C H A P T E R 11 : Pangeran Ancius Estev D'Ousía

9K 907 14
                                    

Cuaca hari ini terasa lebih cerah, tidak panas atau pun terasa dingin. Setelah keluar dari ruangan kerja Kaisar, beban di pundakku rasanya sirna begitu saja. Sekarang tak ada lagi tatapan mengintimidasi dari Kaisar, ataupun kalimat-kalimatnya yang secara tidak langsung membuatku tunduk padanya. Kesan lembutnya tak menutupi betapa mengerikannya ia sebenarnya.

Sebelum hari benar-benar akan menjelang sore, aku berniat pergi ke kediaman Hestia di istana Glory, namun sebelum itu sesuai janji aku memutuskan untuk bertemu Ayrha terlebih dahulu. Dengan baiknya gadis itu mau mengantarkanku ke perpustakaan terbuka di istana Amethyst.

Ayrha memang yang terbaik! Padahal dia tau istana Amethyst cukup jauh dari istana Glory dan lagi, istana Amethyst sangatlah luas. Walau aku tidak tau pasti berapa luasnya karena aku belum pernah ke sana, namun Ayrha berkata mengelilingi istana Amethyst saja sudah sangat membuat tubuh kelelahan.

"Kerajaan ini sangat luas, ya.."

Kami berjalan menyusuri setiap lorong, taman mau pun ruangan lainnya di setiap istana yang kami lewati. Baru setengah jalan saja aku sudah sangat kelelahan, dan perpustakaan terbuka berada di di tengah istana, berseberangan dengan aula utama yang dibatasi dengan taman.

Ini lebih baik karena jika perpustakaan terbuka itu berada di ujung timur, akan lebih melelahkan lagi.

Bisa kalian bayangkan berjalan dari ujung barat ke ujung timur di kerajaan kekaisaran Exousía yang sangat luas ini? Belum lagi menyusuri setiap lorong yang berbelit-belit.

"Melelahkan sekali, ya.. untung aku punya peta kecil ini, kalau tidak kita pasti akan tersesat." Ayrha menatap peta kecil hasil gambaran tangannya yang tidak terlalu jelas dan detail. Namun sepertinya dia bisa membacanya.

"Apa pelayan lain juga sering tersesat?" Aku bertanya.

"Sudah sering, makanya pelayan di sini diperbolehkan mengambil peta di perpustakaan yang disediakan cukup banyak."

Aku mengernyit, "kalau disediakan kenapa kau menggambar peta itu?"

Ayrha tertawa kecil, "aku menghilangkannya, malas mengambil yang baru. Maka dari itu mumpung kau juga butuh peta, aku juga mau mengambil yang baru, hehe."

Aku menggeleng pelan, ada-ada saja.

"Oh! Sebentar lagi kita sampai. Tinggal berbelok ke kanan, melewati rumah kaca dan berbelok ke kiri." Ayrha berujar antusias.

Aku mengusap peluh yang mengalir di pelipis, kelelahan karena berjalan kaki melewati istana-istana di sini. Selagi kami terus berjalan, aku memikirkan bagaimana caraku menjelaskan pada Hestia nanti.

Hah.. ya. Aku tidak berniat untuk bersembunyi lagi. Aku akan mengajaknya berkerja sama, namun jika dia tidak mau, Hestia cukup tutup mulut tentang identitasku. Ku harap kakakku itu tidak menimbulkan masalah yang bisa merepotkanku nanti.

"Sudah sampai!" Perkataan Ayrha menyadarkan ku dari lamunan.

Aku menatap pintu berganda yang sangat besar di hadapanku. Decak kagum ku keluarkan, menatap betapa besar dan indahnya perpustakaan terbuka di istana Amethyst ini.

Aku menatap ke belakang, melihat taman kecil yang tepat di depan perpustakaan terlihat asri dengan bunga-bunga yang bermekaran. Samar-samar aku bisa melihat pilar-pilar besar yang menopang atap bangunan aula yang terlihat indah dengan gambar-gambar malaikat dan Dewi di atasnya.

Aula utama itu terlihat sangat-sangat besar. Berseberangan dengan perpustakaan namun dihalangi oleh taman kecil di tengah-tengah. Aku jadi penasaran aula itu bisa menampung berapa manusia di dalamnya.

"Ayo, Helcia." Ayrha menarik tanganku untuk memasuki perpustakaan.

Aku menatap sekeliling, bau buku yang khas tercium di indera penciumanku. Penuh dengan rak buku, tangga-tangga yang menghubungkan ke ruangan yang berada di atas yang juga menjadi tempat penampungan buku. Di tengah ruangan terdapat beberapa meja dan kursi yang tersedia untuk membaca buku.

The Emperor's Maid (END)Where stories live. Discover now