💙24

99.4K 7.4K 424
                                    

Harum masakan menguar disebuah kamar hotel. Alenza baru menyadari jika di kamar hotel Privat milik suaminya terdapat kitchen mini yang bisa Alenza gunakan untuk memasak makan malam kali ini. Dengan dibantu doa dari Divia yang saat ini sedang duduk dan memakan apel ditangannya sembari melihat Alenza yang sedang memasak makan malam untuk mereka.

Beberapa kali celotehan Divia terlontar meramaikan Suasana. Sementara itu Arsya yang saat ini sedang berbaring diatas ranjang sembari memejamkan matanya mendengar celotehan Divia dan juga bunyi alat memasak yang Alenza gunakan saat ini.

" Pa, Papa bantuin bunda dong!! Jangan rebahan muluu!" Seru Divia keras agar Sang Papa mendengarkannya.

" Kamu yang harusnya bantuin aku Div, orang aku punya anak perempuan masa gak mau bantuin." Timpal Alenza dengan nada berguraunya.

" Divia laper bun, daripada masakan bunda hancur terus nunda makan Divia lagi gimana? mending Divia anteng disini aja Bun." Ujar Divia menanggapi perkataan Alenza.

Mereka tadinya sempat berniat memesan makanan di hotel, tetapi karena keinginan Divia yang ingin sekali merasakan makanan Alenza, jadilah mereka harus menunggu anak buah Arsya membeli beberapa bahan masakan untuk di eksekusi oleh Alenza.

" Alesan." Ucap Arsya singkat yang berjalan ke arah Alenza.

Saat mendengar perdebatan Anaknya, Arsya beranjak dari tempat tidur dan berniat ingin membantu Alenza memasak agar cepat selesai. Perutnya juga sudah sangat lapar saat ini.

" Biar Mas bantu." Ucap Arsya mengambil Alih pisau ditangan Alenza yang saat ini sedang memotong sosis.

Alenza mulai menumis bumbu-bumbu Nasi Goreng yang akan dibuatnya, memasukan beberapa toping kedalam masakannya. Alenza tahu bahwa Arsya dan Divia sudah sangat lapar saat ini, bahkan dirinya pun juga merasakannya, untuk itu dirinya tidak ingin mengulur waktu lebih lama lagi untuk membuat makan malam.

" Mas mau coba." Ucap Arsya yang berdiri tepat di belakang tubuh Alenza.

Arsya mendekat saat Alenza mencoba masakannya. Tubuh Arsya yang dekat dengannya, bahkan menempel padanya membuat Alenza gugup karena posisinya yang seolah sedang memeluk tubuh Alenza dari belakang.

Alenza menyuapkan makanannya pada Arsya yang berada tepat di belakang tubuhnya. Alenza melirik sekilas menuntut rasa dari masakannya.

" Kurang asin Mas?" Tanya Alenza.

" Sedikit." Jawab Arsya.

Alenza mengangguk lantas menambahkan sedikit garam pada masakannya.

" Dan enak." Bisik Arsya tepat di telinga Alenza, bahkan hembusan nafas Arsya menerpa daun telinganya yang menimbulkan sensasi geli pada Alenza.

Wajah Alenza memerah menahan rasa gugupnya, beruntung saat Alenza melirik pada Divia, dia sedang fokus pada layar Handphone miliknya sembari memakan apel yang masih ditangannya.

" Mas minggir. Alenza mau menata nasi gorengnya." Ujar Alenza pelan disertai rasa gugup.

Sebelum menjauh, Arsya menyempatkan untuk mencium daun telinga Alenza singkat yang mampu membuat Alenza berdiri mematung di tempatnya.

Arsya tersenyum tipis melihat respon Alenza dan duduk tepat di depan Divia. Istri kecilnya semakin membuatnya melupakan sifat-sifat dinginnya. Padahal Arsya sangat ingin mengutamakan kenyamanan istri kecilnya, tetapi menurutnya tindakan yang dilakukan olehnya bukanlah tindakan yang membuat Istrinya itu tidak nyaman, terbukti dengan wajah Alenza yang memerah malu saat mendapatkan setiap perlakuan spontan yang Arsya ingin lakukan.

" Pa, Divia mau pindah jurusaaannn." Keluh Divia sembari membanting Handphone baru yang berlogokan Apple miliknya.

Handphone itu adalah keluaran terbaru yang masih limit Edition, dan baru saja Divia membelinya, tetapi sepertinya sudah bernasib mengenaskan saat Divia membanting ponselnya dimeja. Tidak keras memang, tapi cukup menimbulkan bunyi dan juga Arsya yakin bahwa ada keretakan pada Layar Handphone milik Divia saat ini.

My Friend Is My MamaWhere stories live. Discover now