🌷08: Salah Paham

18.9K 1.6K 23
                                    

Aluna menata pakaiannya di dalam lemari sembari melamun, membuat Althair yang melihatnya sontak menghampiri istrinya. “Kenapa?” tanya Althair menyentuh pelan bahu Aluna membuat Aluna mendongak lalu menggelengkan kepalanya tanpa menjawab.

Aluna duduk di tepi ranjang milik Althair yang kini juga menjadi miliknya. Merasa ada yang berbeda dari istrinya, Althair lantas mengikuti langkah gadis itu dan berdiri tepat di depan Aluna. “Aluna, kamu enggak apa-apa?” tanya Althair lagi.

“Enggak apa-apa. Emangnya kenapa?” Aluna malah balik bertanya.

“Saya merasa ada yang aneh dari kamu. Begitu masuk kamar, kamu langsung diam. Apa kamu enggak suka dengan desain kamar saya? Jika memang iya, kamu bisa merubahnya sesuai keinginan kamu.”

Aluna memperhatikan kamar Althair yang terlihat sangat rapi dan begitu luas. Walaupun didominasi oleh warna hitam, kamar itu tetap terlihat bagus. Juga ada beberapa kitab yang tertata rapi di lemari.

Aluna kembali menggeleng membuat Althair menghela napas. Pria itu kemudian berjongkok di depan istrinya, mengambil tangan gadis itu dan mengelusnya perlahan. “Kalau saya ada salah, bilang. Jangan diam saja. Saya tidak akan tahu kalau kamu tidak berbicara,” kata Althair pelan.

Mata Aluna berkaca-kaca, ditatapnya wajah suaminya itu. “Kenapa?” Alis Althair terangkat sebelah, tidak paham dengan pertanyaan istrinya. “Kenapa kamu enggak mau pergi honeymoon?Kamu enggak suka sama pernikahan ini?”

“Apa yang kamu katakan?”

Aluna tertawa sumbang, menarik tangannya yang sedari tadi digenggam Althair. “Kalau kamu emang enggak suka sama pernikahan ini, kenapa kamu nikahin aku? Kamu tahu Althair, saat papa bilang dia ingin menikahkan aku dengan pilihannya, aku takut. Aku takut papa menikahkan aku dengan lelaki yang enggak aku cintai, aku takut banget Althair! Karena yang ada di hati aku saat itu cuma kamu. Tapi aku bersyukur, karena ternyata orang yang akan menikah dengan aku adalah kamu. Orang yang begitu aku cintai. T-tapi, tapi ternyata kamu enggak cinta sama aku. Rasanya sakit, Althair,” tutur Aluna seraya terisak. Althair semakin tidak mengerti kenapa istrinya berkata hal seperti itu.

“Kamu enggak mau nyentuh aku di malam pertama pernikahan kita, itu tandanya kamu enggak cinta sama aku, kan? Kamu juga enggak mau pergi honeymoon sama aku, karena kamu enggak mau menghabiskan waktu berdua sama aku, kan?”

Althair beristigfar atas tuduhan tidak benar yang Aluna berikan. Pria itu ingin menyentuh tangan Aluna, tetapi Aluna menyentak tangannya kasar.

“Aluna, kamu salah paham.” Althair berusaha menjelaskan dengan memegang kedua bahu gadis itu, namun Aluna dengan cepat menghindar.

“Salah paham apanya?!” sentak Aluna. “Kamu bilang sama bunda kalau kita butuh waktu buat saling mengenal. Kita bahkan udah kenal dari lama, Althair. Dari kita kecil! Apa semua itu masih kurang?”

Aluna sudah meneteskan air matanya, membuat Althair yang melihatnya seketika panik. “Jangan menangis Aluna, saya mohon.”

“Atau jangan-jangan kamu beneran enggak ada rasa sama aku, ya? Oh, atau mungkin, kamu cuma anggap aku sebagai sahabat kamu? Atau bahkan kamu anggap aku sebagai adik perempuan kamu?”

Althair menggelengkan kepalanya atas tuduhan Aluna yang tidaklah benar. “Tidak, tidak seperti itu. Kamu salah paham, Aluna.”

Althair menarik napas panjang, baiklah kesabarannya akan diuji atas sikap istrinya ini. “Saya cinta sama kamu.”

Althair berusaha menggapai tangan Aluna, namun lagi-lagi ditepis kasar. “Cinta saya ke kamu tulus seperti seorang lelaki yang mencintai perempuannya. Bukan sebagai seorang sahabat, atau bahkan adik. Kamu harus percaya itu, Aluna.”

ALTHALUNAWhere stories live. Discover now