💙17

84.6K 6K 38
                                    

Hari ini adalah hari bahagia Alenza dan juga  Arsya. Tepat dimana mereka akan di satukan oleh ikatan suci pernikahan. Di Rumah Alenza yang sudah dihias sedemikian rupa, akan berlangsung acara Akad Nikah yang dilakukan pada pagi hari tepat jam 10. Hal ini juga merupakan salah satu permintaan dari Alenza yang ingin melangsungkan Akad Nikah di rumahnya. Sedangkan untuk acara resepsi akan diadakan malam nanti di sebuah  gedung hotel ternama milik keluarga Zeduard.

" Gugup ya len?" Tanya seorang perempuan dengan perut besarnya.

" Rasanya Alenza mau kabur aja Kak Zia." Celetuk Alenza.

Beberapa menit lagi mempelai pria akan tiba di rumahnya, dan Alenza yang sudah dirias sedemikian rupa dengan mengenakan kebaya pengantin yang modern sudah duduk dipinggiran kasur kamarnya dengan di temani Zia kakak pertamanya yang baru sore kemarin tiba di rumah.

" Hushh....gugup boleh, tapi kalau kamunya mau kabur, kasihan pengantin laki yang di tinggalin sendirian di pelaminan." Ujar Zia  yang tak lain adalah kakak pertama Alenza dengan terkekeh pelan.

Sebelum menikah, Zia sangat dekat dengan Alenza, banyak orang yang mengatakan jika keduanya kembar karena memiliki kemiripan wajah yang sama. Tetapi semenjak Zia pindah ikut bersama dengan suaminya, Alenza jarang sekali mengobrol dengan kakaknya meskipun melalui sambungan telfon sekalipun, karena Alenza kurang suka melakukannya, baginya ketika berbicara dengan Kakanya Zia harus secara langsung kecuali hal mendesak atau sekedar menyapa.

" Mau menyentuhnya?" Tawar Zia ketika melihat tatapan adiknya yang tertuju pada perut besar Zia.

" Boleh kak?" Tanya Alenza dengan wajah lugunya.

" Dek, kamu mau di pegang sama Aunty Alen nih, mau gak? Bentar lagi Aunty Alen mau nikah lohhh.... Doain Aunty Alen supaya cepet ngasih temen buat kamu ya." Ujar Zia mengusap perutnya seolah mengajak janin yang masih didalam kandungannya berbicara.

Alenza yang mendengar perkataan dari sang kakak sontak bersemu merah.

Perlahan tangan Zia mengarahkan tangan Alenza untuk terulur dan memegang perut Zia yang buncit, beberapa kali Alenza mengusap sembari tersenyum antusias saat tangannya merasakan gerakan di dalam perut Sang Kakak.

" Dia nendang len." Ucap Zia memberitahu.

"Iya kak Zia." Ucap Alenza mengangguk antusias.

"Kamu gak sabar mau ketemu Aunty ya? Sehat-sehat di dalam sana ya. Nanti Aunty culik kamu pokonya kalau udah lahir." Lanjut Alenza seolah sedang berbicara dengan janin di kandungan Zia dengan senyuman mengembangnya.

" Gak bisa, kamu buat sendirilah nanti." Sahut Zia menjauhkan tangan Alenza dari jangkauan perutnya.

" Usiaku masih muda kak. Aku takut." Ucap Alenza menghembuskan nafasnya pelan.

Semalaman Alenza tidak bisa tidur dengan nyenyak, karena hanya memikirkan apa yang akan dilakukannya setelah pernikahannya ini. Bahkan Alenza sempat menerka-nerka seperti dirinya yang akan hamil, melahirkan, merawat seorang anak. Semua fikiran itu muncul saat kedatangan kakaknya kemarin sore, melihat Zia dengan perut besarnya. Alenza tidak tahu apakah dirinya bisa merawatnya dengan baik?

" Loh kenapa emangnya? Usia gak mempengaruhi perempuan untuk menjadi seorang ibu ketika dirasa rahimnya sudah siap len, Apalagi diusia kamu ini, in syaa Allah rahim kamu sudah siap Len, meskipun usia kamu masih muda dan kandungan masih rentan, tapi kakak yakin kamu bisa menjaganya dengan baik." Ujar Zia.

"Kamu udah pantes len buat jadi Ibu. Cepet-cepet kasih aku temen ya Aunty." Lanjut Zia dengan kalimat akhir menirukan suara anak kecil.

" Kan sebentar lagi Alenza menyandang status Istri sekaligus Ibu." Ujar Alenza.

My Friend Is My MamaWhere stories live. Discover now