💙49

51.2K 4.2K 434
                                    

Mansion besar keluarga Zeduard hari ini dipenuhi oleh para pelayat. Banyak para kolega bisnis yang mengucapkan bela sungkawa mereka, atas kepergian Nyonya besar keluarga Zeduard yang tak lain adalah Maharani Zeduard selaku Ibu Kandung dari Arsya.

Siang tadi Arsya diberitahukan jika kondisi Rani memburuk, detik itu juga Arsya bergegas dengan cepat pergi ke Mansion besar keluarga Zeduard. Bahkan Arsya meninggalkan Alenza yang saat itu sedang membuatkannya makan siang di dapur.

Namun terlambat, Rani telah tiada saat Arsya sampai disana, tubuh kaku dan Dingin Rani yang menyambut kedatangan Arsya. Semua Peralatan penunjang hidup yang terpasang di tubuh Rani mulai di lepaskan.

Jasad Rani langsung dimakamkan pada sore harinya di pemakaman keluarga Zeduard, tepat di sebelah Pusara suaminya yang tak lain adalah Ayah dari Arsya. Aregan sedikit menjelaskan kepadanya, bagaimana keadaan Rani sebelum menghembuskan nafas terakhirnya. Rani sempat menuliskan pesan singkat disebuah kertas yang hingga saat ini belum Arsya ketahui isinya, kertas itu masih disimpan oleh Aregan.

" Berapa lama lo Nangis." Sindir Zerda pada Divia yang saat ini sedang memakan camilan di belakang Mansion, yang menyuguhkan pemandangan danau buatan yang sangat indah.

Sejenak Divia menoleh pada Zerda, yang memakai pakaian hitam sama sepertinya, namun di sertai wajahnya yang terlihat masam, Zerda berdiri dengan kedua tangan bersedekap dada, tidak lupa tatapan nya menyorot tajam pada Divia saat ini.

" Lima menit Maybe." Jawab Divia tanpa berpikir panjang.

Zerda menghembuskan nafasnya kasar yang sedikit mengusik ketenangan Divia. Bahkan sekarang Zerda ikut duduk di kursi panjang yang saat ini Divia duduki.

" Kenapa lo? Kehilangan Oma?" Tanya Divia tanpa beban sembari memasukan camilan ke dalam mulutnya.

" Emang lo gak?" Tanya balik Zerda menatap Divia dengan kedua tatapan mata yang menusuk tajam.

" Lo tau jawaban gue." Sahut Divia enteng sembari memakan kembali camilan di pangkuannya.

"Cucu Durhaka lo !!." Sindir Zerda sembari memukul lengan Divia hingga membuat camilan di pangkuannya terjatuh dan tercecer.

" OMEGATT!!! ZERDA BABI !!!! Camilan gue!!!" Ucap Divia menatap nanar pada Camilannya yang sudah berserakan.

" Camilan gitu aja lo sedihin Div! Sementara Oma?!?!" Ketus Zerda dengan tatapan tak percayanya.

" Siapa bilang gue gak sedih atas kematian Oma? Lo maunya Gue  Nangis jungkir balik salto kayang split trus di pamerin ke lo gitu? Itu mau lo?!" Seru Divia dengan nada tak santainya.

"Gue punya cara gue sendiri buat ungkapin kesedihan gue!" Lanjut Divia.

Setelah itu tidak ada lagi pembicaraan  antara keduanya lagi. Hanya ada keterdiaman mereka yang membuat Divia merasa tidak nyaman dan memutuskan untuk pergi dari tempatnya sekarang.

" Maaf." Ucap Zerda pelan sembari menunduk.

" Gue maafin. Gue tahu perasaan kehilangan lo, apalagi selama ini Oma selalu banggain cucu kesayangannya.... minus gue tentunya." Ujar Divia terkekeh miris.

Saat Zerda akan membalas perkataan Divia, keributan terdengar di telinga mereka berdua, baik Divia maupun Zerda  saling bertatapan penuh tanda tanya. Bahkan keduanya terkejut saat mendengar suara tembakan dari dalam Mansion.

Dor... Dorr

Suara tembakan yang saling bersahutan membuat keduanya menegang di tempat mereka. Tanpa menunggu waktu lama, keduanya berlari kearah sumber keributan yang terjadi. Bahkan disepanjang perjalanan, banyak pelayan yang berlarian seolah menghindar dari keributan yang terjadi.

My Friend Is My Mamaजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें