🌷21: Foto Berujung Fitnah

15K 1.4K 45
                                    

Tengah malam, Aluna terbangun. Dia lantas membaca doa dan menggerakkan kepalanya melihat Althair yang tertidur nyenyak. Aluna menundukkan kepala, mengusap rambut Althair yang sedikit menutupi mata. Entah apa yang harus dia katakan selain rasa syukur kepada Sang Pencipta karena telah mengirimkan sosok Althair untuk menjadi suaminya.

Aluna mencium kening Althair sekilas, mengusap pipi pria itu lembut dan beranjak menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Beberapa menit setelahnya, Aluna keluar dari kamar mandi dan berjalan dengan hati-hati menuju dapur. Tidak tahu mengapa, Aluna merasa sangat lapar sekarang.

Begitu sampai di dapur, Aluna dibuat bingung. Dia ingin makan, tapi tidak tahu mau makan apa. Ingin memasak juga sungkan, dia takut membangunkan orang lain yang tengah tidur. Bibir Aluna melengkung ke bawah, matanya berkaca-kaca, dia berbalik badan dan hendak kembali ke kamar, namun alangkah terkejutnya dia begitu mendapati Althair tiba-tiba ada di belakangnya.

“Atha! Kamu bikin aku kaget!” pekik Aluna memegang dadanya masih merasa shock.

“Ngapain malam-malam di dapur?” Aluna menggeleng, dia menundukkan kepalanya lalu isak tangis perlahan terdengar membuat Althair langsung dilanda panik. Althair dengan cepat meraih tubuh Aluna, mendekapnya sembari mengusap punggungnya lembut. “Hey, kenapa nangis?”

Aluna kembali menggeleng, isak tangisnya bertambah deras. Dia tidak tahu mengapa sekarang dirinya mudah sekali menangis hanya karena hal-hal kecil, seperti kemarin saat dia menginginkan mangga namun Althair tidak menurutinya langsung. Dan sekarang dia menangis hanya karena merasa lapar, apa yang sebenarnya terjadi dengan tubuhnya?

“Kenapa, hm? Kamu mau sesuatu?” tanya Althair. Takut-takut Aluna menginginkan sesuatu namun enggan untuk mengatakannya.

“A-aku lapar,” cicit Aluna pelan.

“Lapar?” beo Althair. Aluna menganggukkan kepalanya, membuat Althair kembali dibuat heran. Hanya karena lapar istrinya menangis?

“Sstt, sudah, jangan menangis. Kamu lapar? Mau makan apa, hm? Mau saya buatkan makanan?” Althair mengusap air mata di pipi Aluna lembut, menatap lekat mata Aluna yang berubah merah dan wajahnya yang terlihat sedikit sembap.

Aluna terdiam beberapa detik, dia mendongak pada Althair yang tengah menunggunya mengatakan sesuatu. “M-mau gulai kambing,” lirih Aluna lalu menundukkan kepala.

Mata Althair mengerjap, dia tidak salah dengar, kan? Barusan Aluna mengatakan ingin gulai kambing yang jelas-jelas dia tahu bahwa Aluna sama sekali tidak suka dengan makanan berbau kambing. Makan sate kambing saja Aluna tidak pernah dan sekarang malah meminta gulai kambing?

Bibir Aluna mengerucut kesal karena Althair tidak kunjung merespons permintaannya. “Kenapa diam? Kamu enggak mau nuruti?” tanya Aluna dengan mata kembali berkaca-kaca.

Sontak, Althair menatap Aluna lalu menggeleng. Dia mengusap lembut wajah Aluna dan mencium keningnya singkat. “Kamu mau gulai kambing?” Aluna mengangguk semangat. “Bukannya kamu enggak suka, hm?”

Aluna terdiam, benar juga. Sejak kapan dia suka makanan berbau olahan kambing? Tapi sungguh, dia benar-benar ingin memakan gulai kambing sekarang. Entah apa penyebabnya.

“Aku emang enggak suka kambing, tapi sekarang aku pengin. Kamu mau, kan, beli gulai kambing buat aku?” pinta Aluna dengan menunjukkan puppy eyes-nya.

Tentu saja Althair tidak bisa menolak permintaan istri kecilnya ini. Ditambah lagi wajah Aluna yang begitu menggemaskan, membuatnya seketika luluh. “Tapi yaa zaujati, sekarang sudah malam, di mana yang jual?”

“Kenapa nanya aku? Ya aku enggak tau lah! Kamu cari tahu aja sendiri sekalian beli,” sewot Aluna. Sekarang dia bukan hanya gampang menangis, tapi juga gampang tersulut emosi.

ALTHALUNAOnde histórias criam vida. Descubra agora