C H A P T E R 14 : Fokus

8.5K 938 31
                                    

Dinginnya angin malam tak membuat Helcia memutuskan untuk menyelami alam mimpi, tak berniat untuk bermain-main dengan bunga tidur yang bisa saja membuatnya terlalu larut dalam kegembiraan.

Kedua netranya terus terbuka, otaknya tak henti berpikir bagaimana caranya ia menyelesaikan misinya dengan cepat tanpa ketahuan apalagi sampai dijatuhi hukuman mati oleh Kaisar Alcacio.

Helcia membaca peta yang berada di tangannya, sesekali menghela napas kesal karena beberapa bagian dari peta tak tertulis informasi apapun, seakan sengaja dibiarkan kosong. Ia sendiri tak menyangka peta yang menampilkan letak seluruh kerajaan Exousía sangatlah besar dan dibagi menjadi beberapa kertas lain.

Tangannya terulur, sesekali menandai tempat-tempat yang menurutnya patut untuk diulas. Helcia lelah, ini sudah lewat tengah malam. Ia tak punya banyak waktu untuk tidur. Jika ia tidur sekarang pun hanya bisa selama dua jam, selanjutnya ia harus bangun dan melakukan tugasnya sebagai pelayan pribadi Kaisar Alcacio.

Dapat dipastikan kantong matanya akan tebal nanti.

"Aku lelah.." Helcia menenggelamkan wajahnya dalam lipatan tangan yang bertumpu pada lututnya yang menekuk.

"Tapi tidak bisa tidur.." ia kembali bergumam.

Gadis bermanik ungu itu seketika mendapatkan ide. Tak mau bosan atau menambah stres di kepalanya karena tak bisa tidur dan terus memikirkan misinya, ia memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak sembari menghafalkan tempat-tempat di beberapa istana kerajaan Exousía.

Kain putih tipis yang melekat di tubuhnya pun tak ia ganti, gaun yang hanya sepanjang lututnya dan berlengan pendek itu membuat angin malam semakin menusuk tajam kulitnya. Namun Helcia sama sekali tak terusik karena ia sudah terbiasa dengan angin malam semenjak kabur dari kerajaannya.

Bersenandung kecil, Helcia turun dari tempat tidurnya, tak berniat memakai alas kaki apapun. Baju tidur putih berkain tipis yang hanya ia kenakan, mengabaikan penampilannya yang cukup terbuka. Selama ia tak bertemu Kaisar, ia akan baik-baik saja.

Gadis itu sangat yakin Kaisar Alcacio pasti masih diselimuti oleh tidur nyenyaknya bersama kakaknya, Hestia.

Helcia membuka pintu, menatap sekeliling lorong yang tampak sepi. Ia pun berjalan pelan menyusuri setiap lorong dan taman yang ia jumpai. Hanya ada beberapa prajurit yang masih terjaga karena mendapat jadwal patroli malam.

Gadis itu mengabaikan tatapan para prajurit yang menatapnya terpana, entah akan kecantikan ataupun tubuhnya yang dibaluti kain putih tipis. Bukan berarti ia suka diperhatikan, namun selama mereka tak menggoda atau sangat terang-terangan, Helcia tak akan masalah.

Ya, selama itu bukan Kaisar, ia tak akan masalah.

"Aku tidak mau.. aku takut Kaisar akan berpaling dariku. Aku harus bagaimana? Apalagi ada pelayan itu.."

Tanpa dirinya sadari, ia telah memasuki wilayah istana para selir Kaisar, gadis itu menghentikan langkahnya, menatap salah satu kamar selir Kaisar yang pintunya sedikit terbuka. Ia dapat mendengar suara lirih dari seorang wanita yang berada di dalam, terdengar parau dan penuh akan kegelisahan.

"Kaisar tak akan berpaling, apalagi pada seorang pelayan rendahan. Ingat, dia hanya rakyat rendahan, bukan bangsawan seperti kita."

Sepertinya Helcia tau siapa dua orang wanita yang sedang membicarakannya. Putri Siona dan Illiana. Helcia tak akan heran lagi, sudah pasti hal seperti ini akan terjadi, mana mungkin dirinya tak akan jadi bahan perbincangan para selir Kaisar.

"Sudah cukup bagiku karena Kaisar lima selir. Kau pasti tau kan bagaimana rasanya, Putri? Apalagi aku adalah selir pertamanya. Sebagai selir kedua, kau pasti juga mengerti perasaanku." Air mata Putri Illiana mengalir pelan, membasahi pipinya yang masih terdapat riasan tipis.

The Emperor's Maid (END)Where stories live. Discover now