26. Berlalu

12.8K 1.2K 8
                                    

2 tahun kemudian...

Waktu memang cepat berlalu. Roda kehidupan semakin berputar. Tak terasa 2 tahun telah berlalu. Melewati suka dan duka kehidupan. Merasakan pahit dan manisnya hidup. Bahkan tangis dan bahagia.

Di sebuah universitas negeri yang ada di kota Jakarta, terlihat banyak mahasiswa dan mahasiswi baru yang berbaris rapi di lapangan. Mengenakan setelan hitam putih dengan papan nama di depan dada. Digantung menggunakan pita berwarna-warni dan dihias sedemikian rupa.

Tak ada bentak-membentak, tak ada senioritas, mereka diperlakukan dengan sangat baik. Mendapatkan arahan dari panitia pelaksana OSPEK. Juga pengenalan lebih jauh mengenai kampus.

“Pssttt,” bisik seorang laki-laki di belakang perempuan yang sedang fokus mengikuti OSPEK dengan baik.

“Iya, kenapa?”

Perempuan tersebut menoleh ke belakang. Dan matanya langsung bertatapan dengan laki-laki manis dengan lesung pipi di sebelah kanan.

“Nama Lo siapa?”

Perempuan tersebut menunjukkan papan namanya yang tergantung di depan dada. Disertai senyum manis yang membuat laki-laki di depannya terpana.

“Althaia Calista. Oh, namanya bagus. Salam kenal, gue Ben dari Ilmu Komunikasi.”

“Salam kenal juga, gue dari fakultas MIPA, prodi matematika.”

“Boleh minta username Instagram Lo gak? Kalau minta nomor WA kayaknya terlalu privasi.” Ben terkekeh pelan. Ia tak ingin Althaia risih jika langsung meminta nomor WA.

Althaia mengangguk. Ia menyebutkan username Instagramnya pada Ben. Tak lama, Althaia merasakan ponselnya berbunyi.

“Oke udah gue follback ya.”

Ben mengangguk dengan semangat. “Thanks. Kapan-kapan gue dm,” guraunya yang langsung ditanggapi Althaia dengan kekehan ringan.

Keduanya kembali fokus mengikuti OSPEK. Tanpa menyadari jika ada seseorang yang menatap interaksi keduanya dengan tatapan tajam. Mulutnya berdesis sebal.

“Lo kenapa? Bukannya hari ini gak ada kelas ya?”

Orang tersebut menoleh. “Gue gabut di rumah, jadi pergi ke kampus.”

Setelah itu, ia langsung berlalu meninggalkan sekitar lapangan. Sepertinya ia membutuhkan sedikit air dingin untuk mendinginkan pikirannya.

[Hello Max]

“ALTHAIA!!”

Panggilan itu membuat langkah Althaia berhenti. Ia memutar badannya guna melihat siapa gerangan yang memanggilnya.

Keningnya mengernyit kala melihat orang yang kini berjalan ke arahnya memasang wajah masam dan terkesan menahan amarah.

“Kenapa?” tanya Althaia bingung.

Bukannya menjawab, orang tersebut justru memberikan Althaia sebotol air mineral dan mengeluarkan tisu dari saku celananya untuk mengelap bulir keringat yang mengalir di sekitar dahi Althaia.

“Kenapa, Max?” ulang Althaia sekali lagi. Berharap Max, yang kini masih menjadi kekasihnya akan menjawab pertanyaannya.

Memang benar, keduanya berada di satu universitas yang sama. Namun, berbeda fakultas. Althaia di fakultas MIPA, sedangkan Max di fakultas teknik. Tepatnya di prodi teknik sipil.

Hello MaxWhere stories live. Discover now