Bab 76. Benar-benar Ceroboh

1.4K 58 0
                                    

▪︎ Happy reading
︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya

~~~

Alesha benar-benar mati kutu. Dia susah payah menelan ludah saat melihat ekpresi wajah Bagas yang tak terbaca. Kini mereka berada di dalam ruangan pria itu. Alesha duduk sambil terus meremas kedua tangan. Wanita itu makin tegang karena menunggu bosnya mengeluarkan kata-kata. Dia lebih suka jika pria di hadapannya itu marah dan memaki-maki daripada diam seperti saat ini.

Wanita yang mengenakan pakaian set berwarna tosca itu sedang menunggu hukuman yang akan diberikan oleh bosnya. Kali ini dia tidak akan diampuni dengan mudah. Meski pria yang menjadi pimpinan perusahaan itu merupakan kekasihnya, tetap saja sikap profesional dan sangat sempurna milik Bagas tidak akan melepasnya begitu saja.

"Coba kamu inget-inget lagi, kamu kehilangan proposal itu di mana?"

Alesha mendongak untuk menatap Bagas saat pria itu mulai bersuara. Tatapan bosnya itu sangat datar. Tenang, tetapi setiap kata yang terucap begitu penuh penekanan.

"Iya, Pak. Seingat saya terakhir saya bawa proposal itu di kafe yang saya datengin semalem."

Bagas mendengkus lalu mengangkat kepala ke atas. Kemudian, pria itu menatap Alesha dengan lembut.

"Saya nggak mau tau. Gimanapun caranya, kamu harus temukan proposal itu. Kalo sampek proposal itu jatuh ke tangan orang yang salah, apalagi sampek jatuh ke pesaing perusahaan kita. Semuanya akan berakhir dan kita rugi ratusan juta. Saya kasih kamu waktu satu minggu untuk menemukan propsal itu. Kalo nggak, saya terpaksa harus mecat kamu."

Alesha terbengong mendengar kalimat terakhir dari bosnya itu. Dia hanya bisa pasrah dengan konsekuensi yang harus diterimanya karena telah melakukan kesalahan yang amat fatal itu.

"Baik, Pak. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan proposal itu."

"Kamu boleh keluar."

Alesha berdiri lalu menunduk sopan kepada bosnya sebelum keluar dari ruangan itu. Dia kembali ke mejanya dengan tubuh yang terasa lemas. Wanita itu memegang kepala sambil menunduk ke meja. Bener-bener bego! Bisa-bisanya lo ngilangin proposal senilai ratusan juta itu, Sha! Sekarang apa yang bakal lo lakuin buat nemuin proposal itu? Dia berdebat dengan pikirannya sendiri.

Wanita itu menarik napas panjang lalu mengembuskannya. Setelah merasa lebih tenang, dia memusatkan pikiran pada kejadian kemarin untuk mengingat-ingat kembali waktu dan tempatnya kehilangan proposal penting itu.

Setelah pertemuan dengan Wawan kemarin siang dan hendak kembali ke kantor, Alesha menerima pesan balasan dari Reza. Dia mengajak pria itu bertemu untuk membicarakan kehamilan Aqila. Maka dari itu, dia meminta izin kepada Bagas untuk pergi terlebih dulu.

Tiba di kafe tidak jauh dari restoran tempat Alesha dan Bagas bertemu dengan Wawan, wanita itu langsung duduk di kursi kosong yang berada di tengah ruangan untuk menunggu Reza. Dia masih ingat dengan jelas meletakkan proposal tersebut di kursi kosong di sampingnya. Lima menit kemudian, pria yang ditunggu-tunggu itu akhirnya datang juga.

Alesha hanya berdeham sambil mengangguk menanggapi keramahan yang ditunjukkan Reza kepadanya saat baru datang. Pria yang merupakan calon tunangannya itu memanggil pelayan untuk memesan minuman.

"Ada apa manggil gue ke sini? Lo mau nerima perjodohan kita?" tanya Reza setelah pelayan pergi.

"Dih! Nggak sudi. Udah bukan waktunya lagi buat ngomongin perjodohan kita. Perjodohan itu udah batal sejak gue memutuskan keluar dari rumah."

His Secretary [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang