Chapter seven: Lee So Ra

37.7K 3.3K 68
                                    

Setelah sampai dirumah Seo Yeon segera masuk kedalam kamarnya dan membersihkan dirinya di bawah shower.

Ia segera merebahkan badan lemasnya di kasur setelah selesai membersihkan badannya. Ia benar-benar lelah hari ini, dia hanya ingin tidur tanpa diganggu siapapun.

Namun, belum saja 1 jam dia tertidur. Tiba-tiba knop pintu kamarnya berbunyi menandakan seseorang masuk. Itu pasti oppa.

Seo Yeon kembali menidurkan dirinya berharap sebuah mimpi indah datang dalam tidurnya, tapi tiba-tiba oppa-nya duduk disamping kasurnya dan memegang keningnya.

"Seo Yeon-a..." panggil Oppa. Tapi Seo Yeon hanya diam, Seo Yeon benar-benar tidak ingin diganggu saat ini.

Seo Joon berkali-kali mengguncang tubuh Seo Yeon dengan keras. Namun, Seo Yeon sengaja untuk diam. Dia hanya ingin tidur dengan tenang!

Tiba-tiba Seo Yeon mendengarkan suara isakan tangis. Suara isakan tangis itu tampak tidak asing baginya. Oppa?! Dia menangis?! Heol!

"Jangan mati, Seo Yeon-a. Maafkan oppa yang sudah telat menjemputmu." Seo Joon menenggelamkan kepalanya dikasur Seo Yeon sambil masih menangis.

Isakan yang tadinya hanya terdengar biasa saja itu kini semakin mengeras. Seo Yeon membuka matanya secara perlahan mengintip Oppa-nya yang sedang menangis disampingnya.

Seo Yeon terkekeh sambil menahan tertawanya. "Ya! Oppa! Apa kau pikir aku benar-benar akan mati karena kedinginan?" Ucap Seo Yeon pelan.

Seo Joon segera mengangkat kepalanya dan menatap Seo Yeon dengan air mata yang masih membasahi pipinya.

"Seo Yeon-a...." Teriak oppa-nya itu sambil memeluk Seo Yeon yang masih tertidur dikasur. Suara isakan tangis itu masih terdengar dikuping Seo Yeon.

"Oppa! Kau tidak berencana untuk menangisiku sepanjang hari, kan?" Tanya Seo Yeon sambil memberikan senyum smirk pada oppa-nya.

Seo Joon menghapus air mata yang membasahi pipinya itu. Lalu dia tersenyum kecil pada adiknya.

"Menangis? Siapa yang menangis?" Elak Seo Joon.

Meskipun Seo Joon sudah menghapus air matanya. Isakan tangis itu tetap saja masih terdengar. Apa dia benar-benar menangis? Atau hanya ingin memgerjai Seo Yeon.

Seo Yeon menghela nafasnya, "Ah~ Dosa apa aku bisa mendapatkan oppa bodoh sepertimu? Tapi, aku heran kenapa dengan otak bodohmu itu kau bisa menjadi asisten dosen di kampusmu? Kurasa mereka salah pilih, benarkan?" Ucap Seo Yeon mengejek oppa-nya.

Seo Joon tersenyum masam kepada adiknya. "Ya! Kau mau tau kenapa mereka memilihku menjadi asisten dosen?"

"Tidak. Aku tidak tertarik mendengarnya, jadi jangan memberitahuku."

"Ya! Seo Yeon!" Teriak oppa-nya kesal dan kemudian hening.

Seo Yeon memandang oppa-nya yang sedang menundukkan kepalanya itu. Apa? Apa dia marah karena aku tidak tertarik mendengar ceritanya? Kenapa dia tiba-tiba diam? Mengingat betapa cerewetnya dia.

"Apa kau baik-baik saja?" Kini muka Seo Joon terlihat serius.

Seo Yeon mengangguk. "Aku baik-baik saja, aku hanya butuh istirahat."

"Makanlah bubur ini, lalu istirahat. Kau bisa makan sendiri kan?"

Seo Yeon mengangguk lagi, "Bisa. Gomawo, oppa." Seo Yeon memberikan sebuah senyuman hangat padanya.

Seo Joon menatap adiknya dengan tatapan khawatir, "Aku akan keluar. Istirahat yang cukup. Mengerti?" Ucapnya sambil memberikan senyuman kecil lalu ia pergi.

I Wish (Byun Baekhyun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang