Bab 58. Ada yang Disembunyikan

1.8K 91 0
                                    

▪︎ Happy reading
︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya

~~~

Alesha segera menarik sahabatnya untuk masuk ke unit apartemen setelah mengusir Bagas dan Reza dari sana. Demi Tuhan! Dia baru saja kembali dari perjalanan bisnis yang sangat melelahkan itu. Belum lagi dengan sikap bosnya yang makin aneh dan membuatnya berharap lebih sekaligus takut. Belum selesai masalahnya denan sang bos, kini ditambah lagi dengan urusan Aqila yang terciduk baru pulang bersama Reza.

"Lo gila, ya, La! Bisa-bisanya lo jalan sama Reza pas gue nggak ada di sini? Kalian punya hubungan?" sembur Alesha setelah meletakkan barang-barangnya di kamar.

"Lo kenapa, sih, Sha? Dateng-dateng malah marah-marah nggak jelas. Kalo lo ada masalah sama bos lo, ya jangan dilimpahin ke gue, dong!"

"Gue nggak lagi limpahin kemarahan sama lo, La. Gue tanya, ada hubungan apa lo sama Reza?" Alesha menurunkan nada bicaranya agar tidak terdengar sedang menghakimi.

"Sekarang gue tanya balik sama lo. Emang kenapa kalo seandainya bener gue punya hubungan sama Reza?"

Alesha menggaruk pipi sambil memperhatikan sahabatnya itu dari atas hingga bawah dan kembali lagi ke atas. Bukan tidak mungkin jika pria seperti Reza naksir kepada Aqila yang manis itu.

"Ya, kalo gue pribadi, sih nggak ada masalah, La. Tapi, kan lo tau sendiri kalo Reza itu dijodohin sama gue. Lo juga tau gimana bokapnya Reza, kan? Gue cuma nggak mau lo sakit hati gara-gara cowok nggak guna kayak si Reza itu."

Wanita itu menghela napas panjang lalu mendudukkan diri di sofa depan televisi. Dia merapikan rambut setelah Aqila mengacaknya saat hendak ke kamar.

"Lo tenang aja. Gue sama Reza cuma temenan. Yah, biasalah kayak waktu masih SMA dulu. Gue jadi tempat curhat cowok itu karena selalu gagal buat dapetin lo." Aqila berbicara dari kamar sambil mengganti pakaian.

"Ya bagus, deh kalo gitu. Gue pikir lo beneran suka sama Reza."

"Gue masih cukup waras untuk nggak naksir orang yang ngejar-ngejar sahabat gue sendiri."

"Pertahankan, La! Jangan sampek lo kemakan gombalan dari Reza."

"Lo sendiri gimana sama Pak Bos?"

Alesha menghela napas kasar. "Tau, ah, La. Makin ke sini gue makin bingung sama perasaan gue sendiri. Mana si Bos sikapnya makin baik dan perhatian sama gue."

"Ya kalo lo suka tempel aja terus, Sha. Kali aja kalian jodoh, kan."

"Nggak tau. Gue masih bingung."

Alesha tidak mendengar balasan lagi dari sahabatnya itu. Dia memilih untuk merebahkan tubuh di sofa dan mencoba untuk terlelap dengan memejamkan mata. Namun, baru beberapa detik berlalu wanita itu sudha membuka mata kembali. Ucapan Bagas mengenai tugas untuk menyusun surat perjanjian kerja sama dengan perusahaan Rendra berputar dalam pikirannya.

Wanita itu duduk tegak dan berusaha menyadarkan diri agar tetap fokus pada pekerjaannya. Dia berdiri dan masuk ke kamar untuk mengambil laptop. Alesha memutuskan untuk mengerjakan perintah bosnya terlebih dulu sebelum benar-benar beristirahat dan tidak ada pengganggu lagi.

"Hem, pantes nggak ada suara dari dalam. Ternyata fokus nulis kejadaian hari ini di dalam diari."

Aqila melirik sepintas lalu ke arah sahabatnya yang mengambil laptop di meja belajar itu. Wanita itu makin menutup rapat diarinya ketika Alesha dengan sengaja hendak mengintip isi di dalam buku kusus itu.

Alesha kembali ke depan televisi dan membiarkan sahabatnya menulis sepuasnya tanpa ada gangguan darinya. Dia mulai membuka laptop dan mencari contoh surat perjanjian kerja sama lalu mengganti isinya.

Setelah kurang lebih satu jam berkutat dengan laptop, akhirnya surat perjanjian tersebut selesai juga. Alesha berdiri untuk meregangkan tubuh hingga terdengar bunyi keretek. Dia mematikan laptop setelah memastikan kembali hasil kerjanya disimpan dengan benar lalu meletakkan benda persegi panjang itu ke tempatnya semula.

Dia melihat Aqila tertidur di meja rias dengan buku diarinya sebagai alas kepala. Perlahan dia bangunkan sahabatnya itu agar pindah ke kasur. Setelah percobaan ke lima, barulah Aqila terbangun dan menyimpan diari di laci meja rias lalu naik ke kasur untuk melanjutkan tidurnya.

Alesha ingin sekali bergabung dengan sahabatnya di kasur, tetapi rasa kengket di badan membuatnya tidak nyaman dan memutuskan untuk mandi terlebih dulu.

Keesokan harinya, pukul tujuh tepat Alesha sudah rapi untuk pergi ke kantor. Tidak lupa dia menyiapkan roti lapis sebagai menu sarapan. Setelah menghabiskan sarapannya, Alesha mengajak Aqila untuk segera berangkat sebelum jalanan macet dan membuatnya terlambat tiba di kantor.

Aqila yang masih sedikit kesal itu tetap menuruti permintaan sahabatnya dan mereka segera menuju parkiran apartemen. Di sana, mereka bertemu dengan Bagas yang juga hendak masuk ke mobil.

"Alesha! Kamu bareng saya aja. Sekalian kita bicarakan soal perjanjian dengan Pak Rendra."

Alesha sudah membuka mulut hendak menolak, tetapi diurungkannya untuk menghindari perdebatan yang bisa saja berlangsung sangat lama itu. Hari masih pagi, Sha! Jadi, usahain lo harus kalem, ucapnya dalam hati.

Wanita itu tersenyum sambil meminta maaf kepada Aqila lalu beralih ke mobil bosnya. Dia duduk di samping Bagas yang mengemudi. Baru keluar dari parikiran apartemen, bosnya itu sudah meminta untuk dibukakan fail perjanjian yang telah dibuatnya semalam.

Bagas mengangguk-angguk sambil tetap fokus menatap jalanan saat mendengar Alesha membacakan isi perjanjian tersebut.

"Tolong kamu tambahin di bagian bonusnya. Tulis aja, setiap pembelian sebanyak enam puluh dus dapet free satu dus dan berlaku kelipatan."

Tanpa banyak bicara dan membantah, Alesha segera menuliskan apa yang baru saja dikatakan oleh bosnya itu.

"Ada tambahan lagi, Pak? Atau ada yang perlu direvisi?"

"Saya rasa udah cukup. Nanti begitu sampek di kantor, kamu langsung kirim perjanjian itu ke sekretaris Pak Rendra. Kalo semua udah beres, tinggal ngirim barangnya aja."

"Baik, Pak." Alesha menutup laptopnya setelah menyimpan perubahan fail tersebut.

Mereka tiba di kantor pukul delapan kurang sepuluh menit. Alesha berhenti di lantai tiga untuk membuatkan kopi seperti biasa, sementara Bagas terus ke lantai empat.

Setelah mengantarkan kopi untuk Bagas, Alesha kembali ke meja dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi dari bosnya tadi. Dia menghubungi sekretaris Rendra sesaat setelah email terkirim. Kemudian, dia mulai memeriksa dokumen yang sudah menumpuk di mejanya. Pasti dokumen-dokumen itu sudah ada sejak hari Jumat lalu.

Bagas keluar dari ruangannya saat memasuki waktu makan siang. Alesha mendongak saat seseorang mengetuk mejanya. Wanita itu melihat Bagas menunjuk jam tangan untuk mengisyaratkan waktu istirahat. Dia segera membereskan dokumen di meja lalu mengikuti bosnya untuk makan siang.

"Kita makan siang di luar aja, ya. Pengen sesuatu yang baru gitu." Bagas mengusulkan pendapat saat mereka berada di lift.

"Boleh aja, Pak. Saya ngikut apa kata Bos."

Alesha melotot bahkan memajukan tubuhnya saat melihat ke seberang. Di depan toko milik sahabatnya itu, dia melihat Aqila bersama Reza lagi. Mereka terlihat sedang membicarakan sesuatu yang seru hingga membuat sahabatnya tertawa. Hal itu makin membuatnya yakin jika di antara kedua orang itu ada suatu hubungan yang tidak diketahuinya.


Bersambung

~~~

Nggak usah diambil pusing, Sha. Biarin aja ngalir apa adanya.🤭



His Secretary [TAMAT]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz