FORTY ONE

2.4K 242 15
                                    

------------------------------------------

tolong tandai typo!

°°°

41. Feel.

°°°

Didalam mobil yang ditumpangi Zeus, Selene juga Bu Sumarti terjadi banyak percakapan. Ah, tidak, lebih tepatnya antara Selene dan wanita itu. Zeus memilih diam walau sesekali ikut menimpali bila ditanya. Selebihnya, ia sibuk dengan handphone membalasi berbagai chat dari klien juga rekan bisnisnya.

"Kalo orang hamil muda itu ya, enak enggak enak Non. Dulu saya sering muntah-muntah, terus kalo ngidam enggak terlalu sih." cerita Bu Sumarti ketika Selene bertanya tentang pengalaman semasa hamil muda.

Omong-omong, Bu Sumarti sudah mengetahui kalo Zeus dan Selene adalah sepasang suami istri. Dalam pikiran beliau, sempat terpikir bila Zeus dan Selene menikah karna suatu kecelakaan, tetapi hal itu langsung ditepis Zeus terang-terangan. Ia mengatakan bila dirinya dan Selene menikah karna Zeus tidak ingin Selene diambil oleh orang lain.

Bu Sumarti mengangguk mengerti. Ia bisa melihat pancaran cinta dan kasih sayang penuh dari Zeus untuk Selene. Ah, ia jadi teringat dengan Suaminya yang sudah tidur abadi dalam gelapnya tanpa penerangan dibawah tanah tersebut.

"Selene enggak muntah-muntah sih Bu, malah Zeus yang muntah-muntah." tutur Selene melirik Zeus.

"Wahhh, jarang loh Non Suaminya muntah-muntah. Kalo saya denger-denger sih, itu karna Suaminya terlalu cinta sama Istrinya." Bu Sumarti terkekeh melihat semburat merah dipipi Selene.

Zeus menatap pemandangan didepannya prihatin. Ini adalah tempat yang bisa terbilang tidak layak untuk dijadikan tempat tinggal. Berbagai barang yang entah digunakan atau tidak terpampang jelas disana, sampai menutupi rumah-rumah yang terbuat dari bambu itu. Pun, ada rumah yang hanya terbuat dari kardus.

Bu Sumarti tersenyum, "Wahh, udah sampai, ayok masuk." ajak Bu Sumarti.

Selene meraih lengan Zeus, bibirnya melengkung kebawah melihat sekelilingnya. Bagaimana bisa Bu Sumarti tidur disini? Apakah beliau tidak kedinginan? Bagaimana mereka tidur jika  mereka kedinginan, Selene saja yang berada di rumah Zeus terkadang masih kedinginan.

"Nenek!!"

Selene menoleh saat telinganya mendengar suara anak kecil. Ia tersenyum melihat Bu Sumarti yang memeluk dua anak kecil yang Selene perkirakan adalah cucu yang sempat diceritakan itu. Tetapi, senyum itu perlahan memudar, dua anak itu terlihat kurus dan tak terawat, bajunya lusuh dan terdapat tambalan kain dibeberapa bagian, sungguh hati Selene lagi-lagi sedih melihatnya. Ia mendongak agar air matanya tidak mengalir, Selene mengangguk tidak apa-apa saat jari telunjuk Zeus menggenggam tangannya.

Selene dan Zeus tidak tau apa yang Bu Sumarti bisikan kepada dua anak kecil itu. Ia tersenyum manis saat dua anak tadi menyalimi tangannya juga tangan Zeus. Tangan Selene mengelus rambut mereka bergantian, kemudian membelai pipi tirus keduanya, "Hay ganteng." sapa Selene.

"H-halo." jawab salah satu dari mereka sedikit malu-malu.

"Kakak, cantik banget." Selene tertawa mendengar hal itu.

Zeus berjongkok didepan anak paling kecil, "Istri Kakak itu, cantik kan? Udah kaya bidadari belum?" bisik Zeus, walaupun berbisik Selene dan yang lain masih bisa mendengar.

Anak kecil itu ikut berbisik, "lebih cantik dari bidadari Kak." Zeus terkikik mendengar suara polos itu. Ia kemudian beralih kepada anak yang paling tua, "kok diem aja?"

ALZEUSWhere stories live. Discover now