25. Kota Tua

1 0 0
                                    

" Kak, kameranya ketinggalan," kata bundanya Akasha memperingatkan tentang kamera.

" Oh iya bunda."

" Harus ya kakak malam-malam keluar rumah dengan kamera setiap hari?"

Akasha terhenti. Kakinya terasa kaku, sedangkan matanya dingin menatap bundanya tanpa ekspresi.

" Akasha ngerasa gak tenang bunda kalau nggak nangkep gambar apapun," terang Akasha.

" Akasha gak kasihan sama bunda sendirian terus dirumah?" tanya bundanya.

" Maafin Akasha ya bunda selalu bikin bunda kesepian."

Bundanya memberikan kamera baru yang Akasha beli dengan mengumpulkan uang dari hasil menang lomba ataupun bayaran cuma-cuma saat Akasha menjadi fotografer dadakan.

" Kalau kamera bikin Akasha ngerasa lebih baik bunda pasti bisa ngertiin Akasha."

" Iya bunda. Makasih banyak udah mau ngertiin Akasha, bunda."

Akasha memeluk bundanya.

" Pake dulu jaketnya. Pasti dingin."

Akasha mengangguk pelan.

" Hati-hati bawa mobilnya. Jangan ngebut-ngebut. Jangan pulang terlalu malam.

" Iya bunda. Akasha bakalan hati-hati dan pulang lebih awal," Akasha menyalimi tangan bundanya .

" Assalamu'alaikum bunda."

" Wa'alaikumsalam."

****

Akasha kini sudah sampai ditujuannya. Berjalan sendirian dengan kameranya. Kayaknya intovert pada umumnya, Akasha lebih suka sendirian daripada harus nongkrong bareng teman-temannya. Semilir angin malam mulai terasa. Kerlap-kerlip lampu kota menghiasi suasana malam. Penampakan kota tua di malam hari masih terlihat kokoh seperti pemandangan. Malam hari tidak ada manusia silver yang biasa mengajak pengunjung untuk berfoto yang ada hanya pejalan kaki yang menikmati pemandangan malam.

Akasha membidikan kameranya. Hanya bangunan tua saja yang diambilnya serta gemerlap bintang malam.

" Ngeblur," guman Akasha pelan saat kameranya membidikan objek.

Akasha membidikan kembali. Kamera milik Akasha mampu membidik gambar di malam hari dengan jernih sesuai dengan gambar aslinya. Akasha menyisiri setiap jalan. Saat hendak membidikan kamera Akasha melihat gadis yang tertunduk seolah-olah sedang tertidur.

" Jangan tidur disini. Banyak orang jahat."

Gadis itu mendongakan wajahnya," Akasha?"

Iya, rupanya Tasya hampir saja ketiduran kalau saja Akasha tidak segera membangunkan dirinya.

" Lo ngapain disini?" tanya Tasya kemudian.

" Harusnya gue yang nanya lo ngapain sendirin tidur disini."

Tasya mengembangkan senyum palsunya. Berusaha baik-baik aja membuatnya sangat lelah.

" Udah ada kemajuan ya Kash. Lo udah gak dingin kaya kulkas berjalan."

Tasya berdiri membenarkan letak slinbag berwarna biru dongker yang miring ke arah kanan.

" Lo gak pulang kerumah?" tanya Akasha kemudian.

Tasya menggelengkan kepalanya.

" Lo gak papa kan?"

Tasya mengangguk pelan.

" Iya gue gak papa."

" Lo belum jawab pertanyaan gue Sya.

" Harus gue jawab?"

Kanvas Terakhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang