💙13

90.3K 6.7K 81
                                    

Hubungan pendekatan Arsya dan Alenza sudah berjalan selama seminggu dan tanpa sepengetahuan dari Divia, mereka sepakat untuk memberitahu Divia saat mereka berdua telah sama-sama yakin agar nantinya ketika mereka tidak melanjutkan hubungannya, Divia tidak terlalu merasa kecewa. Baik Alenza maupun Arsya selalu mengadakan pertemuan di luar, meskipun hanya sekedar berbincang, tetapi sedikit banyak Alenza sudah mengetahui karakter Arsya begitupun sebaliknya.

" Susah?" Tanya Arsya yang masih fokus pada layar laptop di pangkuannya.

Saat ini keduanya sedang berada di sebuah Cafe tepatnya di lantai atas yang di peruntukkan bagi pemilik Cafe yaitu Arsya.

Sejujurnya Arsya hanya iseng saat membangun Cafe ini, karena melihat Divia yang selalu mencari suasana di luar yang nyaman, untuk itu Arsya membangun Cafe ini, meskipun tidak setiap hari Cafe ini selalu dikunjungi oleh putrinya sendiri.

" Lucu gak Om?" Tanya Alenza menunjukkan hasil karya gambar kartun lucu yang di potong dan ditempelkan ke kardus serta kayu kecil sehingga menyerupai seperti boneka wayang.

" Hm." Deham Arsya yang melirik sekilas hasil karya dari Alenza.

" Jelek ya Om." Ucap Alenza meletakkan hasil karyanya di lantai dengan wajah lesunya.

" Saya tidak bilang jelek." Ujar Arsya.

" Tapi Om juga gak bilang bagus." Protes Alenza.

Arsya menghembuskan nafasnya berat, seminggu mengenal Alenza membuat Arsya tahu betul saat perempuan yang saat ini duduk dibawah lantai sampingnya ini saat dalam mode mood buruknya.

" Lombanya kapan?" Tanya Arsya.

" Besok Om." Jawab Alenza melengkungkan bibirnya kebawah.

" Kenapa buat nya sekarang?" Ucap Arsya.

Alenza menunduk menatap kedua jarinya yang saat ini menyatu di atas pangkuannya. Alenza benar-benar lupa jika besok adalah hari dimana ia akan mengikuti lomba mendongeng di fakultasnya karena kesibukannya bersama dengan Divia yang baru saja pulang dari Rumah Sakit.

" Sini saya bantu." Ucap Arsya meletakkan laptopnya diatas meja sebelahnya serta ikut duduk dilantai samping Alenza karena merasa tidak tega dengan Alenza saat ini.

Ini adalah pertama kalinya Arsya mau direpotkan oleh seseorang, apalagi membuat sebuah karya dengan hasil tangannya sendiri. Tentunya itu sangat merepotkan bagi Arsya, tetapi entah dorongan dari mana Arsya mau membantu Alenza.

" Gak usah Om." Lirih Alenza pelan.

" Kamu sudah menghafal naskah nya?" Tanya Arsya menghiraukan perkataan Alenza sembari fokus menggambar di sebuah kertas karton.

" Sedikit." Jawab Alenza.

Alenza menatap Arsya yang sedang fokus menggambar di kertas karton, bahkan tanpa sadar senyum Alenza terbit saat mengagumi Ayah dari sahabatnya. Usianya seolah termakan oleh penampilannya yang mampu membuat Alenza terkagum, apalagi saat Arsya hanya menggunakan kemeja tanpa jas nya dengan dua kancing atas terbuka serta baju lengannya yang tergulung hingga kesiku, seperti sekarang ini penampilan dari Arsya.

" Bagaimana?" Tanya Arsya mengejutkan lamunan Alenza.

" Hah?" Refleks Alenza.

Arsya menatap Alenza dengan dahi mengernyit nya sembari menunjukkan hasil karya nya.

" Om gambar apa?" Tanya Alenza dengan kedua alis menyatu.

" Kancil." Jawab Arsya.

" Kan Dongeng Cerita Aji Saka gak ada Kancilnya Om." Ucap Alenza.

My Friend Is My MamaWhere stories live. Discover now