C H A P T E R 16 : Masalah Baru

8.4K 807 17
                                    

Maapkan aku yang lama up karna akhir-akhir ini sibuk banget, jadi kalo untuk kedepannya lama up mohon dimaklumi ya..

Happy reading ❤️

•|•|•

Suara langkah kaki yang tegap begitu menggema di seluruh lorong. Kaisar Alcacio, penguasa dari Kekaisaran Exousía itu tampak berjalan dengan langkah lebarnya, terdengar berat namun berwibawa. Matanya menatap datar dengan labium yang mengulas garis lurus, tak ada ekspresi apapun pada wajahnya saat ini.

Langit masih belum mengeluarkan warnanya, subuh yang begitu dingin ia hiraukan walau tubuhnya hanya dibaluti dengan jubah tidur yang tak begitu tebal. Setiap prajurit maupun pelayan yang terjaga otomatis membungkukkan tubuh mereka penuh hormat kala Sang Kaisar melewati mereka, seakan jalan di seluruh istana ini hanya diperuntukkan untuk Kaisar Alcacio.

Kaisar Alcacio memasuki ruang kerjanya, manik emasnya menatap sekilas kehadiran Airos dan Ignatius yang sudah berdiri tegap di samping meja kerjanya.

"Selamat pagi, Yang Mulia. Hari ini anda bangun pagi sekali." Airos menyapa dengan senyum ramah khas miliknya, manik cokelatnya memperhatikan penampilan Kaisar Alcacio yang masih tampak berantakan.

"Aku tidak bisa tidur." Jawab Kaisar Alcacio dengan gumaman kecil.

"Apa pelayan pribadi anda belum terbangun? Kalau begitu saya akan memanggil pelayan lain untuk menyiapkan air hangat dan sarapan untuk Yang Mulia." Ignatius, selaku Jenderal besar Kekaisaran Exousía mengajukan usulannya, namun tampaknya Kaisar sama sekali belum berniat untuk melakukan apapun selain berkutat dengan tugas kenegaraannya.

"Tidak perlu, nanti saja. Masih ada waktu satu setengah jam lagi sebelum matahari terbit." Ucap Kaisar tanpa menatap lawan bicaranya barang sedikitpun, pria itu sudah duduk di kursi kebesarannya, kembali melakukan rutinitas sehari-hari yang sebenarnya ia pun sudah muak melakukannya setiap hari. Namun berkas-berkas itu terus menumpuk setiap harinya tanpa henti, membuatnya mau tak mau harus melakukan kewajibannya.

"Sepertinya anda bekerja terlalu keras. Apa perlu saya memanggil pelayan untuk membuatkan teh?" Kali ini Airos yang menawari, sedikit tak suka melihat teman lamanya yang selalu berkencan dengan kertas-kertas seharga kepingan emas itu.

"Ya."

Segera setelah mendengar jawaban Kaisar, Airos langsung keluar dari ruangan, menyuruh salah satu prajurit yang berjaga di sekitar lorong untuk menyampaikan pesanan Kaisar pada pelayan, setelah selesai ia pun dengan cepat kembali ke ruang kerja Kaisar Alcacio, tak mau membuat Tuannya menunggu terlalu lama.

"Ini keseluruhan laporan yang saya dapatkan dari dua mata-mata yang saya kirimkan ke wilayah timur Kekaisaran Athelion mengenai pergerakan mencurigakan yang diam-diam mereka lakukan menuju perbatasan sungai Croseia." Jenderal Ignatius menyerahkan beberapa lembar kertas pada Kaisar Alcacio yang kini raut wajahnya tampak lebih serius.

"Apakah ada kemungkinan mereka akan melakukan invasi ke daerah sekitar sungai Croseia?"

"Menurut pengamatan, besar kemungkinan mereka akan melakukannya secara acak."

"Lagi-lagi Kekaisaran Athelion, ya? Mereka sepertinya tidak mau menyerah untuk memperluas wilayah dengan mengambil wilayah milik Exousía." Airos mengerutkan keningnya kesal mendengar laporan Ignatius.

"Apa perlu saya mengirimkan prajurit ke sana untuk berjaga-jaga?" Tanya Ignatius.

"Tidak perlu. Kirimkan surat untuk Kerajaan Edonia dengan pita merah. Wilayah kerajaan mereka yang paling dekat dengan daerah sungai Croseia, untuk sementara kita serahkan pada mereka. Namun jika situasinya semakin mendesak, kau tau apa yang harus kau lakukan, Ignatius." Manik emas Kaisar Alcacio melirik Ignatius yang berdiri di samping meja kerjanya, suaranya terdengar rendah dan dingin, seakan tiap kata yang ia ucapkan adalah mutlak.

The Emperor's Maid (END)Where stories live. Discover now