C H A P T E R 32 : Pria Bernetra Abu-abu

5.8K 565 13
                                    

Senyum kemenangan terpatri jelas di wajah cantik itu. Helcia menatap sebuah kertas dengan coretan hasil tangannya, meneliti setiap garis yang ia buat. Peta asli istana Exousía. Setelah sekian lama ia tinggal di sini, akhirnya Helcia mendapatkan petunjuk yang luar biasa. Peta asli itu memang tak berbeda jauh dengan peta yang tersedianya banyak di perpustakaan terbuka, namun dari peta asli inilah Helcia mengetahui sesuatu. Terdapat beberapa ruangan rahasia di istana ini.

Helcia sangat berterimakasih kepada Ancius—pria itu yang membawanya pada petunjuk sejauh ini. Tanpa Ancius, mungkin Helcia akan terus mengalami kesulitan. Pria itu bahkan berbaik hati dengan melanggar semua peraturan yang ada. Demi melihat peta asli istana Exousía, Ancius dengan beraninya mengelabui para penjaga, menyuap mereka, bahkan mengancam mereka. Benar-benar tipikal pria yang urak-urakan, tapi berkat itu juga Helcia berhasil mendapatkan peta asli itu.

Satu keuntungan yang ia dapatkan lagi, Ancius tidak bisa membaca tulisan kuno Victoria yang tertulis di setiap bagian peta. Beruntung bagi Helcia, gadis itu pernah belajar huruf-huruf kuno Victoria yang digunakan saat 'perang kekuasaan' terjadi yang seiring berjalannya waktu huruf-huruf itu tidak lagi digunakan, apalagi saat Kerajaan Victoria merubah namanya menjadi Alumaticia. Tidak sia-sia dulu Helcia menghabiskan waktunya dengan membaca banyak buku, hingga Hestia pernah menjulukinya seorang kutu buku.

"Ini benar-benar lengkap.." gumam Helcia penuh kagum, walau gadis itu juga sedikit kesusahan memahami letak tempat karena sudah ada beberapa yang berubah. Namun untungnya bangunan utama masih tetap dalam posisi yang sama.

Gadis itu meringis pelan melihat hasil goresan tangannya yang sedikit berantakan karena menggambarnya secara diam-diam saat Ancius kehilangan fokus pada dirinya. Ia hanya menggambar beberapa tempat yang ia anggap penting, terutama yang ada di istana Amethyst dan Marine. Dibanding istana Marine, istana Amethyst memiliki lebih banyak tempat yang tidak dipublikasikan untuk umum, dan entah kenapa, Helcia merasa istana Amethyst terasa lebih misterius setelah ia melihat peta asli Exousía.

"Apa yang kau lakukan?"

Suara yang terdengar familiar itu membuat Helcia tersentak, tubuhnya sedikit menegang dan dengan gerakan hati-hati menyisipkan kertas kecil itu ke dalam pita gaunnya. Helcia dengan segera beranjak dari duduknya dan membalikkan tubuh, tersenyum pada Kaisar Alcacio yang menatapnya intens.

"Selamat pagi, Yang Mulia."

Sapaan pagi itu terdengar lembut dan manis, membuat suasana kebun bunga di istana Marine terasa lebih cerah. Kaisar Alcacio tersenyum tipis, melangkahkan kakinya menghampiri Helcia yang baru saja memberikan salam hangatnya dengan gerakan tubuh yang anggun, layaknya seorang putri.

"Selamat pagi, Sayang." Kecupan manis di kening Helcia dapatkan, Kaisar Alcacio merengkuh pinggangnya, merapatkan kedua tubuh mereka. Panggilan manis itu membuat Helcia merona tipis, berusaha menetralkan degup jantungnya yang terasa lebih cepat karena sentuhan pria itu.

"Kau terlihat begitu senang hari ini," bisik Kaisar Alcacio dengan sengaja menempelkan kedua kening mereka, menatap kedua netra Helcia dalam. Masih dengan posisi yang sama, Helcia meletakkan kedua tangannya pada dada bidang Kaisar Alcacio yang sedikit terekspos karena jubah tidurnya yang tidak terpasang dengan benar. Sentuhan lembut kedua tangan itu membuat Kaisar Alcacio memejamkan matanya, menggeram pelan pada Helcia yang sudah mulai memiliki keberanian untuk menyentuhnya.

"Tentu saja, besok perayaan panen, dan lusa Yang Mulia sudah berjanji untuk menemani saya ke festival di ibukota."

Kelopak mata itu kembali terbuka, menampilkan sepasang netra emas yang berhasil membuat hati Helcia berdesir, "senang karena bisa melihat festival atau senang karena aku yang menemanimu?"

The Emperor's Maid (END)Where stories live. Discover now