Althaia mencoba membuka ponsel, berharap dengan sedikit bermain dapat membuat kantuknya datang.

Ting

Bunyi notifikasi dari aplikasi WhatsApp mengalihkan perhatiannya. Ia melirik pop-up pengirim dan ternyata adalah Max.

Maximilian Archard

Belum tidur?

Gak bisa tidur .

Kenapa gak bisa?

Ya gak tahu, namanya juga gak bisa tidur.

Kamu juga kenapa belum tidur?


Lagi buat makalah. Dikumpulkan besok.

Sampai jam segini?

Iya. Mau sleep call?

Gak usah deh, kamu selesain aja makalahnya. Terus langsung tidur.

Iya. Ini sebentar lagi selesai.
Kamu juga cepat tidur, besok ada kelas pagi kan.
Good night❤️
[Read]

Althaia tersenyum tipis. Ponselnya ia simpan di meja samping tempat tidur. Mulai memejamkan mata berharap kantuk segera datang.

[Hello Max]

Pagi ini cuaca cerah. Namun, tak secerah wajah Althaia yang baru terbangun dari tidurnya.

Dengan kantung mata yang menghitam dan bibir yang pucat, gadis itu berjalan menuju ruang makan. Kedatangannya disambut tatapan penuh tanya dari kedua orang tuanya.

“Pagi,” sapanya dengan lesu. Sesekali menguap sebab masih merasakan kantuk. Bayangkan saja, ia hanya tidur 3 jam.

“Kamu kurang tidur semalam?” tanya Abraham membuka suara.

Althaia mengangguk sebagai jawaban. “Althaia cuma tidur 3 jam.”

“3 jam? Kenapa? Ada tugas?”

“Gak, emang gak bisa tidur. Gak tahu kenapa.”

“Hari ini kuliah sampai jam berapa?”

“Jam setengah 11.”

“Ya sudah, setelah itu langsung pulang dan istirahat.”

“Hmm.”

Althaia memakan sarapannya dengan tenang. Sesekali mengerjapkan matanya menahan perih sebab mengantuk. Setelah selesai, ia langsung berangkat menuju kampus. Mengendarai sepeda motor yang baru-baru ini dibelinya. Sengaja memang, untuk mengantisipasi jika sewaktu-waktu ingin pergi kemana-mana namun tak ada yang mengantar. Dan juga agar tak selalu mengandalkan Max.

Althaia mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan rata-rata. Saat di lampu merah, ia menghentikan laju motornya. Matanya sempat mengedar melihat pengendara lain, hingga tak sengaja menatap seseorang yang sangat ia kenali. Tubuhnya mematung dengan mulut setengah terbuka. Ia mencoba memfokuskan matanya untuk memastikan.

Bunyi klakson dari arah belakang membuyarkan lamunan Althaia, gadis itu langsung melajukan kembali motornya sembari berpikir dalam hati. Tentang seseorang yang ditemuinya tadi di lampu merah. Dan memastikan apakah pandangannya benar atau hanya kebetulan belaka.

Tak sadar, motor yang dikendarai Althaia telah sampai di kampus. Ia segera memarkirkan motornya di parkiran fakultas. Parkiran sudah ramai pagi ini.

“Althaia!”

Baru saja turun dari motor, Althaia bisa merasakan pundaknya dirangkul seseorang. Ia menoleh dan langsung mendapati wajah Sifa, teman kelasnya yang tersenyum lebar.

“Ke kelas bareng?”

“Oke.”

“Btw Lo tahu Farhan gak sih?” tanya Sifa dengan wajah yang memerah.

“Farhan? Farhan siapa? Nama Farhan gak cuma 1 orang, kan.”

“Farhan anak Biologi.”

“Yang putih, tinggi, terus pakai kacamata itu?”

“NAH ITU!”

Althaia refleks menjauh saat Sifa berteriak dengan kencang. Mulutnya mendengus kesal.

“Ya kenal, kenapa?”

“Ganteng banget anjir. Kayaknya gue ngecrushin dia.”

“Biasa aja.”

Sifa mengedikkan bahunya acuh. Matanya mengedar ke segala arah.

“Itu cowok Lo bukan?”

Telunjuk Sifa menunjuk seorang laki-laki yang tengah berjalan dengan perempuan di sebelahnya. Laki-laki tersebut tak lain adalah Max. Dilihat dari gestur tubuhnya, Max terlihat tak nyaman. Bahkan sesekali ia mengutarakan kekesalannya pada perempuan yang akhir-akhir ini gencar mendekatinya.

“Iya.”

“Anjir beruntung banget Lo punya cowok yang diidolakan cewek-cewek kampus. Udah lama pacarannya?”

“Dari gue kelas 10.”

“Buset udah lama ternyata. Semoga langgeng sampai pelaminan ya, jangan lupa undang gue kalau nikah nanti.”

Althaia tersenyum geli. Otaknya belum sampai memikirkan ke tahap pernikahan. Tapi ia hanya mampu mengaminkan doa Sifa.

“SAYANG!!”

Teriakan itu membuat Althaia mendongak. Matanya menyipit melihat Max yang berlari ke arahnya. Wajah laki-laki itu terlihat muram saat berada di depannya.

“Kenapa?”

Berbeda dengan Althaia yang menatap Max dengan bingung, Sifa justru menatap dengan binar penuh kekaguman.

“Kak, boleh minta foto bareng, gak?” tanyanya spontan.

Althaia mendelik mendengar pertanyaan Sifa. Sedangkan Max berdecak kesal.

“Gak! Gue gak mau cewek gue cemburu.”

(To Be Continue)

MAU END DI PART BERAPA????

MAU LIHAT MAX & ALTHAIA SAMPAI NIKAH?




Hello MaxWhere stories live. Discover now