Penyakit miko

16 7 1
                                    

07.30 dikediaman naya

"Pagi mi... Pi" Ucap naya terkejut melihat miko yang berada di meja makannya

"Pagi sayang" Ucap papi menyuruh naya duduk

"Hari ini papi yang anter kalian yaa?" Ucap Bram, diangguki miko dan naya

"Bang Rama kemana mi?" Tanya naya memecah keheningan

"Udah berangkat mau nyamperin nadya dulu katanya" Ucap meta naya pun mengangguk, meta menatap naya dan miko bergantian ia merasa ada yang aneh dengan kedua remaja itu
Yang sibuk memakan sarapannya tanpa ada aduan mulut seperti biasanya "kalian kenapa kok diem-dieman? Berantem?" Ucap meta yang langsung membuat Bram menatap keduanya

"Enggak kok mi" Ucap naya dan miko bersamaan

Meta pun mengangguk dan kembali memakan sarapannya berbeda dengan Bram yang menatap miko dengan teliti 

Setelah sarapan mereka bertiga pun berangkat ke sekolah dengan Bram yang menyetir, sepuluh menit kemudian mereka sampai di depan sekolah naya dan miko

"Naya duluan aja yaa masuknya, papi ada perlu bentar sama miko" Ucap Bram, sebenarnya naya ingin bertanya tapi masalahnya ia dan miko saja masih belum selesai jadi ia memilih menyimpan kekepoannya dan memilih keluar mobil sebelum itu ia menyalimi papinya dan melirik miko yang duduk disamping papinya

Setelah melihat naya yang sudah menjauh bram langsung menjalankan mobilnya
"Pi kok....?" Tanya miko menoleh kearah bram

Di sebuah ruangan dirumah sakit bram menyodorkan sebuah map dihadapan miko "ini dokter james kenalan papi diamerika, dia dokter bedah organ dan saraf ternama disana"ucap Bram

Miko menatap bram dan map itu secara bergantian lalu mengerutkan keningnya
"Maksudnya papi apa yaa?ohh papi udah tau yaa kalo miko mau ngikutin maunya ayah jadi dokter makanya papi mau ngenalin dokter james ini ke miko gitu?" Ucap miko

Bram menggeleng
"Miko, papi mau kamu berobat disana"ucap Bram

Miko tertawa garing mendengar itu
"Miko gak sakit pi"ucap miko

"Miko. Dokter tomi itu temennya papi"ucap bram, miko terdiam memejamkan matanya

"Sembuh miko papi mau kamu sembuh"ucap bram menatap miko sendu

" Miko rasa papi lebih ngerti sama keadaan miko"ucap miko dengan suara tenang

" Bukan berati kamu di diaknosis nggak bisa sembuh itu bener-bener nggak bisa ko, kami tetap bukan tuhan. Kamu harus percaya keajaiban itu ada"ucap bram

"Berapa persen pi? Berapa persen papi percaya kalo miko bisa sembuh? 15? 20? Miko nggak mau ngabisin waktu yang tersisa cuman untuk tidur diatas ranjang dengan harapan yang nggak pasti, miko nggak mau...." Ucap miko

Bram mengepalkan tangannya
"Naya tau?"tanya bram dijawab gelengan oleh miko

" Bunda, ayah abangmu?"tanya bram dijawab gelengan lagi oleh miko

Bram mengusap wajahnya kasar
"Miko, kamu itu udah papi anggep sebagai anak papi sendiri. Kamu tau waktu papi denger ini jantung papi seakan mau berhenti ko, gimana kalau anak papi tau? Orang tua kamu? papi nggak bisa bayangin " Ucap bram

"Kalo kamu ada masalah sama bunda dan ayahmu, trus kamu ngerasa nggak ada yang peduli. Liat papi ko ada papi yang selalu ngeharepin kamu didunia ini jagain naya....main sama naya......ada disampingnya naya setiap  dia butuh. Papi mau miko punya harapan keinginan untuk hidup walaupun hanya 15 20 persen bahkan 5 persen pun, papi mau liat itu.... " Ucap bram

"Maaf pi miko nggak bisa......miko terlaku takut. Dengan miko ngasih harapan ke kalian dan saat harapan itu hilang rasa kecewanya besar pi miko nggak sanggup ngebayanginnya, lebih baik mereka nggak tau sampe miko bener-bener mati" Ucap miko , bram menggeleng mendengar semua yang keluar dari mulut miko. Bagaimana jika naya tau faktanya? Ia yakin putrinya itu pasti akan sangat hancur

.
.
.

Lyly menepuk paha zidan karena lelaki itu malah melewati rumahnya, setelah sadar zidan memutar balik motornya dan berhenti tepat di rumah lyly

"Sorry yaa... " Ucap zidan diangguki lyly

"Lo kenapa?" Tanya lyly

"Hah? Enggak, nggak papa kok" Ucap zidan tersenyum manis pada lyly

Sedangkan lyly tau kalau zidan itu berbohong di liat dari raut wajahnya pun orang lain juga tau "gue cuman mau bilang, kalo lo butuh temen cerita gue siap kok dengerinnya. Kayak elo yang selalu dengerin cerita gue" Ucap lyly hati-hati

Mendengar itu zidan pun tersenyum tulus "iya sa.....yangg" Ucap zidan membuat lyly menatapnya garang dan berakhir ia ditabok lyly, bukannya marah zidan malah tertawa

"Yaudah aku pulang dulu yaa, kalo dia macem-macem langsung telphone aku" Ucap zidan menggenggam tangan lyly

"Iyaa" Ucap lyly sambil tersenyum pada zidan. Sebenarnya dia tak rela meninggalkan lyly tinggal bersama dia tapi lyly sedari kemaren sudah meyakinkannya bahwa ia bisa menjaga diri dan akan selalu melibatkannya jadilah ia percaya dan tentu dengan memantau gadis itu dari jauh

.
.
.

18.00 dirumah miko.
Tadi meta memintanya untuk mengantarkan gue buatannya ke rumah miko, sebenarnya naya menolak mengingat hubungannya dan miko yng sedang tak baik-baik saja tapi karena maminya memohon alhasil naya jadi tak tega menolak dan saat ini ia dan miko malah terjebak di meja makan keluarga miko karena ternyata yang ada dirumah ini hanya miko, mulutnya seakan kaku untuk berbicara

"Lo.... Tadi pagi ngomongin apa sama papi?" Ucap naya akhirnya mengeluarkan kekepoannya

Miko menatap naya "ada kerjaan" Ucap miko berbohong

"Kerjaan apa?" Ucap naya dengan cepat

"Lo nggak perlu tau, bukan urusan lo juga" Ucap miko sinis

"Ck, gitu banget jawabnya bilangnya aja suka sama gue" Ucap naya dengan suara pelan tapi masih dapat didengar oleh miko

Tingtong,
suara bell rumah miko berbunyi.
Tak menunggu lama miko langsung pergi membukannya, merasa kepo siapa yang bertamu naya pun mengintip dari tangga karena kalau dari atas ia dapat melihat jelas

"Hai....." Ucap seorang gadis dengan nada riang

Naya pun menyipitkan matanya berusaha mengenali gadis itu namun ia tetap tak memgenalinya. Dan detik itu juga naya dibuat kesal saat gadis itu bergelayot dilengan miko dan yang lebih membuatnya kesal itu miko yang tak menolaknya

" ngapain lo?" Bisik revan ditelinga naya dan itu membuat naya reflek menyenggol guci bunda renata dan langsung pecah dengan suara yang cukup keras bahkan miko pun yang dirumah tamu dapat mendengarnya

"Naya... " Ucap miko mencari sumber suara dengan panik

"Miko..... " Ucap gadis itu berlari mengikuti miko

"Nay awas awas" Ucap miko menyuruh naya mundur agar tak terkena pecahan guci itu, melihat miko yang khawatir padanya itu pun sudah cukup menghilangkan kekesalannya

"Diva... " Ucap Revan

"Hai revan" Ucap gadis itu sambil tersenyum manis

"Diva? " Ucap naya seperti tak asing dengan nama itu


Finish.

𝘖𝘯𝘭𝘺 𝘠𝘰𝘶 (END)Where stories live. Discover now