💙33

72.2K 5.9K 155
                                    

Dengan bermalas-malasan di ruang keluarga sembari memangku kucing peliharaannya, Alenza memainkan bulu lebat Sang kucing.

Arsya memang berniat membuat Alenza menjadi seorang pengangguran. Suaminya itu telah mengajukan cuti kuliahnya untuk sementara waktu hingga Alenza melahirkan nantinya, keputusan ini diambil saat Alenza mengalami sakit di bagian perutnya beberapa hari yang lalu, hingga membuatnya harus dirawat di rumah sakit karena takut jika terjadi sesuatu pada janin di dalam kandungan Alenza. Meskipun keputusan itu terlebih dahulu di bicarakan olehnya, tetapi Alenza sedikit merasa kesal, tetapi Alenza tahu niat suaminya sangatlah baik untuk dirinya dan juga calon anaknya.

"Mau kemana Div?" Tanya Alenza saat melihat Divia yang memakai pakaian rapinya.

" Keluar bun." Jawab Divia.

" Sore-sore begini Div? Kamu udah izin Papa kan?" Tanya Alenza memastikan.

" Udah bun. Divia berangkat sekarang ya bun." Pamit Divia dengan sedikit terburu-buru.

Sebelum berangkat, Divia sempatkan untuk mencium tangan Alenza. Bagaimana pun Alenza adalah Ibu sambungnya. Dan Arsya menegaskan itu kepada Divia agar tetap menghormati Alenza sebagai Orang tuanya, dan tidak mentoleransi alasan apapun saat pamitan dengan Alenza Divia harus mencium tangannya.

" Hati-hati. Pulangnya jangan malem." Nasihat Alenza.

Alenza menghembuskan nafasnya pelan. Akhir-akhir ini Alenza merasa Divia jarang sekali berada di rumah, entah Alenza yang perasa semenjak hamil atau memang benar apa yang Alenza rasakan.

Alenza sama sekali tidak melarang Divia pergi selagi Divia tahu kapan dirinya harus pulang ke Rumah. Arsya dan Alenza telah membuat kesepakatan untuk Divia agar pulang tidak lebih dari jam 9 malam. Padahal dulu Alenza begitu dekat dengan Divia, tetapi saat sudah tinggal satu atap justru kedekatan dirinya dan Divia berkurang.

" Alpukat, kita berdua lagi mainnya." Ujar Alenza pada kucing peliharaannya waktu itu, yang Arsya beli saat membeli kucing untuk Divia.

Alpukat adalah nama kucing peliharaannya, Alenza menamainya karena bentuknya yang menyerupai buah Alpukat. Sempat Arsya bertanya dimana kesamaan kucing itu dengan buah Alpukat, dan dengan enteng Alenza menjawab jika kucing itu adalah miliknya, jadi terserah dirinya mau menamai apa. Jawaban yang sungguh berbeda dari pertanyaan yang Arsya ajukan.

" Alpukat, jemput Papa yuk, eh tapi kamu belum mandi..... Kamu jaga rumah kalau gitu." Seru Alenza bangkit dari duduknya untuk pergi bersiap.

" Bi Ani..." panggil Alenza pada salah satu pelayan yang khusus merawat kucing peliharaan Alenza dan Divia.

Tidak lama kemudian Bi Ani datang memenuhi panggilan Alwnza yang memanggilnya.

" Alenza minta tolong titip Alpukat ya bi, Alenza mau jemput Mas Arsya....." Ujar Alenza sembari mengusap bulu halus milik Alpukat.

" Baik Non." Jawab Bi Ani.

" Alpukat mandi ya." Ucap Alenza menyerahkan Alpukat pada Bi Ani.

Alenza pergi untuk segera bersiap karena jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Waktu yang tepat untuk menjemput Sang Suami.

Kehamilannya  saat ini sudah berjalan tiga bulan, perutnya yang rata kini sudah sedikit menonjol yang membuat Alenza sangat Antusias. Bahkan Alenza akan menunggu saat-saat perutnya nanti semakin membesar, Alenza hanya perlu menunggu beberapa bulan lagi.

Hal-hal yang berbau kehamilan seperti Morning Sickness sudah Alenza lalui dalam waktu hanya seminggu, dan selebihnya Alenza sama sekali tidak di beratkan apapun kecuali nafsu makannya yang bertambah dan disertai mengidam. Seperti saat ini, sudah menjadi rutinitas baru untuk Alenza yaitu ngidam menjemput Arsya di kantornya pada saat pulang kerja, dan Arsya tidak keberatan untuk itu asalkan Istrinya tidak kelelahan.

My Friend Is My MamaWhere stories live. Discover now