💙31

80.5K 6.6K 298
                                    

Satu setengah bulan sudah pernikahan Alenza dan juga Arsya berjalan. Dan setiap harinya tidak ada kata Alenza yang dibuat terbang oleh perlakuan Sang Suami. Tetapi terkadang Alenza juga dibuat kesal secara bersamaan oleh Arsya.

Seperti sekarang ini, untuk memenuhi tugas mata kuliahnya, Arsya melarang keras Alenza untuk mengobservasi langsung sebuah desa mengenai tingkat pendidikan mereka. Dan itu tidak lah lama, hanya membutuhkan 3 hari saja sebagai bentuk aksi sosialnya yang ditunjuk untuk ikut sebagai  salah satu anggota Organisasi Sosial dikampusnya.

" Tidak." Tolak Arsya sekian kalinya menanggapi bujukan Alenza.

" Hanya tiga hari Mas." Ujar Alenza memohon sembari mengacungkan tiga jarinya.

" Mas akan suruh seseorang mengerjakan tugas kamu itu." Ucap Arsya menatap Alenza dengan intens.

Mendapat tatapan intens dari Suaminya, membuat nyali Alenza menciut seketika. Bahkan wajah Arsya terlihat sangat datar, meskipun tidak ada kemarahan yang terlihat tetapi hanya ada ketegasan seorang Arsya yang teguh pendirian dan tidak tergoyahkan.

" Beda mas, ini tugas Alenza, jadi harus Alenza sendiri yang mengerjakannya." Keukuh Alenza dengan penuh harapan agar Arsya mau mengizinkannya.

" Alenza juga di tunjuk mas karena menjadi salah satu Anggota Organisasi sosial." Lanjut Alenza saat Arsya sama sekali tidak meresponnya.

" Tidak." Jawab Arsya dengan raut yang masih sama seperti sebelumnya.

" Mas, nanti semua orang menganggap Alenza gak bisa mempertanggung jawabkan amanah dengan baik." Ujar Alenza yang tidak menyerah untuk membujuk.

" Untuk terakhir kalinya. Tidak." Tegas Arsya.

Alenza menghembuskan nafasnya berat, sangat sulit rupanya untuk membujuk Sang suami.

Tidak. Semua tidak akan sesulit ini ketika Alenza tidak sedang mengandung saat ini. Ya! Sudah dua hari ini Arsya sangat possesive terhadapnya saat mengetahui Alenza sedang hamil muda.

Flashback on

" Bunda makan apa?" Tanya Divia yang sedang mengerjakan tugas kuliahnya dengan dibawah pantauan Alenza secara langsung sembari memangku Melo kucing baru yang merupakan kado dari Arsya di hari ulang tahunnya.

Alenza tidak membiarkan Divia membayar seseorang untuk mengerjakan tugas kuliahnya,  dan hal itu membuat Divia harus pasrah sepasrah pasrahnya orang pasrah.

" Buah Kedondong, kamu mau Div?" Tawar Alenza menyerahkan satu iris buah itu pada Divia.

Dengan senang hati Divia menerimanya, saat satu suapan masuk, seketika wajahnya berubah meringis karena rasa Asam dari buah kedondong itu.

" Gak enakkk bunnn." Rengek Divia meminum jus mangga nya dengan tidak sabaran.

" Enak Div." Bantah Alenza tidak setuju dengan Komentar Divia.

" Bunda perlu periksa ke dokter lidah." Gerutu Divia.

" Siapa yang sakit?" Tanya Arsya yang baru saja pulang dari kantor dengan kemeja dan juga Jas yang masih melekat di tubuhnya.

" Papa!!! Help meee." Rengek Divia menghampiri papanya dengan raut semelas mungkin sembari menggelayut di lengan Papanya.

Bahkan Melo yang berada di pangkuannya kini sudah berpindah tempat di karpet halus dan lembut.

" Kamu kenapa." Tanya Arsya terheran dengan sikap Divia yang menggelayut pada dirinya.

My Friend Is My MamaWhere stories live. Discover now