23. Dating?

1 0 0
                                    

Danesh berdiri tepat di dekat post satpam. Seperti biasa setelah bel penanda jam pelajaran berakhir, anak Galaksi segera berhamburan keluar. Gak ada yang menarik dari dunia persekolahan kecuali jam pulang sekolah. Ada yang tampilannya masih rapih ada juga yang terlihat awut-awatan dengan sengaja membuka kancing bajunya dan hanya menampilkan kaos putih tipis.

" Gue baru pertama kali lihat lo kaya gini Nesh. Kucel," ledek Nara dengan sengaja.

" Lo udah sering, cuma gak sadar aja. Selama ini lo gak pernah nyadar karena lo cuma mentingin diri lo sendiri. Ternyata capek ya harus nerima kenyataan gak jelas kaya gini. Percuma juga."

" Mau permen kacang?" tawar Nara kemudian

" Lo bukannya gak suka kacang?" tanya balik Danesh.

" Gue mulai suka sama kacang. Pas gue lagi bingung biasanya gue habisin bisa sampek sepuluh permen kacang."

" Dokter gigi mahal. Gak usah aneh-aneh."

Nara menyunggingakn senyumannya. Gigi gingsulnya menambah aura positif Nara, namun gadis itu kadang lupa buat sadar bahwa dirinya itu cantik.

" Gak usah senyum. Gingsul lo buat cowok-cowok kesemsem. Kasihan, harus jatuh cinta sama manusia megalitikum kaya lo," ledek Danesh dengan sengaja tanpa pernah memikirkan perasaan Nara.

Nara tidak pernah merasa tersinggung dengan ucapan Danesh yang kadang suka sesuka hatinya. Mau bagaimana pun Danesh hanya ngungkapin semua apa adanya dan berusaha untuk jujur. Nara senang, Danesh yang dia kenal dulu telah kembali lagi.

" Gue seneng bisa jadi temen lo lagi, tapi gue juga khawatir gue jauh lagi kaya dulu."

" Lo gak usah khawatir. Sedeket apapun gue sama lo cuma sebatas teman masa kecil. "

Nara mengangguk pelan.

" Iya Nesh. Gue juga gak khawatir, karena gue gak bakalan nganggap lo lebih dari temen. Gue pastiin gak bakalan suka sama lo, ya walaupun ada pepatah lama yang bilang kalau cowok sama cewek gak bisa seratus persen temenan.Gak semua persahabatan harus berakhir dengan rasa suka. Selama ini gue gak kepikiran buat suka sama lo, karena gue tau cuma sebatas teman masa kecil."

Pasti ada rasa walaupun dikit, tapi bagi gue hal itu gak bakalan pernah berlaku. Hari ini, besok dan seterusnya."

" Iya gue tau Ra."

" Gue ngerasa udah baik-baik aja, walaupun belum bisa nerima semua keadaan gue. Hidup sendiri gak mudah Nesh, tapi gue nyoba buat bertahan."

" Gue yakin lo bisa ngelewatin semua luka yang lo punya."

" Tapi gue ngasih luka ke orang lain Nesh. Gue tau lo gak baik-baik aja."

" Ghea jauhin gue," kata Danesh kemudian.

" Sejak lo putus dari Ghea lo banyak deketin cewek. Kadang gue bingung sama isi kepala lo, sebenarnya tujuan lo sebenarnya itu apa?"

Danesh membuang bungkus permen kacang tersebut pada kotak sampah anorganik yang gak jauh dari mereka berada saat ini.

" Bikin dia cemburu. Itu tujuan gue."

" Nesh kalau lo masih suka sama Ghea kejar Nesh. Jangan lo sakitin semua cewek demi Ghea. Secara gak langsung lo juga udah sakitin hatinya Ghea."

" Lo ngomong gini seolah-olah tau segalanya. Padahal nol besar."

" Gue kenal lo dari lama. Gue selalu buat batasan sama lo karena gue tau orang lain mikir yang nggak-nggak soal gue. "

" Iya gue ngerti Ra."

" Kalau lo masih suka sama Ghea, lo hanya punya dua pilihan. Jauhin Tasya atau lo deketin Ghea kembali."

Kanvas Terakhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang