44. Tanda Tanya

3 1 0
                                    


Hujan semakin deras, langkah kakinga seakan tertahan oleh sesuatu. Bunyi riak menyatu dengan irama sepatu hitamnya yang kotor. Ditambah rpk putih selutunya berunah menjadi coklat.

" Sialan!" umpat Tasya cukup keras.

Tasya mempercepat langkanya.

" Siapa yang meninggal?"

" Perempuan, sekitar tujuh belas tahun. Kecelakaan."

Lututnya melemas, sendi-sendinya terasa kaku tidak bisa digerakan sama sekali.

Tasya mempercepat langkahnya, mencoba mendekat ke arah sumber suara.

" Maaf kak, tidak boleh mendekat."

" Saya ingin memastikan yang sebenarnya Pak."

" Korban meninggal mbak."

Matanya memerah, berusaha menahan tangisnya.

Hingga dering ponselnya berbunyi beberapa kali.

****

" Karena itulah mama melarang kamu melukis."

" Ma_" lirih Tasya

Mamanya meletakan sepotong roti bakar dengan selai coklat diatas piring Tasya.

" Aku bukan anak kecil lagi, Tasya bisa ambil sendiri rotinya."

" Salah kalau seorang ibu nyiapin makannya buat anaknya sendiri."

" Bukannya mama gak mau Tasya jadi anak manja?"

" Selesain dulu makanannya."

" Tasya pengen tau perasaan mama,.saat mama membacakan berita setahun yang lalu."

Mamanya terdiam cukup lama.

" Harus mama cerita ke kamu juga?"

****
Kejadian setahun yang lalu masih menyisahkan sedak bagi Mariska. Kejadian dimana seharusnya dirinya tidak mengingatnya kemabli namun harus dibuka kembali. Tepat diruang siaran berita jam 10 pagi dirinya masih stand bye menunggu jadwal penyampaian berita terbaru. Hingga dirinya mencoba tegar ketika layar monitar ditampilkan.

Pemirsa telah terjadi kecelakan tunggal yang menewaskan pengemudi mobil....dan pejalan kaki di sekitar pukul 9 pagi, korban kini sedang dibawa kerumah sakit.

" Ma, ini Tasya. Kakak..."

Tasya menangis tepat di depan kamar x sedangkan mamanya tertunduk lemas seakan gak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.

" Bagaimana mama bisa pura-pura tegar bacain berita, sedangkan yang mama bacain adalah berita kecelakan anak kandung mama sendiri?"

*****
Nesh, kenapa lo ngehindar dari gue? sebenarnya apa yang terjadi antara gue, Akasha dan lo. Gue butuh penjelasan dari lo Nesh. Lo gak bisa diem aja kaya gini ke gue. Setidaknya kemarin lo gak ngilang gitu aja. Lo harus tanggung jawab Nesh."

" Gue gak hamilin lo ngapain harus tanggung jawab."

" Gue serius ngomong sama lo Nesh."

" Gue juga serius jawab pernyataan lo."

Danesh menyulut rokoknya, udah lama Danesh tidak merokok rasanya seperti seorang anak kecil yang baru saja menemukan mainan baru.

" Asap rokok gue bisa bikin lo batuk," kata Danesh memberikan jawaban yang tidak sesuai.

" Nesh, gue butuh penjelasan dari lo, biar gue percaya kalau yang dibilang Akasha itu gak bener."

" Emang Akasha ngomong apa sama lo?"

Kanvas Terakhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang