🌷18: Manja

16.4K 1.4K 37
                                    

Althair terbangun pukul lima pagi membuat dia terkejut. “Astaghfirullah hal’adzim, kesiangan,” lirih Althair mengusap wajahnya kasar.

Althair selalu bangun lebih awal sebelum azan subuh berkumandang, minimal dia akan bangun jam tiga pagi untuk melaksanakan tahajud, dilanjutkan dengan membaca Al-Qur’an hingga waktu salat subuh tiba dan dia akan pergi ke masjid. Namun, untuk kali ini, sepertinya dia akan salat subuh di rumah saja.

Diliriknya Aluna yang masih tertidur nyenyak sembari memeluk tubuhnya. Menyunggingkan senyum kecil, Althair mendekatkan wajahnya untuk mencium kening Aluna. “Terima kasih, ana uhibbuki fillah yaa zaujati,” bisik Althair pelan.

Setelah membaca doa bangun tidur, Althair melepaskan tangan Aluna yang masih melingkar di perutnya, membenarkan letak selimut guna menutupi tubuh Aluna kemudian beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Lima belas menit kemudian, Althair keluar dari kamar mandi dengan memakai baju koko warna putih dan sarung berwarna hitam, serta rambut yang masih basah akibat keramas.

Melangkahkan kaki menuju ranjang, Althair menggelengkan kepala melihat Aluna yang masih setia memejamkan mata. Maklum, mereka baru tidur jam tiga pagi, padahal niatnya Althair ingin sekalian tahajud tapi malah ikut tertidur bersama Aluna. “Aluna, bangun,” bisik Althair menepuk pipi Aluna pelan. “Yaa zaujati bangunlah, sudah subuh.”

“Sayang.”

“Humaira.”

Althair menghela napas lega begitu melihat tubuh Aluna menggeliat. Dengan cepat, Althair menahan tubuh Aluna yang hampir saja jatuh dari ranjang. “Astaghfirullah Aluna, hati-hati sayang,” ujar Althair khawatir.

“S-sayang?” beo Aluna. Menyipitkan mata menatap Althair. “Lo siapa? Kenapa panggil gue sayang?”

“Saya suami kamu, Aluna.”

“Oh, Atha.” Aluna mengangguk kecil. “Habis aku kaget, tumben banget kamu panggil aku sayang. Ada apa gerangan?”

“Pengin aja, enggak boleh?” Aluna mengangguk, perempuan itu menguap lebar-lebar tanpa menutup mulutnya. “Tutup mulutnya kalau lagi menguap, Aluna,” ujar Althair memperingatkan.

Aluna menyengir. “Lupa,” ujar Aluna.

“Bangun, jangan tidur terus. Habis itu mandi dan salat subuh,” titah Althair yang langsung diangguki Aluna. Perempuan itu membersihkan diri, melaksanan saat subuh lalu turun ke dapur untuk membuat sarapan.

Althair berjalan menuju dapur begitu menghirup aroma masakan yang tampak lezat. Dia melihat Aluna yang tengah sibuk memasak. Althair melingkarkan tangannya di perut Aluna membuat Aluna tersentak kaget.

Perempuan itu menoleh melihat suaminya yang tengah menatapnya. Althair mengecup singkat pipi Aluna. “Masak apa, hm?” tanya Althair menaruh dagunya di bahu Aluna.

“Aku cuma masak nasi goreng aja hari ini, enggak apa-apa, kan?”

“Hm.”

Aluna menahan degup jantungnya, sikap Althair yang berubah menjadi manja membuat dia harus berhati-hati. Sangat tidak baik untuk kesehatan jantungnya. “A-Atha lepas dulu, nanti masaknya enggak selesai-selesai,” ujar Aluna seraya melepaskan tangan Althair dari perutnya.

Althair justru mengeratkan pelukannya. “Tidak mau.”

Aluna menghela napas. “Kenapa kamu jadi manja gini deh? Kayak dua orang,” cibir Aluna.

Althair terkekeh. “Bibi mana? Kok masak sendirian.”

“Aku suruh bibi nyapu halaman belakang aja, soalnya aku mau masak khusus buat kamu.”

ALTHALUNAWhere stories live. Discover now