Bab 72. Emosi

1.5K 74 0
                                    

▪︎ Happy reading
︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya

~~~

Suara helaan napas berulang kali terdengar dari mulut Alesha yang duduk sambil merebahkan kepala di meja. Pikirannya hari ini benar-benar kacau. Meski rapat dengan divisi pemasaran tetap berjalan lancar dan sudah berakhir sejak dua jam yang lalu, tetap saja wanita itu masih merasa tidak becus dalam bekerja karena telah membuat kesalahan. Tubuhnya memang berada di kantor, tetapi pikirannya tertuju kepada sahabatnya yang sendirian di apartemen.

Wanita itu menegakkan tubuh lalu memandangi layar komputer yang menyala sejak tadi. Tangannya memegang tetikus dan hanya menggulir halaman demi halaman tanpa membaca isi dari fail yang dibuka itu. Aaggrrhh! teriaknya dalam hati sambil meremas rambut. Alesha tidak tahu harus bagaimana menghadapi bos yang menjadi kekasihnya itu. Dia sudah sering membuat Bagas kecewa.

"Alesha!"

"Ah, iya, Pak?" Wanita itu langsung berdiri karena terkejut mendengar suara Bagas.

"Saya punya kerjaan buat kamu. Biar kamu nggak ngelamun terus dan tetap bisa fokus."

"Iya, Pak. Maaf," ucapnya sambil menunduk. "Kerjaan apa itu, Pak?" sambungnya lagi dengan mengangkat kepala menatap bosnya.

Bagas menyerahkan selembar kertas berisi ide kasar tentang produk yang akan digunakan dalam proyek terbarunya. Alesha segera menerima kertas tersebut dan membacanya singkat.

"Ini ... ide dari oleh-oleh khas Jogja kemarin, Pak?"

"Betul. Tolong kamu sempurnain lagi dalam bentuk proposal, ya. Besok mau saya bawa dan diskusikan sama investor."

"Baik, Pak. Saya kerjakan sekarang."

"Ah! Inget, fokus!" ucap Bagas yang berbalik lagi ketika hendak kembali ke ruangannya.

Alesha tertunduk malu setelah mengangguk kepada bosnya itu. Dia segera duduk lalu memegang tetikus dan membuka lembar kerja baru di komputer saat Bagas kembali ke ruangan. Sebelum mulai mengetik proposal yang diminta oleh Bagas tadi, wanita itu melakukan beberapa riset melalui artikel mengenai pai dan bahan-bahan untuk pembuatannya.

Keasyikan membaca beberapa artikel di Google, tidak terasa Alesha sudah menghabiskan waktu selama satu jam untuk riset. Dia bergegas mengetik proposal tersebut agar bisa selesai sebelum jam pulang kantor.

Ide kasar yang diberikan oleh Bagas tadi sudah mencantumkan segala hal. Alesha tinggal memoles sedikit dengan menambahkan beberapa varian rasa dan alternatif bahan yang bisa digunakan dan memudahkan dalam proses produksi. Pukul 16.30 WIB dia sudah menyelesaikan proposal untuk pai tersebut. Wanita yang mengikat rambutnya itu meregangkan tubuh dengan mengangkat tangan ke atas, bawah, dan samping hingga terdengar bunyi keretek.

Alesha mengetuk pintu ruangan bosnya sambil membawa hasil cetak dari proposal yang telah disusunnya itu. Dia masuk setelah dipersilakan oleh Bagas.

Wanita itu melihat pria yang melepas jas sedang berbicara dengan ponsel menempel di telinga. Sepertinya, perbincangan antara bosnya dengan seseorang di seberang telepon itu sangat serius. Alesha memperhatikan Bagas yang menyimak dengan sebelah tangan menempel pada pinggang. Kening pria itu sesekali berkerut. Apa ada masalah lagi? tanyanya dalam hati.

Alesha membenarkan posisi berdiri saat Bagas menghadapnya setelah mengakhiri pembicaraan melalui telepon itu.

"Maaf, Pak. Proposal yang Bapak minta tadi sudah selesai. Bapak bisa memeriksanya lebih dulu." Alesha meletakkan proposal yang dibawanya ke meja.

His Secretary [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang