💙51

41.7K 3.7K 114
                                    

" Brengsek!! Lepass!!!" Gertak Genta sembari memberontak berusaha untuk melepaskan diri dari rantai yang mengikatnya.

" Lepasin gue Sialan!!!"

Semakin Genta memberontak, yang didapatkannya hanyalah kesakitan pada kedua tangan dan kakinya yang tergesek pada Rantai besi. Sedangkan para Bodyguard yang menjaga, sama sekali tidak menggubris perkataannya sama sekali dan justru hanya berdiri tanpa berminat untuk membantu, jangankan membantu, melirik pun tidak.

" Tuan." Sapa Daren sembari membungkukkan sedikit badannya tanda hormat.

" Dimana?" Tanya Arsya dengan raut datarnya.

Daren yang mengerti maksud dari Tuannya, lantas memberitahukannya dan menyebutkan sebuah ruangan dimana Genta di tahan.

" Ruang bawah tanah. 404 tuan." Jawab Daren.

Arsya dan Aregan berjalan berdampingan di sepanjang lorong gelap, dengan Daren yang mengekor di belakang mereka. Disepanjang lorong Arsya maupun Aregan hanya membalas sapaan hormat para Bodyguard yang menjaga dengan tatapan datar dan juga tatapan dingin mereka. Seolah aura kegelapan dan kekejaman menguar pada diri Arsya dan juga Aregan.

Saat mereka sampai di tempat Genta di tahan, Arsya dan Aregan masuk kedalam dan mendapati Genta dengan kondisi mengenaskan. Meskipun Arsya tidak menyuruh anak buahnya untuk menyakiti Genta, tetapi siapa sangka jika Genta dengan pikiran rendahnya berusaha untuk melepaskan diri dengan situasi dan kondisi yang sangat mustahil. Bagaimana tidak? Ruang dimana Genta di tahan sangatlah sulit mendapatkan akses untuk keluar, ditambah dengan area sekitar yang sudah termasuk kawasan hutan yang tidak pernah di kunjungi manusia manapun, kecuali Arsya dan orang-orang yang berada dalam kendalinya.

" Apa kau melukai dirimu sendiri Genta?" Tanya Aregan membuka suaranya untuk menyadarkan Genta yang sudah terlihat melemah, karena Genta yang tidak hentinya memberontak saat kesadaran menghampirinya pertama kali.

"Lepasin gue!! DASAR PEMBUNUH!" Seru Genta.

" Genta. Om rasa kamu perlu menggunakan pikiran jernih mu sekarang. Kamu tidak perlu lagi memberontak. Om berjanji padamu untuk melepaskanmu setelah Om selesai." Ujar Arsya dengan tatapan datarnya.

Genta berdecih dan terkekeh pelan sebelum akhirnya tertawa dengan keras.

" Selesai membunuhku?! Begitu maksudmu hah?!!! Lucu sekali!!! Bukankah sekalinya pembunuh akan tetap menjadi seorang pembunuh?! Kau tidak perlu bersusah payah menjelaskan apapun padaku! Karena kalian semua berhati BUSUK!!" maki Genta dengan tatapan bengisnya.

Bahkan Genta kembali memberontak seolah ingin membunuh kedua orang yang saat ini berada di depannya dengan penuh api balas dendam.

" Putarkan." Ucap Arsya yang memerintahkan anak buahnya untuk memutarkan sesuatu pada layar proyektor yang sudah menampilkan sebuah Video.

Arsya sama sekali tidak ingin berbicara panjang lebar, biarlah Genta melihatnya sendiri dan Arsya tinggal menunggu reaksi apa yang akan Genta tunjukan. Arsya sangat faham mengenai emosional Genta yang tentu saja tidak terkendali, saat mengetahui fakta jika ibunya telah dibunuh oleh seseorang. Tetapi Arsya berharap agar Genta mau menelaah semuanya dengan baik. Arsya berpikir jika sudah seharusnya Genta memakai darah murni keluarga Zeduard yang memegang teguh pada sebuah pondasi kebenaran dan keberanian.

" Omong kosong!!kalian pasti mengedit Video itu kan Sialan!! Pembunuh tetaplah Pembunuh!!! Brengsek!!" Maki Genta saat Video yang diputarkan telah selesai.

Arsya sudah menebak jika ini akan terjadi. Tidak mudah bagi Arsya untuk menyadarkan Genta saat ini yang sudah diliputi api balas dendam.

" Kematian Opa, kematian Oma. Semua itu di dalangi oleh kedua orang tuamu. Tidak cukup hanya itu saja, bahkan Ayahmu telah menggunakan cara-cara licik untuk melancarkan misinya." Ujar Aregan dengan tatapan seriusnya.

My Friend Is My MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang