Bab 23. Berdamai

2.6K 130 0
                                    

▪︎ Happy reading
︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya

~~~

Sesekali Bagas melirik kepada Juna yang terus mencuri pandang ke belakang punggungnya. Rekan bisnisnya itu masih mencoba untuk merayu Alesha. Dia telah salah memperhitungkan situasi yang ada saat mengajak wanita itu untuk menemaninya selama pertemuan malam ini. Dia melupakan kebiasaan Juna yang sering 'bermain-main' dengan wanita dan seolah justru mengumpankan Alesha kepada rekan bisnisnya itu.

Alesha duduk dengan gelisah karena suhu ruangan yang begitu dingin, sementara pakaiannya cukup terbuka. Beberapa kali dia mengubah posisi duduknya dengan harapan dapat membuatnya sedikit lebih hangat, tetapi hasilnya sama saja. Justru perbuatannya itu mengundang Juna untuk menggodanya lagi.

"Sepertinya sekretaris Anda kedinginan, Pak Bagas." Pria itu menuangkan wiski ke dalam gelas kosong dan menyodorkannya kepada Alesha. "Ayolah! Minum segelas aja nggak akan buat mabok, kok. Biar sedikit lebih hangat. Atau mau duduk di samping gue aja? Gue jamin bakal hangat sampek pagi." Juna menyeringai.

Alesha menelan ludah sambil terus melihat ke arah gelas berisi wiski itu. Tenggorokannya tergoda untuk mencicipi minuman yang pasti bisa membuatnya merasa lebih hangat itu, tetapi otaknya masih sadar dan dia segera menggeleng sambil tersenyum kepada Juna.

Juna berdecak karena umpannya ditolak lagi lalu meletakkan gelas di tangannya ke meja. "Cukup menarik."

Bagas yang hanya memperhatikan sejak tadi, akhirnya berdiri untuk melepas jasnya lalu menyampirkan di pundak Alesha yang terbuka. Alesha sempat terpaku mendapatkan perlakuan manis entah sudah yang keberapa kalinya itu dari bosnya. Wanita itu memegangi dadanya lagi yang berdebar kencang setelah Bagas kembali duduk.

Kalo gini terus, bisa-bisa jantung gue lompat dari tempatnya. Tuhan! Kenapa dia begitu manis? ucap Alesha dalam hati.

"Jadi, gimana menurut Pak Juna? Iklan untuk produk terbaru itu bisa kita lakukan dengan jasa PT. Delta Mediatama?"

Alesha siap dengan catatannya saat Bagas mulai bicara lagi. Wanita itu melihat Juna tidak langsung menjawab, tetapi justru meminum wiskinya lagi lalu bersandar di sofa.

"Kenapa kita nggak bisa ngobrol santai tanpa embel-embel 'Pak'? Gue lebih suka kita pakek bahasa santai aja gitu. Kalo nggak mau pakek 'gue-lo' bisa panggil gue nama aja."

Bagas mengangguk mengerti. "Maaf, Pak Juna. Kita di sini untuk membahas bisnis. Jadi, saya rasa kurang tepat kalo kita berbicara santai seolah kita mengobrol sebagai teman. Saya hanya mencoba untuk profesional dalam bekerja."

Alesha tersenyum mendengar jawaban yang diberikan oleh bosnya itu. Sementara, Juna hanya menghela napas berat karena tawarannya mendapat penolakan lagi.

"Oke. Gue setuju aja sama keputusan perusahaan lo. Kita pakek jasa PT. Delta Mediatama seperti yang lo bilang barusan. Asal, sekretaris lo terlibat dalam proyek ini."

Bagas mengernyit mendengar syarat yang disebutkan oleh Juna itu. "Tapi, Pak─"

"Cuma itu syarat dari gue. Kalo lo mau kerja sama kita lanjut." Juna mengangkat bahu lalu meneguk wiskinya lagi.

Bagas menoleh kepada Alesha yang hanya meringis sambil menatapnya. Dia mengangguk kepada sekretarisnya sebagai tanda bahwa semuanya akan baik-baik saja. Pria itu menepuk pundak Alesha sebelum kembali menatap Juna.

"Baik, Pak Juna. Sekretaris saya pasti ikut membantu proyek ini. Kalo gitu kita sudah sepakat untuk semuanya?"

"Oke." Juna mengangkat gelas wiskinya sebagai tanda mereka telah sepakat. Bagas dan Alesha membalas dengan mengangkat kaleng miuman soda mereka ke arah Juna.

His Secretary [TAMAT]Where stories live. Discover now