C H A P T E R 30 : Putri Elea

6.3K 654 33
                                    

Menyempatkan untuk up jam segini ueueuueueueಥ‿ಥ

•|•|•

Hari demi hari berganti begitu saja. Waktu terasa berlalu begitu cepat bagi Helcia, dan selama itu juga ia merutuki dirinya sendiri. Tak ada apapun yang ia dapatkan dari hasil menyelinap selama ini. Baiklah, ia akui dirinya memang bodoh. Helcia sadar selama ini ia sudah terlalu terlarut dalam kesenangan yang Kaisar Alcacio berikan padanya. Pria itu memperlakukannya dengan sangat baik, penuh cinta dan kelembutan. Hingga tanpa sadar rasa nyaman itu membuatnya melupakan tujuan awalnya.

Mengambil kembali 'benda" milik keluarga Victorin.

Helcia sadar ada yang salah dengan dirinya. Sudah hampir tiga minggu lamanya ia menginap di istana Marine tanpa diketahui oleh orang-orang luar istana, dan selama itu juga Helcia semakin dekat dengan Kaisar Alcacio. Namun yang semakin membuat Helcia merasa resah adalah perasaannya. Akhir-akhir ini hanya pria itu yang terbayang dalam kepalanya. Bahkan saat ia ingin menaungi alam mimpi pun, pria itu yang selalu terlintas dalam benaknya.

Suaranya, senyumannya, rambutnya yang halus, hingga bagaimana cara pria itu yang selalu mencium labiumnya. Lembut dan basah. Ah, sial. Helcia sama sekali tidak bisa menghilangkan semua yang ada pada pria itu di dalam pikirannya. Entah apa yang Kaisar Alcacio perbuat padanya, yang pasti itu sangat mengganggunya.

Namun bolehkah Helcia berkata? Ia mungkin mulai menyukai Kaisar Alcacio. Rasa yang wajar saja akan timbul mengingat bagaimana perlakuan pria itu padanya, apalagi mereka kini adalah sepasang kekasih. Helcia ingin menyangkal bahwa ia mulai menyukai Kaisar Alcacio, namun hatinya tentu saja berkata lain.

Helcia tidak apa-apa selagi itu bukan cinta..

Benar, dirinya akan tetap baik-baik saja selagi itu bukan cinta. Helcia tak tau pasti apa perbedaan rasa suka dan cinta, namun ia yakin rasa cinta adalah perasaan yang sudah di luar akal sehat manusia. Mereka akan melakukan apapun demi cinta. Satu kata yang sulit sekali untuk dideskripsikan, namun satu hal yang pasti, seseorang akan rela melakukan apapun demi orang yang dicintainya. Helcia kerap kali mendengar kalimat itu-entah benar atau tidaknya. Gadis itu tak pernah merasakan rasa suka pada lawan jenis sebelumnya, apalagi rasa cinta.

Mendengarnya saja sudah membuat Helcia bergidik. Bagaimana jika orang yang kita cintai itu meminta kita untuk pergi? Bukankah itu menyakitkan? Cinta, seperti pisau bermata dua. Terkadang bisa membuat hati seseorang begitu berwarna, namun juga bisa menghancurkan semuanya. Helcia terlalu takut untuk merasakannya, apalagi dirinya yang tidak memiliki pengalaman dalam berhubungan. Helcia berharap hatinya bisa bertahan lebih lama untuk tidak jatuh dalam pesona Kaisar Alcacio. Setidaknya sampai ia benar-benar menyelesaikan tujuannya.

"Bosan?" Bisikan lirih itu mengejutkannya. Helcia menolehkan kepalanya, menatap kesal pada Ancius yang tersenyum mengejek.

"Tolong jangan mengejutkan saya,"

Pria itu hanya terkekeh sembari mencubit pipi Helcia dengan gemas, "wajahmu semakin jelek saja."

"Apa?!" Gadis itu membulatkan matanya, semakin menatap kesal pada Ancius. Tangannya dengan pelan menyingkirkan tangan Ancius yang masih mencubit pipi kirinya. Bukan sekali dua kali pria itu mengejeknya. Setiap pertemuan mereka, Ancius selalu saja menyapanya dengan kalimat-kalimat yang menyebalkan.

'Pendek sekali. Masa pertumbuhanmu sudah berhenti?'

'Dilihat-lihat kau ini jelek juga.'

'Kau imut, seperti anak anjing.'

'Bajumu terlalu terbuka, seperti pria akan tertarik saja melihatnya.'

The Emperor's Maid (END)Where stories live. Discover now