💙4

118K 8.8K 75
                                    

Selesai dengan acara sarapan bersama, semua orang kembali melakukan rutinitas pagi mereka termasuk Divia.

" Kamu ada kelas Div?" Tanya Dania pada Divia yang sudah terlihat Rapi.

" Iya tante Dania. Divia berangkat tan, takut telat Assalamu'alaikum." Pamit Divia mencium punggung tangan Dania.

" Wa'alaikumussalam. Hati-hati di jalan."

Tepat saat keberangkatan Divia, Alenza turun dan menghampiri Sang Ibu yang sedang duduk santai di depan televisi yang menyiarkan liputan berita.

" Divia sudah berangkat ma" tanya Alenza.

" Baru aja berangkat. Kamu gak ke kampus Len?" Tanya Dania.

" Dosen nya lagi mode baik menghanyutkan ma." Jawab Alenza.

" Baik menghanyutkan itu maksudnya gimana?" Tanya Dania yang tidak mengerti.

" Ya, Dosennya baik soalnya gak ada kuliah, tapi tugasnya bisa buat begadang 2 hari 7 malam." Jawab Alenza dengan nada beratnya.

" Kenapa 2 hari 7 malam? Yang ada 7 hari 7 malam Len." Sanggah Dania.

Alenza menggeleng tidak setuju.

" Alenza benar kok Ma, 2 hari 7 malam. 2 harinya waktu libur kuliah hari sabtu sama minggu, kalau 7 malam nya ya.... Itu kan Alenza ngerjainnya waktu malem nya aja Ma." Jelas Alenza.

Dania menggeleng-geleng kepalanya mendengar perkataan putri.

" 7 bulanan kak Zia kapan Ma?" Tanya Alenza tiba-tiba.

" Seminggu lagi." Jawab Dania.

Kakak perempuan Alenza saat ini sedang mengandung anak pertamanya.  Setelah melewati satu tahun pernikahan bersama sang Suami. Tentu saja itu merupakan kabar yang sangat membahagiakan, Alenza ingin sekali cepat- cepat melihat keponakannya lahir dan menggendongnya, membayangkannya saja sudah membuat Alenza antusias.

" Dek, ikut Abang yuk." Ucap Yudha yang tiba-tiba menghampiri Alenza dan juga Dania.

" Mau kamu ajak kemana adek kamu?" Tanya Dania.

" Gramedia ma." Jawab Yudha.

" Ada pajaknya kan?" Seru Alenza.

" Satu Novel, inget cuma satu." Ucap Yudha mempertegas kata 'satu'.

" Oke, Alenza ganti baju dulu." Ujar Alenza berlari ke kamarnya.

" Jangan lama!!" Seru Yudha.

💙💙💙💙💙

Di ruangan pencakar langit, saat ini Seorang pria dengan jas yang melekat di tubuhnya menatap kaca yang menyuguhkan pemandangan gedung-gedung.

Pria itu Adalah Arsya, yang masih terdiam memikirkan perkataan sahabat putrinya yang sepenuhnya benar saat berada di Mall kemarin. Bahkan suara putri nya masih terngiang jelas di pikirannya.

" Divia hanya ingin melakukan apa yang Divia inginkan yang tidak bisa Papa penuhi."

Apa selama ini Arsya Ayah yang buruk bagi Divia? Hingga putri sulungnya itu terlihat sangat terluka karena Arsya yang tidak memenuhi permintaan putri semata wayangnya?

Bahkan hingga saat ini, putrinya itu belum juga pulang dari Mansion. Arsya hanya bisa mengirim mata-mata untuk mengawasi kegiatan yang dilakukan putrinya, kemarin Arsya di buat terkejut saat melihat foto Divia yang tertawa lepas bersama Alenza lewat laporan yang di berikan oleh mata-matanya. Tawa itu bahkan tidak sudah sejak lama Arsya rindukan mengingat akhir-akhir ini Arsya jarang bertemu dengan putrinya, karena kesibukan mereka masing-masing.

My Friend Is My MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang