💙56

54.5K 3.5K 668
                                    

Di ruangan yang sangat minim pencahayaan Daren berada. Duduk sendiri dengan tumpukan kertas-kertas yang telah menyita seminggu waktunya. Sesekali Daren memijat kedua pelipisnya saat merasakan pusing yang mendera kepalanya. Akhir-akhir ini Tuannya seperti sedang menyiksa dirinya, setelah meminta Daren untuk menjadi Bodyguard anak Tuannya dan setelah itu menjadi seorang Dosen, dan sekarang? Harus berkutat dengan kertas-kertas penting.

Padahal di luar ruangan orang-orang sedang menikmati malam dengan berjoget dan bermabuk-mabukan, bahkan ada juga yang sedang memadu kasih di pojokan.

Sebuah Club ternama di kota ini yang menjadi tempat Daren bersemedi. Entah apa alasan Daren memilih tempat terkutuk itu untuk berkutat dengan tumpukan kertasnya, meskipun tidak ikut bergabung dengan orang-orang di luaran dan lebih memilih berdiam diri di sebuah ruangan tertutup yang ia pesan.

" Tuan, ini Coklat Panas pesanan Tuan." Ucap Seorang perempuan yang baru saja memasuki ruangannya dengan pakaian yang sangat minim.

Perempuan itu meletakkan Coklat Panas dengan sangat erotis. Tetapi dasarnya Daren yang dingin  dan tak tersentuh, membuat Perempuan itu menggeram tertahan merasa kesal karena tidak mendapatkan respon apapun dari Daren.

" Tuan ingin pesan sesuatu lagi? Saya pikir mungkin sebotol Wine bisa menemani Tuan malam ini dari pada meminum segelas Coklat Panas." Ujar Perempuan itu yang berusaha mengakrabkan diri.

" Tidak. Pergi." Usir Daren tanpa basa-basi lagi.

Daren memang sengaja memesan Coklat Panas untuk menemaninya malam ini, dari pada harus meminum-minuman beralkohol lainnya yang sangat kontras dengan tempatnya saat ini. Lagipula hanya Daren lah pria aneh yang memesan Coklat Panas di sebuah Club malam.

Dengan kaki menghentak kesal perempuan itu pergi dari ruangan Daren. Tatapan Daren sangat lah fokus menatap lembaran kertas di tangannya. Sesekali dirinya meminum Coklat Panas pesanannya.

Tidak berselang lama kemudian Daren merasakan panas di sekujur tubuhnya. Daren menggeram tertahan mengumpati siapapun yang telah mencampurkan minumannya dengan obat perangsang. Gairahnya tiba-tiba melambung tinggi dan tidak tertahan.

Dengan langkah sempoyongan Daren berjalan menuju pintu untuk menguncinya, dirinya hanya mengurangi resiko yang tidak diinginkannya. Daren terduduk bersandar di pintu setelah berhasil mengunci pintu tersebut.

" Shit!!" Umpat Daren saat rasa panas serta Gairahnya yang berkobar meminta untuk segera di tuntaskan.

Daren mengambil sebuah tabung obat berisi pil yang terletak di kantong celananya, dengan tidak sabaran Daren meminumnya bahkan karena tergesa-gesa beberapa pil terjatuh berserakan.

" Sial." Umpat Daren tertahan hingga kesadarannya telah menjemputnya.

Daren lebih memilih untuk membuat dirinya tidak sadarkan diri, dari pada harus menuntaskan gairahnya pada perempuan-perempuan di luaran sana, yang tentu saja akan sukarela menyerahkan diri mereka bahkan tanpa dibayar sekalipun.

💙💙💙💙💙

Keesokan paginya Daren terbangun dengan kepala yang berdenyut hebat. Beberapa kali Daren terus mengumpat entah siapapun itu. Dengan berjalan gontai, Daren pergi dari ruangan Club yang ia pesan khusus, meninggalkan kertas-kertas penting yang Daren biarkan begitu saja. Biarlah nanti anak buahnya yang akan mengambil kertas itu nanti. Yang saat ini Daren butuhkan hanyalah keluar dari tempat terkutuk itu.

Ketika Daren berhasil masuk kedalam mobilnya, suara seorang bawahan ya memberitahukan dirinya jika ada seseorang yang berhasil menyelundupkan sesuatu di Apartemen milik Divia selaku putri dari Tuannya.

My Friend Is My MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang