33. Alkohol

3 0 0
                                    


Nara membuka pintu gerbang rumah Danesh dengan memakai pakaian yang terlihat lusuh. Sedangkan Danesh memainkan rubrik, siapa sangka Danesh pintar main rubrik. Sebenarnya Danesh tidak bodoh. Danesh terkenal dengan otak fisikanya yang jenius, namun semuanya tercover oleh sikap nakalnya yang kadang tidak bisa terkendali.

" Gue kira lo gak bakalan main lagi main kerumah gue. Ternyata jalan rumah gue masih lo inget Ra," sarkas Danesh, " gue terkesan masih nganggep gue temen."

" Boleh gue ngomong penting sama lo?" tanya Nara kemudian.

" Harus gue turun dari pohon gini?" kata Danesh yang entah kenapa kesambet naik pohon mangga

" Gue gak maksa."

" Lo ganggu gue aja nikmatin semilir angin diatas pohon."

" Gue sengaja nemuin lo disini Nesh. Maaf gue udah bikin semua orang khawatir. Mungkin udah seharusnya gue gak ngelakuim ini ke lo Nesh."

" Maksudnya? "

" Kalau gue bakalan cerita lo pasti gak bakalan pernah mau lihat muka gue lagi. Gue gak tau, pantes atau nggak buat dimaafin sama lo Nesh. Gue sadar kalau sepenuhnya lo gak bisa beneran benci sama dia. Gue bukan temen yang baik Nesh."

" Lo nyembunyiin sesuatu dari gue Ra?"

" Soal aphelion," kata Nara yang membuat mata Danesh langsung memicing," gue yang udah ngerencanain bakar jaket Apholen Nesh."

" Bilang kalau lo bohongin gue."

" Gue ngomong apanya sama lo Nesh."

Seketika Danesh langsung menjatuhkan rubriknya dan jatuh berkeping-keping.

****

Club menjadi sasaran utama saat ini. Setenggak alkohol mampu membuatnya menjadi lebih baik. Danesh berjanji tidak akan mabok hari ini.

" Nesh! lo udah gak waras ya mabok-mabokan kaya gini!" teriak Ristasya saat melihat Danesh minum alkohol sebanyak ini.

" Gue janji gak bakalan mabok."

" Singkirkan alkoholnya Nesh!"

Daness meminum kembali tegukan alkohol, tubuhnya sempoyongan jatuh mengenai meja.

" Ashh! diem lo! mana lagi gue masih pengen minum."

Tasya ikut meneguk secangkir alkohol. Walaupun Tasya tau dirinya tidak tahan dengan aroma dan rasa alkohol. Tidak ada cara lain kecuali Tasya ikutan neguk juga.

" Alkohol gue! sialan!"

" Lo gak boleh minum alkohol lagi Nesh. Kalau lo mabok, siapa yang repot. Gue kan?" kesal Tasya namun dirinya juga ikutan khawatir.

" Lo janji bakalan tolongin gue kan Sya? lo janji sama gue kan?" racau Danesh.

" Gue gak ngerti sama omongan lo Nesh."

" Gue takut kehilangan lo Sya. Gue takut," tangis Danesh

Dengan sangat cepat Tasya merebut gelas alkohol dari tangan Danesh dan membantingnya.

" Lo apain gelas gue!" teriak Danesh

" Gue gak biarin lo kaya gini Nesh! cerita sama gue Nesh cerita!"

" Arhhh! bangsat. Gelasnya ada bintang-bintangnya. Warna hijau."

Danesh mencari kembali botol alkohol.

" Satu botol lagi!"

" Nesh. Udah ya. Udah!"

" Pipi lo manis," kekeh Danesh sambil menepuk-nepuk pipinya Tasya.

Kanvas Terakhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang