potong Jehan cepat, agar Reza tidak salah mengartikan.

"Lah terus siapa?" tanya Reza kepo.

"Kayra,"

Hening

"ANJING, LO MAU GUE BANTAI?" tawar Reza melempar stik itu dengan kasar, dia menatap Jehan dengan tajam.

"Gue bercanda." ucap Jehan tertawa puas melihat ekspresi wajah Reza yang emosi.


****

4 Desember 2022

REZAWhere stories live. Discover now