5. Kanvas dan Kamera

7 0 0
                                    

Tasya membuka pintu rumahnya. Sama seperti hari-hari biasanya, sepi. Namun saat Tasya membuka pintu melihat lampu ruang tamunya yang menyala lain dari biasanya. Tasya yakin, mamanya sudah pulang dari bekerja

" Darimana aja kamu?" Kinan menghentikan langkah Tasya menaiki tangga lotengnya.

Kinan wanita berumur sekitar empat puluh tahunan. Mempunyai rasio wajah yang mirip dengan Tasya. Lengkungan alisnya tipis. Wajahnya masih terlihat masih muda. Berpenampilan menarik layaknya wanita karir yang baru menginjak dunia kerja. Tasya menebak mamanya baru saja pulang.

" Mama terlalu sibuk sama narasi sampai lupa berita keberadaan anaknya sendiri."

Tasya memejamkan matanya beberapa detik," mama juga gak pernah peduli sama aku sejak dulu, jadi gak perlu nanyain aku darimana."

" Darimana aja kamu?"

Tasya memilih diam.Dirinya menyadari aroma alkohol menusuk tulang hidungnya.

" Kamu bau alkohol. Kebohongan apa lagi yang kamu sembunyiin? mama gak suka kamu jadi liar kaya gini. Gak punya adab kamu!"

Tasya benar-benar lelah harus berdebat dengan mamanya sendiri hampir setiap hari. Hari-harinya selalu saja berkesan monoton dan membosankan.

" Jawab mama! kamu minum!"

" Mama yang bikin Tasya jadi gak punya adab kaya gini!"

" Tasya kamu_"

Telapak kanan Kinan hampir saja mendarat tepat di pipi kana Tasya. Namun sayup-sayup tatapan Tasya yang terlihat sangat lelah dengan menyataan sebenarnya membuat Kinan sengaja nengurungkn niatnya.

" Tasya capek Ma!"

Tasya terdiam cukup lama," Tasya gak minum apapun. Tasya cuma nyoba nyari tau alasan kenapa club menjadi tempat yang harus dijauhi. Aku cuma pengen tau yang sebenarnya soal kejadian enam bulan yang lalu. Gak lebih dari itu!"

" Kejadian enam bulan yang lalu gak ada hubungannya dengan clubbing! kamu hanya mencari alasan yang gak masuk akal!"

" Mama yang gak pernah khawatir sama hidup Tasya. Tasya hanya nyoba nyari alasan yang bisa Tasya percaya soal kejadian enam bulan yang lalu Ma. Tasya gak mau hidup dalam bayang-bayang penyesalan."

Tasya merasakan luka yang berkecambuk," mama gak pernah khawatir sama Tasya. Mama gak pernah ada buat Tasya. Mama udah ciptain dunia mama sendiri!" tanpa disadarinya sebulir cairan bening membasahi pipinya.

" Tasya!" Kinan, wanita paruh baya yang masih menampilkan aura kecantikan masa mudanya membentak Tasya cukup merasa, sehingga membuat gadisnya mengepal telapak tangannya kuat-kuat.

" Ma. Tasya berhak bahagia. Tasya berhak punya dunia yang bisa ngubah semuanya supaya kelihatan baik-baik aja."

Kinan menarik nafasnya panjang," kalau kamu butuh dunia yang bisa ngubah segalanya. Bukan gini caranya. Gak perlu datang ke club buat jawab pertanyaan kamu. Mama tau kamu gak bakalan pernah minum alkohol walaupun hanya setetes, tapi bukan berarti club jadi tempat yang aman buat kamu. Kalau terjadi apa-apa gimana?"

" Mama gak usah peduli sama Tasya!"

" Menjadi ibu gak semudah yang orang lain pikirkan. Banyak yang harus mama lakuin. Mama gak mau kamu keluar dari diri kamu sampek bisa nempatin diri kamu dalam bahaya."

" Cukup ma! cukup! Tasya perlu waktu buat ngertiin semuanya."

***

Tasya memasuki kamarnya, ditutupnya pintu kamar cukup keras sehingga menimbulkan bunyi yang cukup memekikan gendang telinga.

Kanvas Terakhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang