02. •Sadar•

56.8K 4.5K 19
                                        

Plak

Wajah Althaia tertoleh ke samping. Ia terdiam memegangi pipinya yang terasa perih.

“BERAPA KALI GUE BILANG JANGAN PERNAH GANGGU MAUDY!”

Althaia mendongak. Menatap laki-laki di depannya yang juga menatapnya dengan pandangan tajam. Wajah laki-laki tersebut terlihat merah menahan amarah.

Mata Althaia mengedar melihat di samping laki-laki itu, terlihat seorang gadis yang menangis sesenggukan seraya menunduk.

Bruk

Tubuh Althaia yang tak siap pun terjatuh membentur lantai. Ia masih shock dengan kejadian kali ini. Merasa tak mengenal sosok laki-laki yang menampar dan mendorongnya hingga jatuh seperti ini.

“DYLAN BRENGSEK! BERANINYA MAIN TANGAN SAMA PEREMPUAN!” teriakan menggelegar itu membuyarkan lamunan Althaia. Dengan cepat, gadis itu bangun dan menoleh ke belakang. Melihat lagi seorang gadis asing yang menghampirinya.

Tanpa ketakutan sedikitpun, gadis yang tadi berteriak mendorong tubuh laki-laki yang tadi mengasari Althaia dengan kekuatan penuh.

“LO KALAU BENCI SAMA ALTHAIA, GAK USAH MAIN TANGAN SAMA DIA. BANCI LO!”

Althaia masih bungkam. Gadis yang tadi membelanya menarik tangannya untuk pergi.

“Al, Lo gak papa, kan?” tanya gadis tersebut saat keberadaan keduanya sudah agak menjauh.

Althaia melirik name tag gadis yang membelanya tadi. Ternyata adalah Grace. Yang ia tahu saat di novel adalah sahabat dekat tokoh Althaia.

“Al!” panggil Grace sekali lagi.

Althaia mengangguk. “Iya, gue baik-baik aja.”

Grace menghela nafas lega. “Emang sialan si Dylan. Cuma gara-gara cewek lemah kayak Maudy, dia sampai main tangan sama Lo,” ucapnya menggebu-gebu.

Jadi itu Dylan dan Maudy. Batin Althaia.

“Udah biarin aja, lebih baik kita ke kelas,” ajak Althaia yang langsung disetujui oleh Grace.

Setelah itu, Althaia dan Grace berjalan beriringan menuju kelas. Sesekali keduanya terlibat obrolan untuk mengisi keheningan.

Tak lama kemudian, keduanya sampai di kelas yang sudah terlihat ramai. Kedatangan keduanya menarik perhatian seluruh penghuni kelas.

Dan Althaia tak heran dengan semua itu. Sebab dalam novel pun ia sudah mengetahui jika tokoh Althaia adalah sosok gadis yang diidam-idamkan murid Internasional High School. Meskipun sikap tokoh Althaia yang terkenal kejam dan tak berperasaan, tapi tokoh Althaia masih menjadi primadona sekolah karena wajahnya yang seperti titisan Dewi Yunani.

“Gue rasa hari ini Lo sering ngelamun,” ucap Grace yang tepat sasaran.

Althaia tersenyum kikuk. “Entahlah. Mungkin gue lagi banyak pikiran,” jawabnya sepelan mungkin.

“Paling pikiran Lo cuma tentang Dylan. Gue gak habis pikir sama hati Lo itu, terbuat dari apa sih? Sampai-sampai bertahan sejauh ini, meskipun selalu disakiti oleh Dylan.”

“Gak! Mulai sekarang gue gak akan mikirin tentang Dylan lagi, gue janji bakal buang rasa suka gue ke Dylan.”

“HAH? SERIUS LO?” tanya Grace tak percaya. Bahkan Grace sampai memegang kedua bahu Althaia dengan cukup kencang.

“Iya, setelah gue pikir-pikir, percuma gue memperjuangkan seseorang yang gak menghargai perjuangan gue.”

Grace terpekik senang. “Gue selalu nunggu momen ini.”

Hello MaxWhere stories live. Discover now