Bab 27. Kinan

2.3K 124 1
                                    

▪︎ Happy reading
︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya

~~~

Sejak pertemuan dengan Glen kemarin, membuat Bagas terus memikirkan kabar cukup mengejutkan mengenai putri Anton yang meninggalkan rumah. Bukannya dia tidak mengenal putri dari Anton tersebut, justru dia sangat mengenal gadis yang menjadi teman masa kecilnya itu. Namun, itu dulu sekali. Sekarang, dia bahkan tidak tahu bagaimana wajah dari teman masa kecilnya itu. Apakah gadis itu tumbuh menjadi wanita cantik dan memesona? Apakah gadis yang dikenalnya dulu masih tetap manja dan suka menangis?

Banyak pertanyaan yang terlintas dalam pikiran, tetapi tidak satu pun mendapat jawaban. Saat kembali ke Jakarta, Bagas hanya memikirkan cara untuk menjadi pebisnis sukses dan kaya. Karena dengan begitu, dia bisa menghancurkan orang yang sudah membuat ayahnya menderita hingga meninggal.

Pria itu kini duduk di dekat jendela dengan pemandangan jalanan ibu kota yang padat meski di hari libur setelah menghabiskan sarapan seadanya. Dia mengingat momen masa kecil yang paling bahagia dalam hidupnya itu.

Saat itu, Bagas masih berusia sembilan tahun ketika pertama kali bertemu dengan Kinan, teman masa kecilnya. Awalnya, dia tidak menyukai gadis kecil yang manja itu. Gadis itu selalu mengikutinya ke mana pun sambil terus merengek mengajak bermain. Pria itu sangat benci jika dunianya diusik oleh orang asing.

Seiring berjalannya waktu, mereka lebih sering bertemu karena kedua orang tua mereka bersahabat dan sedang menjalankan bisnis bersama. Penilaian Bagas pada gadis kecil itu berubah saat dia melihat Kinan sering dirundung oleh teman-temannya di sekolah.

Gadis itu dirundung oleh teman-temannya hanya karena memiliki wajah lebih cantik dari kakak kelas yang menjadi primadona sekolah. Selain itu, teman-temannya iri karena Kinan memiliki orang tua yang sangat menyayanginya.

Suatu hari saat pulang sekolah, Bagas tidak sengaja bertemu dengan Kinan yang sedang menangis dan bersembunyi di bawah perosotan di taman bermain dekat sekolah. Dia ikut berjongkok dan membantu gadis itu berdiri. Bagas kecil sangat kasihan melihat wajah Kinan yang dicoreng-coreng hitam oleh teman-temannya. Belum lagi, luka yang terdapat di siku dan lutut gadis itu.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Bagas sambil mengusap air mata gadis itu.

"Mereka semua jahat! Liat aja nanti kalo aku udah gede. Aku bakal kalahin mereka semua."

Tangan Bagas berpindah mengusap kepala Kinan. Dia merapikan rambut gadis itu yang berantakan lalu menyelipkannya ke belakang telinga.

"Nggak ada yang mau jadi temen aku. Kata mereka aku nggak cocok jadi temen mereka dengan wajah begini. Makanya mereka nyoret-nyoret wajah aku." Gadis itu menatap Bagas sambil sesenggukkan. "Memangnya kenapa sama wajahku?"

"Eh?"

Bagas sedikit gelagapan saat ditanya tiba-tiba seperti itu. Dia memperhatikan wajah gadis di depannya lalu mengusap coretan yang ada di sana.

"Mereka iri sama kamu. Soalnya kamu itu cantik."

"Tapi, mereka nggak mau temenan sama aku."

"Aku mau jadi temenmu."

Eh. Bagas terkejut dengan ucapannya sendiri. Gadis itu langsung mengusap matanya dan tersenyum sangat manis kepada Bagas.

"Beneran? Bukannya kamu juga nggak suka temenan sama aku?"

Bagas mengalihkan pandangannya ke sembarang arah. "Sekarang aku mau, kok."

Tanpa aba-aba, tiba-tiba Kinan memeluk Bagas sangat erat. Bagas kecil yang terkejut hanya terdiam tanpa membalas pelukan gadis itu. Dia membiarkan Kinan menangis sambil memeluknya.

His Secretary [TAMAT]Where stories live. Discover now